Forum Elite
Komisi Ekonomi Air Global merilis laporan baru pada 17 Oktober yang menyatakan bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah, manusia telah merusak keseimbangan siklus air global.
Laporan tersebut memperingatkan bahwa jika tidak ada tindakan yang diambil, krisis air akan membahayakan umat manusia dalam hal pangan pada tahun 2050. Laporan tersebut juga secara spesifik menyebutkan lima masalah besar di Tiongkok, dimana waduk seperti Bendungan Tiga Ngarai merupakan yang paling terkena dampaknya.
Pada 21 Oktober, intrusi air laut terjadi di banyak kota pesisir di Tiongkok utara. Beberapa wilayah perkotaan terendam banjir sehingga menimbulkan kerugian besar bagi masyarakat. Apakah masalah air di Tiongkok sudah dimulai?
Laporan Siklus Air Dunia menyebutkan Bendungan Tiga Ngarai karena telah merusak siklus air
Wang Weiluo, pakar konservasi air, perlindungan lingkungan, dan masalah ekologi terkenal yang tinggal di Jerman, mengatakan bahwa siklus air berkaitan erat dengan kita. Secara teoritis abstrak, itu adalah bentuk air, yang pertama adalah bentuk fisik, dan yang kedua adalah perubahan letak geografis yang disebut siklus air.
Wang Weiluo menambahkan, secara intuitif, setelah air dipanaskan oleh matahari dari laut, ia berubah menjadi uap air dan naik ke udara, kemudian dipengaruhi oleh sirkulasi atmosfer di udara, misalnya bergerak ke hulu benua. Karena perubahan kondisi, ia berubah menjadi curah hujan dan jatuh ke permukaan tanah, membentuk limpasan. Ia dapat masuk ke sungai, diserap oleh tanaman atau pohon, atau masuk ke air tanah.
Setelah sampai di air tanah, bisa juga masuk ke air tanah dalam, lalu perlahan-lahan masuk ke laut, atau bisa kembali ke air tanah dangkal, kembali ke sungai, dan kembali ke laut. Hal ini dianggap sebagai siklus yang tidak ada habisnya . Air adalah sumber daya terbarukan. Saat ini tidak ada negara yang mengenakan pajak atas sumber daya terbarukan. Hanya Tiongkok yang sekarang mulai mengenakan pajak.
Wang Weiluo mengatakan bahwa pada 17 Oktober, Komisi Ekonomi Air Global merilis laporan baru berjudul “Ekonomi Air – Memperlakukan Siklus Hidrologi sebagai Kepentingan Bersama Global”, yang mengaitkan alasan utama ketidakseimbangan siklus air dengan campur tangan aktivitas manusia yang mengganggu yaitu eksploitasi secara berlebihan.
Laporan tersebut, kata dia, meyakini bahwa permasalahan yang dihadapi Tiongkok relatif agak umum. Kita semua tahu bahwa Tiongkok merupakan negara dengan sumber daya air yang relatif baik, lebih baik dibandingkan negara-negara di Afrika. Situasi sumber daya air per kapita Tiongkok lebih baik dibandingkan Jerman dan beberapa negara Eropa. Masalah campur tangan manusia dalam siklus air Tiongkok disebabkan oleh ideologi PKT untuk berperang melawan langit, bumi, dan manusia.
Wang Weiluo mengatakan bahwa laporan tersebut secara khusus menyebutkan kerusakan yang disebabkan oleh Bendungan Tiga Ngarai terhadap siklus air, dan menyebutkan bahwa ada sekitar lima masalah utama di Tiongkok, yang pertama adalah masalah Bendungan Tiga Ngarai. Mari kita bicara tentang Bendungan Tiga Ngarai. Misalnya, saat ini, Danau Poyang yang terbesar di Tiongkok di hilir Sungai Changjiang telah memasuki permukaan air yang amat sangat rendah, dan dasar danau muncul ke permukaan.
Namun, pada akhir Juni dan pertengahan Juli tahun ini, Danau Poyang dan Danau Dongting masih banjir air, dan permukaan airnya masih pada masa tingkat tertinggi. Namun, tiga bulan kemudian, permukaan airnya sudah sangat kering, hal ini bukanlah disebabkan oleh fenomena alam.
