Tiongkok Melarang Ekspor Mineral Inti ke Amerika Serikat

EtIndonesia. Kementerian Perdagangan Tiongkok pada hari Selasa (3/12) mengumumkan larangan ekspor mineral seperti galium, germanium, dan antimon yang memiliki potensi penggunaan militer ke Amerika Serikat. Ini merupakan balasan Tiongkok setelah Amerika Serikat memberikan pukulan terbaru terhadap industri semikonduktor Tiongkok.

Dalam pengumumannya, Kementerian Perdagangan Tiongkok menyatakan bahwa larangan atas bahan-bahan yang disebut “dual-use” atau dwifungsi militer-sipil yang didasarkan pada alasan keamanan nasional berlaku segera. Juga, diperlukan peninjauan lebih ketat terhadap penggunaan akhir grafit yang dikirim ke Amerika Serikat.

“Secara prinsip, ekspor galium, germanium, antimon, dan bahan super keras ke Amerika Serikat dilarang,” kata pengumuman tersebut.

Ini merupakan eskalasi terbaru dalam hubungan perdagangan yang tegang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, tepat sebelum Donald Trump, presiden terpilih Amerika Serikat, mulai menjabat.

Namun, data bea cukai Tiongkok menunjukkan bahwa sejak Januari hingga Oktober tahun ini, tidak ada galium atau germanium yang belum diolah atau yang telah dilebur yang dikirim ke Amerika Serikat, meskipun Amerika Serikat merupakan pasar terbesar keempat dan kelima untuk kedua mineral tersebut pada periode yang sama tahun lalu.

Kedua jenis mineral tersebut digunakan dalam semikonduktor, dan germanium juga digunakan dalam teknologi inframerah, kabel serat optik, dan sel surya.

Sementara itu, setelah Beijing membatasi ekspor bijih antimon, total ekspor produk antimon Tiongkok anjlok 97% pada Oktober dibandingkan September.

Antimon terutama digunakan dalam amunisi, misil inframerah, senjata nuklir, dan peralatan visi malam, serta baterai dan peralatan optoelektronik. Produksi antimon Tiongkok tahun lalu mencakup 48% dari total produksi global.

Menurut data dari firma industri Project Blue, produksi germanium yang dimurnikan Tiongkok menyumbang 59,2% dari total global tahun ini, dan produksi galium yang dimurnikan mencapai 98,8%.

Jack Bedder, salah satu pendiri Project Blue, menyatakan bahwa langkah Tiongkok ini memperburuk ketegangan rantai pasokan, “di negara-negara Barat, pasokan bahan baku sudah sangat ketat.”

Menurut data dari penyedia informasi Argus, harga trioxide antimon di Rotterdam telah melonjak 228% sejak awal tahun hingga 28 November, mencapai 39,000 dolar per ton.

Sehari sebelum Tiongkok mengumumkan larangan tersebut, pada 2 Desember, Amerika Serikat melancarkan tindakan keras ketiga terhadap industri semikonduktor Tiongkok dalam tiga tahun terakhir, termasuk menempatkan 140 perusahaan Tiongkok dalam daftar entitas, mencakup North Huachuang Technology Group Co., Ltd.

Baru-baru ini, Trump menyatakan bahwa setelah ia menjabat, ia akan memberlakukan tarif 10% terhadap barang-barang Tiongkok. Selama kampanye, ia pernah menyatakan akan memberlakukan tarif 60% terhadap impor dari Tiongkok. (jhn/yn)