Rusia Langsung Serang Trump dengan Ancaman Nuklir dan Penembakan Pesawat Tempur F-16 AS

ETIndonesia. Sebuah peringatan tegas telah disampaikan oleh pejabat tinggi Rusia kepada Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, agar tidak melanjutkan uji coba nuklir. Dalam pernyataannya, pejabat tersebut menegaskan bahwa jika Amerika Serikat melanjutkan rencananya, Moskow akan mempertimbangkan sikap Washington yang sangat antagonistik dan siap untuk mempertahankan serta mengambil semua opsi yang tersedia.

Ancaman Rusia dan Situasi Nuklir Global

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia yang bertanggung jawab atas kontrol senjata, Sergei Ryabkov, dalam wawancara eksklusif dengan surat kabar Russia Businessman, mengkritik kebijakan Presiden Trump yang dianggap mengambil posisi radikal terkait larangan menyeluruh dan perjanjian uji coba nuklir selama masa jabatan pertamanya. 

Ryabkov menyatakan bahwa kebijakan Amerika Serikat di berbagai bidang saat ini sangat antagonistik terhadap Rusia. 

Untuk memastikan kepentingan keamanan nasional, Rusia tidak menutup kemungkinan untuk mengambil langkah-langkah potensial serta menyampaikan sinyal politik yang sesuai.

Sejak era Perang Dingin, Amerika Serikat dan Uni Soviet, kini Rusia, telah melakukan serangkaian negosiasi untuk mengurangi dan membatasi senjata strategis ofensif. Perjanjian baru tentang pengurangan senjata strategis antara Amerika Serikat dan Rusia saat ini merupakan satu-satunya mekanisme pengendalian senjata nuklir antara kedua negara dan dijadwalkan akan berakhir pada tahun 2026. 

Selain itu, Amerika Serikat, Rusia, dan Tiongkok sedang melakukan peningkatan serta pembaruan besar-besaran pada persenjataan nuklir masing-masing.

Pengurangan Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir

Pada tahun 1996, Amerika Serikat dan Rusia menandatangani Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir secara menyeluruh. Meskipun parlemen Rusia menyetujui perjanjian ini pada tahun 2000, parlemen Amerika Serikat belum pernah memberikan persetujuannya. Pada tahun 2023, Presiden Vladimir Putin secara resmi mencabut persetujuan parlemen Rusia terhadap perjanjian tersebut, menyelaraskan posisi Rusia kembali dengan Amerika Serikat. Langkah ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan para ahli kontrol senjata bahwa Amerika Serikat mungkin sedang mempersiapkan pemulihan uji coba nuklir, baik untuk mengembangkan senjata baru maupun untuk mengirim sinyal kepada negara-negara seperti Rusia dan China.

Penurunan Ambang Penggunaan Senjata Nuklir oleh Rusia

Sebulan lalu, Presiden Putin menurunkan ambang penggunaan senjata nuklir dengan alasan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh yang disediakan oleh Amerika Serikat dan Inggris untuk menyerang target dalam wilayah Rusia. Kebijakan ini menandakan bahwa Rusia, meskipun menghadapi serangan konvensional, kini memiliki kemungkinan untuk merespons dengan senjata nuklir.

Klaim Penembakan Pesawat F-16 AS

Dalam laporan terbaru dari situs Today Russia pada  26 Desember 2024, Ketua Komite Kedaulatan Publik Dewan Federasi Rusia, Vladimir Rogov, menyatakan melalui telegram bahwa sebuah pesawat tempur F-16 buatan Amerika Serikat yang sedang bersiap untuk menyerang wilayah zaporizhzhia yang dikontrol Rusia telah ditembak jatuh oleh militer Rusia. Hingga saat ini, pihak Ukraina belum memberikan respons terhadap kejadian ini, dan kebenaran berita ini masih belum dapat dipastikan.

Pada  Juli, beberapa anggota NATO di Eropa mengirimkan pesawat tempur F-16 buatan Amerika Serikat ke Ukraina sebagai bagian dari upaya mendukung pertahanan Ukraina. Menanggapi perkembangan ini, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, pada  12 Desember 2024 mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan memberikan bantuan senjata senilai $500 juta kepada Ukraina. 

Bantuan ini meliputi peralatan terbaru yang diambil langsung dari persediaan militer AS, termasuk sistem roket bergerak tinggi, amunisi untuk sistem roket HIMARS, amunisi artileri, drone, kendaraan lapis baja, serta perlengkapan anti-bio, anti-radiasi, dan anti-serangan nuklir. Ini merupakan bantuan militer ketiga yang diumumkan oleh pemerintah Presiden Joe Biden bulan ini kepada Ukraina.

Respon Rusia terhadap Serangan Terhadap Wilayahnya

Pada tanggal 26 Desember 2024, setelah pertemuan Dewan Tertinggi Aliansi Ekonomi Eurasia, Presiden Putin menyatakan kepada wartawan bahwa Rusia akan memberikan respons yang tepat terhadap setiap serangan terhadap wilayahnya. Jika diperlukan, Rusia siap untuk kembali menggunakan rudal nyala sebagai bentuk pembelaan diri.

Dinamika Hubungan AS-Rusia di Tengah Ketegangan Nuklir

Dengan berakhirnya perjanjian pengurangan senjata strategis pada tahun 2026 dan meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Rusia, dinamika hubungan kedua negara besar ini semakin kompleks. 

Pembaruan persenjataan nuklir oleh ketiga negara terbesar dunia—Amerika Serikat, Rusia, dan Tiongkok —menunjukkan bahwa perlombaan senjata nuklir masih menjadi ancaman serius bagi stabilitas global. Para pengamat internasional mengamati dengan cermat setiap langkah yang diambil oleh kedua negara tersebut, mengingat potensi dampaknya terhadap keamanan dunia.

Kesimpulan

Peringatan Rusia kepada Amerika Serikat agar tidak memulihkan uji coba nuklir serta klaim penembakan pesawat F-16 AS di Ukraina menandakan meningkatnya ketegangan antara kedua negara besar ini. 

Dengan akhir perjanjian pengurangan senjata strategis yang semakin dekat, langkah-langkah yang diambil oleh Amerika Serikat dan Rusia dalam mengembangkan serta memperbarui persenjataan nuklir mereka masing-masing akan menjadi faktor kunci dalam menentukan arah hubungan bilateral dan stabilitas global ke depan. (Hui)

Sumber : Sound of Hope

FOKUS DUNIA

NEWS