Dari Ukraina ke Yaman: Rusia Memicu Krisis Internasional yang Menggemparkan

EtIndonesia. Konflik antara Rusia dan Ukraina semakin memanas dengan serangkaian serangan yang berlangsung selama beberapa bulan terakhir. Serangan tentara Rusia terhadap Pokrovsky telah berlangsung intens, namun hingga kini belum berhasil merebut posisi utama yang dikuasai pasukan Ukraina. Pertempuran di perimeter barat menunjukkan kerugian signifikan bagi Rusia, dengan puluhan ribu personel dan banyak peralatan militer hilang. Kekurangan sumber daya militer ini mengakibatkan berkurangnya jumlah kendaraan lapis baja yang dapat diandalkan, sehingga meningkatkan jumlah korban di pihak Rusia.

Untuk mengatasi kekurangan ini, militer Rusia berupaya mengoordinasikan kekuatan sipil guna memasok kendaraan ke garis depan. Namun, kendaraan sipil yang dibawa dari belakang hampir tidak memberikan perlindungan terhadap operasi serangan Rusia, bahkan peluru senapan pun tidak mampu menahan. Materi visual yang disediakan oleh blogger militer Rusia mengungkapkan kerentanan kendaraan sipil ini dalam medan perang.

Di arah Kurakhov, tentara Rusia tengah melakukan kemajuan dari Jalan Utama dan tepi utara waduk melalui dua jalur, sementara kedua belah pihak berperang sengit siang dan malam di sekitar kawasan industri barat. Pasukan Ukraina melancarkan serangan balik ke pemukiman Sogiliya di barat daya Kurakhov. Kementerian Pertahanan Rusia pada 26 Desember 2024 melaporkan bahwa pasukan Rusia berhasil menangkis serangan balik Ukraina, namun di arah Yantarne masih banyak musuh yang tersisa. Angkatan Bersenjata Federasi Rusia berencana maju ke arah Konstantinopel untuk menyelesaikan pengepungan bagian selatan Kurakhov. Informasi di medan perang saat ini masih kacau, namun perlawanan pasukan Ukraina sangat sengit, dan tentara Rusia hingga kini belum dapat menguasai Kurakhov.

Di medan perang Kursk, kekuatan pasukan Rusia yang terkonsentrasi telah mencapai 65.000 orang dengan harapan dapat mengusir pasukan Ukraina dari wilayah tersebut sebelum 20 Januari. Namun, target ini tampaknya sulit dicapai. Pada 25 Desember, pasukan Ukraina kembali menggunakan rudal taktis ATACMS untuk menyerang Kota Likhov, menghancurkan Komando Brigade Marinir Angkatan Laut ke-810 Rusia. Korban tewas termasuk Letnan Kolonel Muha Betovich Paketov, Wakil Brigade tersebut, sementara kerusakan lainnya masih dalam proses penghitungan. Pasukan Parasut Angkatan Udara ke-82 dan Pasukan Pengebom Ke-95 Ukraina telah beberapa kali menghancurkan brigade tersebut, namun brigade tersebut kemudian membangun kembali sebanyak delapan kali, meskipun kekuatan tempur prajurit baru jelas lebih lemah dibandingkan sebelumnya.

Serangan di Wilayah Rostov dan Krasnodar Krai

Wilayah Rostov di Rusia kembali menjadi sasaran serangan dengan drone Ukraina yang terlibat dalam baku tembak sengit dengan sistem pertahanan udara Rusia, menghasilkan banyak ledakan di lokasi. Selain itu, wilayah Krasnodar Krai juga menjadi target, menandakan kemungkinan Ukraina juga menargetkan Crimea yang berdekatan. Serangan keenam dalam seminggu terhadap Rostov ini sebelumnya mencakup serangan udara terhadap kilang minyak lokal dan fasilitas basis udara lainnya.

Institut Studi Perang (ISW) melaporkan bahwa sekitar 22 Desember, Ukraina melakukan serangan udara hebat terhadap gudang amunisi raksasa di Sinkerkask yang kini tampaknya hancur total. Gudang amunisi tersebut sebelumnya digunakan untuk mendukung pasukan Rusia di arah Kramatorsk, namun kini sudah tidak berfungsi lagi.

Keterlibatan Pasukan Nemesis Ukraina dan Sistem Pertahanan Doal M2 Rusia

Setelah pada 7 Desember, sebuah sistem pertahanan udara Doal M2 Rusia ditembak jatuh oleh pasukan Nemesis Ukraina di garis depan Zaporizhia, pasukan tersebut kembali melakukan serangan malam yang berhasil pada 26 Desember di Desa Zelanrobi di garis depan Zaporizhia, menghancurkan lagi satu set sistem pertahanan udara Doal M2 Rusia. Sistem Doal M2, yang lebih fleksibel dan bergerak dibandingkan S-300 dan S-400, telah menjadi tulang punggung pasukan Rusia dalam mencegat drone Ukraina, terutama rudal jelajah canggih dari Barat. Keberhasilan serangan ini semakin mengurangi kemampuan pertahanan udara Rusia, meningkatkan keamanan langit Ukraina.

