EtIndonesia. Konflik antara Ukraina dan Rusia terus menunjukkan eskalasi signifikan dengan serangkaian serangan drone yang dilancarkan oleh Ukraina terhadap berbagai target strategis di Rusia.
Pada tanggal 22 Desember, laporan media Rusia melaporkan bahwa drone Ukraina berhasil menyerang sebuah gudang amunisi fi wilayah Rostov Selatan, yang menyebabkan ledakan besar. Gudang tersebut diduga merupakan milik Divisi Infanteri Motorizasi ke-150 Rusia yang aktif di front Kurakhov.
Serangan Besar-besaran di Kota Kazan
Tidak hanya di Rostov Selatan, Ukraina juga melancarkan serangan drone masif terhadap Kota Kazan, ibu kota Republik Dagestan dan salah satu pusat ekonomi, ilmiah, serta budaya terbesar di Rusia. Kazan, yang berjarak sekitar 1.000 kilometer dari perbatasan Ukraina, menjadi sasaran serangan ini sebagai upaya balasan terhadap konferensi puncak BRICS yang diadakan di kota tersebut.
Video yang beredar di media sosial Rusia menunjukkan drone Ukraina menghantam setidaknya tiga gedung tinggi, termasuk sebuah gedung apartemen setinggi 37 lantai, yang kemudian memicu bola api besar secara instan.
Dampak Serangan terhadap Infrastruktur Transportasi dan Energi
Serangan tidak berhenti di Kazan. Bandara Kazan, yang terletak sekitar 800 kilometer ke timur Moskow, mengalami tiga gelombang serangan drone. Kota kecil Ishchëvsk di timur laut Kazan serta Bandara Saratov yang berjarak sekitar 650 kilometer dari Kazan juga terkena dampak, menyebabkan penghentian sementara keberangkatan dan kedatangan penerbangan. Selain itu, serangan terhadap depot minyak di Starloyikha Oblast, Oryol, pada tanggal 22 Desember 2024 menyebabkan kebakaran hebat yang mempengaruhi logistik militer Rusia secara signifikan. Ini merupakan serangan kedua dalam sepuluh hari terakhir terhadap fasilitas energi di Oryol.
Penghancuran Pesawat Transportasi Militer Rusia
Dalam perkembangan lain, sebuah pesawat transportasi militer An-124 milik Rusia meledak dan hancur total di Bandara Ostafyevo dekat Moskow. Ledakan ini disebabkan oleh mesin utama pesawat yang tiba-tiba terbakar, mengakibatkan kebakaran yang cepat menyebar hingga ke landasan pacu dan fasilitas perawatan di bandara.
Biro Intelijen Ukraina mengonfirmasi bahwa pesawat tersebut milik Angkatan Laut Rusia dan bernilai sekitar 4,5 juta dolar AS, meski pihak Ukraina belum secara resmi mengklaim tanggung jawab atas insiden tersebut. Spekulasi dari pihak luar menyebutkan kemungkinan serangan ini dilakukan oleh kelompok gerilya di dalam Rusia.
Penurunan Transportasi Minyak Laut Rusia
Menurut analisis Bloomberg, volume transportasi minyak laut harian produk minyak Rusia diperkirakan turun menjadi 2,2 juta ton pada tahun 2024, turun 9% dibandingkan tahun 2023 dan 10% dibandingkan tahun 2022.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, dalam pidato kemarin malam menyatakan bahwa Ukraina akan terus menyerang pangkalan militer Rusia dan target lainnya, dengan rencana untuk lebih mengandalkan drone dan rudal buatan dalam negeri. Dia menekankan bahwa tindakan ini adalah upaya adil Ukraina untuk mempertahankan keamanan diri sendiri dan mengucapkan terima kasih atas dukungan masyarakat internasional.
Kerjasama Militer Rusia dengan Korea Utara Teruji di Front Kursk
Di front Kursk, serangan Ukraina semakin intens dengan penggunaan rudal jarak jauh ATACOMS yang didukung oleh sistem peluncur roket HIMARS dari Amerika Serikat. Serangan ini berhasil menghancurkan beberapa target militer Rusia, termasuk Markas Besar Brigade Korps Marinir ke-155 di wilayah Relyesk. Ledakan besar dan kebakaran yang terjadi akibat serangan tersebut menyebabkan hampir seluruh kota padam listrik dan sistem pemanas rusak, mengganggu kehidupan penduduk setempat yang menghadapi suhu minus 10 derajat Celsius dan salju tebal.
Perlawanan Militer Rusia dan Tantangan di Garis Depan
Meskipun menghadapi serangan yang semakin sering dan intens, militer Rusia terus berusaha mempertahankan posisi di front barat laut Pripetov. Namun, kemajuan yang dicapai lambat dan biaya yang tinggi menjadi kendala utama. Pasukan gabungan Rusia-Korea Utara mengalami kerusakan parah akibat serangan artileri dan drone Ukraina, dengan banyaknya korban yang dilaporkan, terutama di kalangan tentara Korea Utara.
Brigade Infanteri Udara ke-95 Ukraina telah membangun pasukan di depan garis pertahanan utara sekitar 2 hingga 3 kilometer, sementara militer Rusia mencoba mengubah taktik mereka dari serangan infanteri massal ke serangan armor yang diperkuat dengan penggunaan banyak tank dan melibatkan brigade marinir elit serta pasukan infanteri.
Kesimpulan: Eskalasi Konflik yang Terus Berlanjut
Serangan drone Ukraina terhadap Rusia tidak hanya menargetkan infrastruktur militer tetapi juga fasilitas energi dan transportasi sipil, menunjukkan strategi yang bertujuan untuk melemahkan kapasitas logistik dan ekonomi Rusia. Dengan serangan yang semakin sering dan terorganisir, kemampuan bertahan Rusia diuji secara signifikan, sementara Ukraina menunjukkan ketangguhan dan inovasi dalam menggunakan teknologi drone dan rudal jarak jauh untuk mencapai tujuan militernya.
Situasi di medan perang terus berkembang, dengan kedua belah pihak menunjukkan adaptasi dan peningkatan strategi masing-masing. Pengaruh serangan ini terhadap stabilitas regional dan global masih terus dipantau oleh para pengamat internasional, sementara masyarakat sipil di kedua negara menghadapi dampak langsung dari konflik yang berkepanjangan ini.