Penulis Best Seller Taiwan Qiong Yao Ditemukan Tewas  karena Bundir, Surat Wasiat Terungkap

Tulisan ini tidak bermaksud kepada Anda Melakukan tindakan mengakhiri hidup, Jika anda memiliki kecenderungan serupa segera kunjungi psikiater atau klinik kesehatan mental

ETIndonesia. Pada 4 Desember 2024 sore, penulis ternama asal Taiwan, Qiong Yao, ditemukan meninggal dunia karena mengakhiri hidup di kediamannya di New Taipei City. Dalam surat wasiat yang ditinggalkannya, ia menyerukan generasi muda untuk tidak menyerah pada hidup dan untuk hidup dengan penuh kekuatan.

Menurut laporan media Taiwan, sekitar pukul 13.22 waktu setempat, tersiar kabar bahwa Qiong Yao mengakhiri hidup di rumahnya di Distrik Tamsui, New Taipei City. Petugas pemadam kebakaran dan medis segera tiba di lokasi setelah menerima laporan, tetapi Qiong Yao telah meninggal dunia. Penulis legendaris itu meninggal di usia 86 tahun.

Putra Qiong Yao mengungkapkan kepada publik bahwa ibunya meninggalkan surat wasiat, dan sekretarisnya yang diperintahkan untuk memeriksa rumah siang itu menemukan bahwa Qiong Yao telah mengakhiri hidupnya. Sang sekretaris langsung menghubungi polisi.

Berikut isi surat wasiat Qiong Yao yang diunggah di media sosial:

“Kepada para sahabat dan pembaca setiaku:

Jangan menangis, jangan bersedih, jangan berduka untukku. Aku telah pergi dengan ‘ringan’ dan ‘bebas.’

‘Ringan’ adalah kata yang paling kusukai. Kata itu melambangkan ‘kebebasan, kemerdekaan, dan keindahan terbang.’ Dengan itu, aku melepaskan tubuhku yang semakin menyakitkan dan ‘ringan’ berubah menjadi butiran salju yang terbang pergi!

Ini adalah keinginanku. ‘Kematian’ adalah jalan yang harus dilalui setiap orang, dan itu adalah ‘peristiwa besar’ terakhir dalam hidup. Aku tidak ingin menyerah pada nasib, tidak ingin perlahan-lahan layu, aku ingin mengendalikan ‘peristiwa besar’ terakhir ini sendiri.

Tuhan mungkin tidak merancang akhir kehidupan dengan baik. Ketika orang menjadi tua, mereka harus melewati fase melemah, menua, sakit-sakitan, keluar-masuk rumah sakit, menjalani perawatan yang sering kali tak berhasil. Fase ini bisa berlangsung lama atau sebentar, tapi bagi orang yang pasti akan meninggal, ini adalah penderitaan besar! Bahkan, mereka mungkin harus hidup sebagai orang tua yang tergantung pada ‘alat bantu medis’ di tempat tidur, situasi yang pernah kusaksikan sendiri. Aku tidak ingin ‘kematian’ seperti itu.

Aku adalah ‘percikan api’ yang telah berusaha membakar dengan sepenuh tenaga. Kini, sebelum nyala api itu padam, aku memilih untuk pergi dengan cara ini. Semua yang ingin kusampaikan telah kurekam dalam video Ketika Salju Turun. Semoga kalian, para sahabatku, dapat menonton video itu beberapa kali dan memahami apa yang ingin kusampaikan.

Sahabat-sahabatku, jangan bersedih atas ‘kematianku.’ Tertawalah untukku! Keindahan hidup terletak pada ‘kemampuan untuk mencinta, membenci, tertawa, menangis, bernyanyi, berbicara, berlari, bergerak, menjalani hidup dengan penuh kebebasan, dan mencintai dunia ini dengan semangat.’ Semua itu telah kualami dalam hidupku! Aku telah ‘hidup,’ dan aku tidak menyia-nyiakan kehidupanku!

Hal yang paling berat kutinggalkan adalah keluargaku dan kalian semua. ‘Cinta’ erat mengikat hatiku; kalian adalah hal yang paling membuatku enggan pergi. Untuk membebaskan jiwaku (jika manusia memiliki jiwa), tersenyumlah, bernyanyilah, dan menarilah untukku! Aku akan ‘menari bersama’ kalian dari langit!

Selamat tinggal, kalian yang kucintai! Aku bersyukur atas kehidupan ini yang telah mempertemukan kita.

Catatan: Cara aku ‘mati’ ini adalah pilihanku di akhir hidupku. Kepada generasi muda, jangan pernah menyerah pada hidup dengan mudah. Kesulitan yang kalian hadapi mungkin adalah ‘ujian’ yang indah dalam hidup kalian. Bertahanlah, hidup sampai usia delapan puluhan seperti aku, dan saat tubuh kalian sudah tidak mampu lagi, baru pikirkan cara menghadapi kematian. Semoga pada saat itu, manusia telah menemukan cara yang manusiawi untuk membantu orang tua pergi dengan bahagia!

Sahabatku yang terkasih, jadilah kuat, hiduplah dengan semangat, dan jangan sia-siakan kehidupan ini! Dunia ini, meski tidak sempurna, memiliki berbagai kejutan, tawa, tangis, dan kegembiraan. Jangan lewatkan keindahan yang menantimu!

Dengan seribu kata yang tak terucap, akhirnya, aku doakan kalian sehat dan bahagia. Hiduplah dengan penuh kebebasan!”**

Mengenal Qiong Yao

Qiong Yao, bernama asli Chen Zhe, lahir di Chengdu, Sichuan, berasal dari Hengyang, Hunan. Ia adalah penulis novel romansa, penulis naskah, produser film dan televisi, serta penulis lirik lagu dalam bahasa Mandarin.

Beberapa karyanya yang diadaptasi menjadi film atau serial TV termasuk “Chuāngwài”“tíngyuàn shēn shēn”“yī lián yōu mèng”“zài shuǐ yīfāng”“liù gè mèng”“méihuā sān nòng” Jendela di Depan, Kebun yang Dalam, Mimpi Selendang Ungu, Di Sisi Air, Enam Mimpi, dan Tiga Episode Plum Blossom. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

FOKUS DUNIA

NEWS