Serangan Israel terhadap Bandara Sana dan Reaksi Houthi

Dalam perkembangan mendadak, pesawat tempur Israel melakukan pemboman besar-besaran terhadap Bandara Internasional Sana di ibu kota Yaman. Serangan ini terjadi saat kelompok teroris Houthi sedang mengadakan konferensi pers yang membanggakan kemampuan mereka untuk mengalahkan Amerika Serikat dan Israel. Serangan ini merupakan yang keenam dalam seminggu terhadap Rostov dan menandakan fokus baru Israel terhadap Yaman sebagai ancaman serius di Timur Tengah.

Menurut laporan Jerusalem Post, Perdana Menteri Israel Netanyahu dalam pidato televisi mengumumkan bahwa kelompok Houthi akan menghadapi nasib yang sama seperti Hamas dan Hizbullah. Saat ini, Israel hampir mencapai tiga tujuan strategis besar: menghancurkan Hamas, melumpuhkan Hizbullah di Lebanon, dan menghilangkan ancaman dari arah Dataran Tinggi Golan. Namun, serangan balik oleh Houthi dengan rudal hipersonik tipe Palestin 2 menunjukkan bahwa kelompok ini masih menjadi ancaman serius bagi Israel.

Protes Anti-Rusia di Bekas Wilayah Kekaisaran Rusia

Selain konflik militer, gelombang protes anti-Rusia juga melanda beberapa wilayah bekas Kekaisaran Rusia. Di Georgia, puluhan ribu warga berkumpul di Jalan Rustaveli, Tbilisi, menyampaikan pesan bahwa masa depan Georgia berada di Eropa, bukan di bawah kendali Rusia. Serbia juga menyaksikan lebih dari 100.000 orang berkumpul di Belgrade menuntut Presiden pro-Rusia Aleksandar Vučić untuk mengundurkan diri. Di Libya, kerumunan besar menuntut pengusiran Rusia, menunjukkan bahwa basis luar negeri Rusia di Afrika juga terancam. Pemimpin oposisi Belarus yang tengah mencalonkan diri sebagai presiden diperkirakan akan segera membawa Belarus beralih ke Eropa, yang akan melemahkan posisi Rusia secara global.

Pemulihan Industri Rudal Ukraina dan Pengembangan Senjata Laser

Edisi terbaru The Economist mengungkapkan bahwa Ukraina sedang secara rahasia memulihkan industri rudalnya sendiri. Ukraina, yang pernah menjadi produsen rudal besar selama era Soviet, kini sedang dalam tahap pemulihan eksplosif dengan lebih dari sepuluh proyek rudal yang sedang dikembangkan. Salah satu proyek utama adalah rudal Trum Peta dengan jangkauan 200 kilometer dan akurasi tinggi, yang direncanakan akan diproduksi secara massal sebanyak 3.000 unit sebelum akhir 2025. Selain itu, Ukraina juga mengembangkan drone serang yang dapat terbang hingga 1.200 kilometer, mampu membawa hingga 200 kilogram bahan peledak.

Militer Ukraina juga mengklaim telah mengembangkan senjata laser yang dapat menjatuhkan target udara sejauh satu mil. Senjata laser ini, yang diberi nama ‘Trisula’, telah digunakan dalam pertempuran nyata dan menunjukkan efektivitasnya dalam menghancurkan pesawat terbang setinggi lebih dari 1,2 mil. Meskipun sistem pertahanan udara Israel belum sepenuhnya mampu mencegat rudal hipersonik yang diluncurkan oleh Houthi, pengembangan senjata laser oleh Ukraina diperkirakan akan menjadi tambahan yang signifikan bagi sistem pertahanan udara mereka.

Pengadaan Senjata Canggih oleh Amerika Serikat dan Azerbaijan

Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada 20 Desember mengumumkan kontrak senilai 282,3 juta dolar dengan Raytheon untuk membeli batch ke-11 dari rudal diameter kecil generasi kedua, dikenal sebagai Storm Breaker GBU-53B. Storm Breaker adalah bom berpemandu presisi canggih yang mampu melakukan serangan presisi di lingkungan perang elektronik yang kompleks, meningkatkan efektivitas serangan per misi bagi pesawat tempur seperti F-15E Strike Eagle, Fa-18EF Super Hornet, dan F-35 Angkatan Laut AS.

Sementara itu, pihak berwenang Azerbaijan mengonfirmasi bahwa sebuah rudal darat-ke-udara Rusia menyebabkan jatuhnya pesawat sipil Azerbaijan di Kazakhstan pada 25 Desember. Pesawat Boeing 190 milik Azerbaijan Airlines jatuh dengan 67 penumpang di dalamnya, termasuk 5 kru, dan 38 orang tewas di tempat. Penyebab kecelakaan diduga adalah tembakan dari sistem pertahanan udara Rusia yang salah mengira pesawat tersebut sebagai drone Ukraina.

Kesimpulan

Tahun 2024 menjadi tahun yang penuh gejolak bagi Rusia, Ukraina, dan kawasan Timur Tengah. Dengan konflik yang terus berlanjut di berbagai front, serangan siber, penggunaan teknologi militer canggih, dan reaksi global yang semakin kompleks, masa depan situasi ini masih penuh ketidakpastian. Protes anti-Rusia yang meluas dan pengembangan teknologi militer oleh Ukraina menunjukkan dinamika baru dalam konflik yang telah berlangsung lama ini. Sementara itu, upaya internasional untuk mendukung salah satu pihak dalam konflik ini terus berkembang, dengan dampak yang signifikan terhadap stabilitas regional dan global.

FOKUS DUNIA

NEWS