Pasca banjir, Bendungan Tiga Ngarai melepas air. Laporan ke masyarakat tahun ini mengungkap telah dibuka 9 lubang. Beberapa pemberitaan media mandiri justru mengungkap 11 lubang dibuka untuk melepas air. Pelepasan air menyebabkan kerusakan cukup parah di bagian hilir karena tenaga benturan air yang sangat besar. Kecepatan air saat keluar dari lubang bisa mencapai 120 kilometer per jam, lebih cepat dari kecepatan mengendarai mobil di high way Amerika , itu akan menyebabkan kerusakan yang berat terhadap pendalaman jalur pada Sungai.
Wang Weiluo mengatakan pada bagian tengah dan hilir Sungai Changjiang, misalnya kondisi mengeringnya Danau Poyang, salah satu penyebabnya adalah penggalian untuk mempendalam saluran Sungai Changjiang yang tidak teratur. Di muara Danau Poyang diperdalam minimal 4 hingga 10 meter, sehingga saat air kering, permukaan air menjadi sangat rendah.
Jika ketinggian air aliran utama Sungai Changjiang rendah maka akan mengeringkan Danau Poyang. Karena air yang mengalir ke bawah akan mudah terkuras sehingga mengakibatkan pasokan air ke bagian hilir tidak mencukupi. Untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik pada saat air surut, permukaan air Waduk Tiga Ngarai harus dinaikkan menjadi 175 meter. Demikian juga ada masalah aliran balik air laut dari Muara Sungai Changjiang.
Analisis Penyebab Aliran Balik Air Laut di Kota-kota di Tiongkok Utara
Wang Weiluo mengatakan bahwa sekarang saya dapat mengatakan dengan agak lebih pasti bahwa penyebab intrusi air laut di Kota Yingkou, Kota Panjin, Kota Jinzhou dan Kota Huludao adalah karena keempat kota tersebut terletak di muara Sungai Liaohe yang menuju lautan, sedangkan di delta Sungai Liaohe dipenuhi dengan tanah perkotaan untuk pertanian.
Kampung halaman Wang Weiluo di Hangzhou. Pasang surut di Teluk Hangzhou adalah yang terbesar dan paling jelas di Tiongkok karena topografinya bagaikan mulut terompet. Ketika intrusi air laut tiba-tiba mengalir ke mulut trompet ini, permukaan air akan naik dengan sangat cepat. Di Delta Liaohe, mulut trompet Sungai Liaohe pada dasarnya sudah tidak terlihat dan menjadi sangat kecil.
Delta tersebut pada dasarnya sudah terpasang tanggul, yaitu tembok laut atau jalan raya dan tembok laut, yang sangat mengurangi ruangan yang biasanya bisa ditempati oleh air laut menjadi sangat kecil. Jadi dengan jumlah air pasang yang sama maka permukaan air akan naik sangat tinggi, karena luasannya kecil maka naiknya sangatlah tinggi. Dan air pasang mempunyai ciri khas, air akan langsung keluar setelah masuk.
Alasan mengapa rumah-rumah di Panjin, Yingkou, Jinzhou, dan Kota Huludao terendam banjir setidaknya selama setengah hari atau lebih dari satu hari adalah karena air melewati tanggul laut dan memasuki lahan pembangunan perkotaan yang semula dilindungi, kemudian terhalang oleh tanggul dan tidak dapat mundur, karena tidak bisa keluar, sehingga menggenangi rumah.
Guo Jun, pemimpin redaksi surat kabar Epoch Times berbahasa Tionghoa, mengatakan bahwa intrusi air laut terjadi di Tiongkok utara. Para ahli dari PKT mengatakan bahwa telah terjadi gelombang pasang yang besarnya tidak normal, namun penjelasan ini tidak masuk akal. Karena jika terjadi gelombang pasang besar maka di Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan seharusnya mengalami situasi serupa. Amblesnya Dataran Tiongkok Utara mungkin menjadi penyebab utamanya.
Guo Jun berkata lebih dari sepuluh tahun yang lalu, masalah ini sudah sangat serius. Media resmi melaporkan pada tahun 2011 bahwa luas penurunan tanah yang melebihi 200 milimeter di Dataran Tiongkok Utara telah mencapai lebih dari 60.000 kilometer persegi, atau mencakup setengah dari luas Dataran Huabei. Beijing, Tianjin, dan Cangzhou mengalami penurunan permukaan tanah yang paling parah. 200 milimeter berarti 20 sentimeter atau 0,2 meter, tetapi ada tempat yang lebih serius lagi, seperti Cangzhou di Provinsi Hebei Dari tahun 1970an hingga 2010, terjadi penurunan sekitar 2,4 meter.
