EtIndonesia. Sepanjang sejarah, banyak individu luar biasa yang mampu menembus kabut masa depan dan meninggalkan ramalan yang sangat akurat. Pada masanya, orang-orang sering tidak percaya. Namun, setelah peristiwa yang diramalkan terjadi, barulah mereka menyadarinya. Memahami dan menyikapi ramalan adalah salah satu cara untuk mengarahkan nasib seseorang.
Menurut “Sejarah Dinasti Ming”, menjelang akhir masa pemerintahan Kaisar Wanli, seorang Taois menyanyikan sebuah lagu di pasar yang ramai di ibu kota. Liriknya berbunyi: “Wei gui dang tou zuo, qie hua bian di sheng” (Artinya: “Setan Wei duduk di atas, bunga terong tumbuh di mana-mana”). Pada saat itu, orang-orang tidak memahami arti dari lirik tersebut.
Maksud Wei di sini adalah nama marga dari Wei Zhongxian, yaitu seorang kasim yang sepenuhnya mendominasi pemerintahan Tiongkok antara tahun 1624 dan 1627, dengan kejam mengeksploitasi penduduk dan meneror golongan pejabat.
Belakangan, Kaisar Tianqi (Zhu Youxiao) naik takhta. Dia tumbuh di bawah asuhan pengasuhnya, Madame Ke (Perawat balita), dan kasim Wei Zhongxian, yang sangat dia percayai. Keduanya kemudian memanfaatkan kesempatan ini untuk merebut kekuasaan dan menciptakan kekacauan di Dinasti Ming. Mereka membentuk faksi kasim yang disebut “Yandang” yang menyebabkan kerusakan besar di seluruh negeri kerajaan saat itu.
Madame Ke, tinggal di istana, dia mengintimidasi permaisuri dan dengan kejam menyiksa para pelayan istana dan selir.
Wei Zhongxian, meski tidak berpendidikan, dia sangat terobsesi dengan kegiatan seperti pelacuran, perjudian, dan menebarkan fitnah. Dia memengaruhi Kaisar Tianqi untuk menjalani kehidupan penuh kenikmatan dan mengabaikan urusan negara, sementara dirinya mengendalikan pemerintahan. Di bawah kekuasaannya, seluruh otoritas dalam dan luar istana berada di tangannya. Wei dikenal kejam dan licik, membunuh semua orang yang dianggap sebagai ancaman.
Wei Zhongxian memiliki kekuasaan absolut. Para pejabat berlutut di hadapannya sambil memujanya dengan sebutan “Jiǔ qiān suì” (Sembilan Ribu Tahun), suatu panggilan penghormatan yang hampir setara dengan Kaisar. Dia bahkan tidak melirik mereka yang memberikan penghormatan.
Di berbagai daerah, kuil-kuil didirikan untuk menghormati Wei Zhongxian. Suatu ketika, sebuah patung kepala Wei dibuat terlalu besar sehingga mahkota yang dirancang untuknya tidak pas. Seorang pengrajin terpaksa memotong sedikit bagian kepala patung itu. Akibatnya, salah satu anggota faksi Wei menangis histeris, dan sang pengrajin harus memohon ampun dengan menangis di depan patung selama tiga hari tiga malam agar nyawanya selamat.
Saat faksi kasim ini semakin merajalela, masyarakat mulai memahami arti dari ramalan Taois tersebut: “Wei gui dang tou zuo” merujuk pada nama depan Wei Zhongxian (Wei), yang memimpin kekacauan. Sementara itu, “qie hua bian di sheng” dianggap sebagai simbol dari Keksi (Madame Ke – Perawat balita). Pendeta Tao dengan cerdik menggambarkan situasi yang akan datang.
Menurut catatan sejarah saat itu, pada suatu hari di ulang tahun Wei Zhongxian, seorang Taois tiba-tiba muncul. Dia membawa alat kebersihan Taoisme di satu tangan dan tongkat kayu di tangan lainnya. Di depan Wei Zhongxian, Taois itu dengan tegas mencela:
“Aku sudah lama tidak bertemu denganmu, Tuan Kasim. Hari ini, aku akhirnya melihatmu lagi. Kini kamu telah mencapai puncak kekayaan dan kehormatan, tetapi mengapa kamu melupakan diriku? Kamu bisa menipu kaisar dan rakyat, tetapi apakah kamu pikir kamu bisa menipu langit (Dewa)? Kamu ini lebih buruk dari seekor babi atau anjing! Aku ingin melihat bagaimana kamu akan dipenggal nanti!”
Setelah mengatakan ini, Taois itu mengibaskan lengan bajunya dan menghilang tanpa jejak, membuat semua orang yang hadir terkejut.
Pada tahun ketujuh era Tianqi (1627), Kaisar Tianqi wafat. Adiknya, Zhu Youjian (Pangeran Xin), naik takhta sebagai Kaisar Chongzhen. Wei Zhongxian berusaha mempertahankan kekuasaannya, tetapi gagal. Dalam waktu singkat, ratusan laporan dari pejabat dan warga sipil menuntut hukuman bagi Wei Zhongxian atas kejahatannya. Kaisar membaca setiap laporan dengan cermat dan merasa sangat marah terhadap tindakan keji faksi kasim tersebut.
Pada bulan November ketika itu, Kaisar memecat Wei Zhongxian dan memerintahkan penangkapan serta penyitaan semua asetnya. Ketika Wei Zhongxian diasingkan ke Fengyang untuk menjaga makam leluhur, dia menerima informasi rahasia tentang rencana penangkapan dirinya. Menyadari bahwa akhir hidupnya telah tiba, dia memilih gantung diri di tengah perjalanan. Kaisar memerintahkan agar Wei Zhongxian dieksekusi dengan memenggal kepalanya dan dipajang untuk umum. Sementara itu, Madame Ke juga dieksekusi di dalam istana, bersama banyak anggota faksi kasim lainnya.
Ramalan Taois tersebut terbukti sepenuhnya: Wei Zhongxian benar-benar mengalami hukuman dipenggal.Kejatuhan Wei Zhongxian dan Madame Ke adalah bukti nyata bahwa karma tidak dapat dihindari. Tidak peduli seberapa tinggi status seseorang atau betapa besar kekayaan dan kekuasaannya, kejahatan akan selalu mendapatkan balasan yang setimpal. Kekayaan dan kehormatan hanyalah sementara; hukuman dari langit (dewa) dapat tiba kapan saja tanpa peringatan.(jhn/yn)