EtIndonesia. Penyakit yang sebelumnya tidak diketahui dan telah merenggut puluhan nyawa di Republik Demokratik Kongo kemungkinan besar adalah malaria, kata pengawas kesehatan Uni Afrika pada hari Kamis (19/12).
Pertama kali terdeteksi pada akhir Oktober, kasus penyakit tersebut terkonsentrasi di wilayah Panzi, sekitar 700 kilometer di tenggara ibu kota, Kinshasa.
“Diagnosis sementara saat ini adalah malaria,” kata Ngashi Ngongo, kepala staf dan kepala kantor eksekutif CDC Afrika dalam sebuah pengarahan daring.
Situasi tersebut diperburuk oleh kekurangan gizi di wilayah tersebut, katanya, yang menggambarkannya sebagai hipotesis yang paling mungkin.
Teori tentang penyakit hemoragik virus yang terjadi dengan latar belakang malaria belum dikesampingkan, kata Ngongo.
Penyakit tersebut telah menewaskan 37 orang di fasilitas kesehatan di Panzi dari hampir 600 kasus, menurut data dari CDC Afrika.
Sekitar 44 kematian lainnya telah dilaporkan di tingkat masyarakat dan sedang diselidiki.
Akses ke wilayah tersebut sulit melalui jalan darat dan infrastruktur kesehatan kurang memadai. Warga juga menghadapi kekurangan air minum dan obat-obatan.
Menurut otoritas Kongo, wilayah tersebut, yang mengalami epidemi demam tifoid serius dua tahun lalu, memiliki salah satu tingkat kekurangan gizi tertinggi di negara tersebut, yaitu 61 persen.
Awal bulan ini, para ahli epidemiologi mengesampingkan virus corona tetapi menyimpulkan bahwa itu adalah penyakit yang menyerang sistem pernapasan.
Gejalanya meliputi demam, batuk, dan sakit kepala.
Data awal menunjukkan bahwa penyakit tersebut khususnya menyerang anggota populasi muda, dengan 40 persen kasus melibatkan anak-anak di bawah usia lima tahun.
Kongo, salah satu negara termiskin di dunia, dalam beberapa bulan terakhir menjadi episentrum wabah mpox, dengan lebih dari 1.000 kematian.(yn)
Sumber: sciencealert