Sebab utama penurunan permukaan tanah di Dataran Huabei adalah: yang pertama adalah berkurangnya volume air di bagian hilir Sungai Kuning, yang setara dengan berkurangnya pengisian kembali air tanah; sebab lain adalah eksploitasi air tanah yang berlebihan. Huabei (Tiongkok Utara) merupakan tempat dimana eksploitasi air tanah paling parah yang terjadi di Tiongkok. Banyak tempat dibawah tanah terjadi bentuk seperti Corong air tanah yang besar yaitu artinya air tanah hilang sudah tidak ada maka tanah pasti akan terjadi penurunan.
Saya pikir penurunan permukaan air tanah di Dataran Huabei, menyebabkan penurunan permukaan tanah, mungkin menjadi penyebab utama intrusi air laut ini. Tren ini berdampak besar pada seluruh Tiongkok Huabei dan wilayah utara Tiongkok.
Penurunan tanah akan menimbulkan banyak masalah. Tentu saja dampak yang paling serius adalah masalah air. Cara Partai Komunis Tiongkok mengendalikan air adalah dengan melawan langit dan melawan bumi, akibatnya sungaipun tidak ada aliran airnya. Beijing awalnya merupakan tempat dengan sumber daya air yang melimpah, namun kini perlu bergantung pada pengalihan air dari selatan ke utara untuk menjaga pasokannya.
Proyek Pengalihan Air dari Selatan ke Utara berdampak serius pada sistem air Tiongkok
Wang Weiluo mengatakan bahwa Proyek Pengalihan Air dari Selatan ke Utara akan berdampak besar pada seluruh sistem air Tiongkok. Misalnya air yang semula mengalir ke rumah Anda kini mengalir ke tempat lain. Lembah Sungai Changjiang awalnya merupakan tempat yang kaya akan sumber daya air.
Dalam Laporan Komisi Ekonomi Air Global menyebutkan peningkatan curah hujan menjadi masalah Tiongkok. Peningkatan curah hujan mengacu pada wilayah barat laut, sedangkan curah hujan di Daerah Aliran Sungai Changjiang justru berkurang. Yaitu di Tiongkok yang awalnya dikira terdapat lebih banyak air kini curah hujan justru menurun, sedangkan di utara Tiongkok curah hujannya justru meningkat.
Wang Weiluo mengatakan bahwa Beijing tidak dapat menghabiskan air dari Proyek Pengalihan Air Selatan ke Utara, sehingga digunakan untuk mengisi ulang air tanah. Jika permukaan air turun, maka akan diisi ulang dengan air dari Proyek Pengalihan Air Selatan ke Utara. Proyek Pengalihan Air Selatan ke Utara adalah proyek nasional. PKT ingin menyelamatkan mukanya dan tidak dapat mengatakan bahwa airnya cukup.
Oleh karena itu, dalam Rencana Lima Tahun ke-14, jalur timur Proyek Pengalihan Air Selatan-Utara akan diperluas. Jalur ini akan melintasi Sungai Kuning ke Cangzhou, tempat penurunan air tanah paling parah, dan melewati Cangzhou ke Tianjin. Jalur tengah juga perlu diperluas. Pertama, terowongan bawah tanah akan digali dari Tiga Ngarai hingga Danjiangkou. Hal ini akan memastikan bahwa hampir 9 miliar meter kubik air akan tersedia di atas Danjiangkou untuk digunakan oleh Beijing dan wilayah utara , termasuk pembangunan dua waduk lagi untuk Kawasan Baru Xiongan.
Nah, sebagian besar rencana Jalur Barat telah dibangun, yaitu mengangkut air dari tiga sungai yaitu Sungai Jinsha, Sungai Dadu, dan Sungai Yalong ke Sungai Kuning setiap tahunnya, 17 miliar meter kubik air akan diangkut ke utara wilayah dan memasuki Sungai Kuning. Akibatnya, Sungai Changjiang yang akan segera mengalami kekurangan sumber daya air, sedangkan Daerah Aliran Sungai Kuning akan mengalami kelebihan sumber daya air. Kondisi alamnya menyebabkan daerah tersebut menjadi semi-kering dan semi-lembab dia tidak membutuhkan begitu banyak air, dan tidak dapat hidup berdampingan dengan air yang begitu banyak.
Dan masih ada masalah terbesar dengan Sungai Kuning yaitu Tiongkok telah mengendalikan air selama ribuan tahun. Tiongkok telah bolak-balik antara dua tindakan. Yang satu disebut pelebaran sungai dan penguatan tanggul lebar, dan tanggul di kedua sisinya dibuat sangat kuat, disebut pelebaran sungai dan penguatan tanggul; yang satunya lagi dikatakan menggunakan air untuk menyerang pasir, dan sungai dibuat sangat sempit, dan air dari tanggul digunakan untuk menerjang pasir ke laut.
