Presiden Suriah Minta Bantuan Israel untuk Tumpas Pemberotak, Israel: Usir Iran Terlebih Dahulu

EtIndonesia. Krisis di Suriah semakin memanas dengan perkembangan terbaru yang mengejutkan dunia internasional. Pada tanggal 3 Desember, Presiden Suriah Bashar al-Assad yang dilaporkan melarikan diri dari ibu kota, mengungkapkan permintaan bantuan kepada Israel untuk membantu menumpas pasukan pemberontak yang terus meraih kemenangan dalam perang saudara.

Namun, Israel tidak langsung menyetujui permintaan tersebut. Syarat yang diajukan oleh Israel adalah bahwa Assad harus terlebih dahulu mengusir pengaruh Iran dari wilayahnya. Langkah ini mencerminkan upaya Israel untuk melemahkan kekuatan Iran yang telah lama berperan sebagai pendukung utama rezim Assad.

Konflik Multinasional di Suriah

Perang saudara di Suriah tidak hanya melibatkan pasukan pemerintah dan anti-pemerintah domestik, tetapi juga menarik keterlibatan berbagai negara besar seperti Rusia, Iran, Amerika Serikat, dan Israel. 

Pada hari yang sama, militer Amerika Serikat dilaporkan melakukan operasi militer di Suriah, termasuk pemboman terhadap konvoi yang didukung oleh Iran dari Irak dan kelompok Hizbullah. Selain itu, terdapat laporan tentang pertempuran antara pasukan AS dan Rusia di dalam wilayah Suriah, menambah kompleksitas konflik yang sudah berlangsung lama ini.

Dinamika Perang Saudara dan Dampaknya

Perang saudara di Suriah kini memasuki fase kritis dengan pasukan anti-pemerintah yang semakin kuat, dipicu oleh perang Rusia-Ukraina dan aktivitas militer Israel yang baru-baru ini meningkat. 

Joshua Landis, kepala Program Studi Timur Tengah di Universitas Oklahoma, mengungkapkan dalam laporan CBC bahwa Assad sebelumnya mampu bertahan dalam konflik ini berkat dukungan internasional yang signifikan. Namun, bantuan tersebut kini mulai mengering, membuat rezim Assad berada dalam posisi yang semakin terancam.

Israel sendiri telah melancarkan operasi militer skala besar terhadap apa yang disebutnya sebagai “poros perlawanan”, yakni Iran dan Hizbullah. Langkah ini berhasil mengubah keseimbangan kekuatan di kawasan Timur Tengah, meninggalkan Assad dalam keadaan terisolasi.

Pandangan Pakar Mengenai Pengaruh Perang Rusia-Ukraina

Jenderal Yu Zongji, mantan dekan Akademi Politik dan Perang Nasional di Universitas Pertahanan Taiwan, memberikan analisis mendalam mengenai dampak perang Rusia-Ukraina terhadap situasi di Suriah. Dia menyatakan bahwa beberapa pangkalan militer Rusia di Suriah telah mengalami serangan serius, sehingga kemampuan militer Rusia di wilayah tersebut telah berkurang drastis. Menurutnya, perang Rusia-Ukraina telah mengurangi kemampuan Rusia untuk mempertahankan pengaruhnya di Timur Tengah.

Jenderal Yu menekankan pentingnya hubungan antara Rusia dan Suriah. Bagi Rusia, kontrol atas Suriah melalui dukungan terhadap Assad merupakan kunci untuk mempertahankan dominasi di Timur Tengah, bersama dengan aliansi erat dengan Iran. Kedua negara ini memainkan peran vital dalam mempengaruhi keamanan nasional Israel.

Putin di Bawah Tekanan di Ukraina

Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin menghadapi tekanan besar di front Ukraina. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, telah menyatakan kesiapan untuk bekerja sama langsung dengan Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, bahkan mengindikasikan kemungkinan Ukraina bergabung dengan NATO. Langkah ini sangat ditakuti oleh Putin, yang melihatnya sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasional Rusia. 

Menurut Jenderal Yu, Putin berada dalam posisi sulit, harus memilih antara menolak permintaan Ukraina untuk bergabung dengan NATO atau menghadapi konsekuensi diplomatik dengan Amerika Serikat.

Perubahan Dramatis di Timur Tengah dan Eropa

Perang saudara di Suriah kini mencerminkan perubahan besar yang sedang berlangsung di Timur Tengah dan Eropa. 

Andrew Latham, Profesor Hubungan Internasional di Macalester College, menulis di “The Hill” bahwa konflik ini awalnya hanyalah perang saudara, namun kini telah berkembang menjadi konflik yang menantang kepentingan Iran dan Rusia. Jika pasukan anti-pemerintah berhasil menang, hal ini tidak hanya akan mengungkap kelemahan Rusia, tetapi juga menjatuhkan rezim Assad, yang pada gilirannya akan melemahkan pengaruh Iran di seluruh kawasan.

Melemahnya pengaruh Iran di Timur Tengah, dari Irak hingga Hizbullah di Lebanon, akan memberikan peluang bagi Israel untuk memperkuat hubungan dengan negara-negara Arab Sunni seperti Saudi Arabia. 

Bagi Amerika Serikat, melemahnya Iran dan Rusia sejalan dengan tujuan jangka panjang AS di kawasan tersebut. Namun, perubahan besar di Suriah tanpa partisipasi aktif AS bisa mendorong negara tersebut untuk lebih menarik diri dari keterlibatan langsung di Timur Tengah, yang dianggap menguntungkan bagi kampanye Donald Trump.

Kesimpulan

Konflik di Suriah terus berkembang menjadi medan pertempuran yang kompleks dengan dampak luas bagi geopolitik global. Permintaan bantuan Assad kepada Israel, kondisi yang diajukan oleh Israel, serta keterlibatan berbagai kekuatan internasional menandakan bahwa Suriah masih menjadi arena penting dalam persaingan kekuatan global. Bagaimana perkembangan selanjutnya akan menentukan keseimbangan kekuasaan di Timur Tengah dan hubungan internasional di masa depan.