EtIndonesia. Pada hari Natal yang dirayakan di negara-negara Barat, Ukraina menuduh Rusia melancarkan serangan besar-besaran menggunakan rudal jelajah dan balistik terhadap sistem energi dan kota-kota di bagian timur Ukraina. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengecam tindakan Rusia sebagai “tidak berperikemanusiaan”, meskipun diketahui bahwa Rusia merayakan Natal pada 7 Januari sesuai kalender Julian Ortodoks.
Rusia Menyerang Kota Timur Ukraina dan Sistem Energi dengan Rudal Jelajah dan Balistik
Pada pagi hari tanggal 25 Desember waktu setempat, sirene serangan udara meraung di Ukraina. Angkatan Udara Ukraina melaporkan bahwa rudal jelajah Kalibr ditembakkan dari Laut Hitam.
Gubernur wilayah Kherson, Oleksandr Prokudin, mengungkapkan bahwa dalam 24 jam terakhir, satu orang tewas dan tiga lainnya terluka akibat serangan Rusia.
Menurut laporan dari Reuters dan media lainnya, Menteri Energi Ukraina serta pejabat lokal menyatakan bahwa Rusia melancarkan serangan rudal jelajah dan balistik terhadap sistem energi dan kota-kota di Ukraina timur pada pagi hari.
Walikota Kharkiv, Ihor Terekhov, menyebutkan bahwa serangan rudal di kota tersebut menyebabkan setidaknya tiga orang terluka.
Gubernur wilayah Dnipropetrovsk, Serhiy Lysak, menulis di Telegram: “Musuh sedang berupaya menghancurkan sistem listrik wilayah Dnipro. Mohon tetap berada di tempat aman sampai sirene serangan udara berakhir. Jaga diri Anda dengan baik!”
Angkatan Udara Ukraina melaporkan bahwa Kharkiv diserang menggunakan rudal balistik. Gubernur wilayah Kharkiv, Oleh Syniehubov, menyatakan di Telegram bahwa “infrastruktur sipil non-perumahan mengalami kerusakan”.
Menteri Energi Ukraina, German Galushchenko, menyebut serangan Rusia sebagai “serangan hebat terhadap sektor energi” dan menambahkan bahwa operator sistem transmisi listrik telah memberlakukan pembatasan untuk meminimalkan dampak serangan tersebut.
Zelenskyy Mengecam Tindakan Rusia
Pada hari yang sama, Ukraina melaporkan bahwa Rusia mengerahkan 60 drone untuk menyerang beberapa wilayah Ukraina pada malam hari. Sebanyak 36 drone berhasil ditembak jatuh, 23 drone diinterferensi oleh sistem peperangan elektronik, sementara satu drone lainnya masih terbang di udara.
Dilaporkan bahwa pasukan Rusia saat ini melanjutkan serangan mereka di sepanjang garis depan sepanjang 1.000 kilometer di Ukraina timur dan selatan. Selama beberapa bulan terakhir, Rusia hampir setiap hari melancarkan serangan drone untuk melemahkan sistem pertahanan udara Ukraina dan menghantam infrastruktur penting negara tersebut.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengecam serangan “tidak berperikemanusiaan” Rusia, yang menembakkan puluhan rudal dan drone ke Ukraina yang sudah hancur akibat perang.
Zelenskyy mengatakan: “Putin dengan sengaja memilih untuk melancarkan serangan di hari Natal. Apakah ada tindakan yang lebih tidak berperikemanusiaan dari ini? Lebih dari 70 rudal, termasuk rudal balistik, serta lebih dari 100 drone serang ditujukan ke sistem energi kami.”
Rusia Tuduh Ukraina Lancarkan Serangan “9/11” dengan Drone di Kazan
Beberapa hari sebelumnya, pada 21 Desember, Ukraina melancarkan tiga gelombang serangan drone yang menyerang Kota Kazan, ibu kota Republik Tatarstan di Rusia. Serangan ini merusak bangunan apartemen mewah dan fasilitas industri, serta menyebabkan bandara di wilayah tersebut sempat ditutup. Dua drone dilaporkan menghantam gedung apartemen 38 lantai, memicu bola api besar yang terekam dalam video da tampak mengerikan.
Media pemerintah Rusia melaporkan bahwa serangan tersebut melibatkan tiga drone bunuh diri yang menghantam beberapa gedung tinggi di Kazan.
Menurut Radio Free Europe/Radio Liberty (RFE/RL), pemimpin Tatarstan, Rustam Minnikhanov, menyebutkan bahwa dalam tiga gelombang serangan, delapan drone digunakan. Enam di antaranya menghantam gedung apartemen, satu menghancurkan fasilitas industri, dan satu lagi berhasil dicegat.
Para pakar Barat menyebutkan bahwa drone tersebut tampaknya adalah model Lyitiy milik Ukraina, drone ringan berbentuk seperti pesawat kecil. Namun, pemerintah Ukraina belum memberikan komentar resmi mengenai serangan tersebut.
Laporan The Sun menyebutkan bahwa video serangan menunjukkan drone menghantam apartemen setinggi 122 meter dengan 37 lantai, bernama Azure Skies, dan memicu ledakan besar yang menghasilkan bola api raksasa serta meninggalkan lubang hitam yang mengerikan. Insiden ini mengingatkan pada serangan 9/11 di Amerika Serikat tahun 2001, ketika dua pesawat yang dibajak menghantam Menara Kembar WTC di New York City.
Pada 22 Desember, Presiden Rusia Vladimir Putin bersumpah untuk membalas serangan ini dengan “balasan berlipat ganda”.
Putin menyatakan dalam pertemuan pemerintah yang disiarkan televisi, mengatakan: “Siapapun yang berusaha menghancurkan kami, mereka sendiri akan menghadapi kehancuran yang berlipat ganda dan akan menyesali apa yang mereka coba lakukan terhadap negara kami.”(jhn/yn)