Oleh karena itu, para kaisar dari dinasti masa lalu melompat di antara dua langkah ini. Hal yang sama berlaku untuk pengelolaan air oleh Xi Jinping, dia tidak tahu harus ke kiri atau ke kanan, apakah lebih baik memperlebar sungai dan memperkuat tanggul, atau membatasi air dan meneryang pasir, maka dia juga melakukan dengan sesuka hati, sebentar memperlebar sebentar mempersempit.
Wang Weiluo mengatakan, Sungai Kuning punya masalah terbesar juga merupakan masalah terpenting dalam siklus air. Tidak adanya cekungan drainase di hilir Sungai Kuning, di bawah Sungai Kuning hanyalah sebuah sungai.
Xi Jinping mengadakan Konferensi Sungai Kuning di Zhengzhou pada tahun 2019, Konferensi Sungai Kuning di Jinan pada tahun 2021, dan Konferensi Sungai Kuning di Lanzhou pada tahun 2024. Tidakkah dia tahu bahwa Zhengzhou tidak berada di drainase Sungai Kuning? Meskipun Zhengzhou dekat dengan Sungai Kuning, namun tidak berada di drainase Sungai Kuning, airnya tidak mengalir ke Sungai Kuning, melainkan airnya mengalir ke Sungai Huaihe. Air di Jinan juga tidak mengalir ke Sungai Kuning.
Mengapa mereka bukan merupakan drainase Sungai Kuning? Karena Sungai Kuning seperti tembok, yang melebihi sepuluh meter lebih tinggi dari tanah di sebelahnya, hal mana menjadi ancaman besar bagi kota tersebut. Jika kita berbicara tentang ketidakseimbangan siklus air, ini adalah ketidakseimbangan. Semula air dari Zhengzhou dan Jinan seharusnya mengalir ke Sungai Kuning.
Wang Weiluo mengatakan, jika masalah sirkulasi air Sungai Kuning tidak diatasi, maka air di hilir Sungai Kuning tidak akan pernah masuk ke Sungai Kuning dan selalu berada sepuluh atau bahkan dua puluh meter di atas permukaan tanah ini merupakan fenomena yang tidak alami. Jika Tiongkok tidak menyelesaikan masalah ini, Tiongkok tidak akan bisa mengatakan sudah memulihkan permasalahan siklus air.
Perusakan Sumber Daya Air oleh PKT Menyebabkan Perubahan Drastis dalam Segi Feng Shui
Shi Shan, editor senior dan kepala penulis The Epoch Times, mengatakan bahwa ada banyak masalah dengan keseluruhan proyek pengendalian air Sungai Kuning dan apa yang disebut sebagai proyek pengalihan air Partai Komunis Tiongkok.
Semua siklus air sebenarnya merupakan sebuah sistem, merupakan siklus besar, siklus air iklim global, pada setiap wilayah dan setiap bagian ada siklus air kecil. Jika ada danau di tempat anda, feng shui tempat anda akan bagus. Inilah yang oleh orang Tionghoa disebut sebagai feng shui yang baik, dan cuacanya akan baik.
Namun kini berbagai proyek pengalihan air dan proyek pemeliharaan air telah menghancurkan secara total sirkulasi air kecil di banyak daerah. Dulu kamu mempunyai banyak air, tetapi sekarang kamu tidak mempunyai air sebanyak itu, dan tempatmu telah berubah.
Oleh karena itu, seluruh proyek pemeliharaan air Partai Komunis Tiongkok, termasuk Proyek Pengalihan Air Selatan ke Utara saat ini, hanyalah salah satu proyek. Ada banyak proyek kecil lainnya yang telah mengubah banyak Feng Shui di Tiongkok sehingga seluruh aktivitas manusia berubah sesuai dengan itu. Misalnya, uap air di Danau Poyang dan Danau Dongting seluas ribuan kilometer persegi sangat penting bagi kehidupan manusia di sekitarnya. Jika terjadi penyusutan dan uap air berkurang, aktivitas manusia di sekitarnya akan mengalami perubahan.
Shi Shan mengatakan bahwa masyarakat Tiongkok saat ini sedang menghadapi masalah yang paling serius karena terlalu banyak kerusakan yang disebabkan oleh manusia. Oleh karena itu, masalah air Tiongkok akan menjadi masalah besar di masa depan, namun masalah global mungkin juga akan sangat besar bagi seluruh umat manusia.
Guo Jun berkata, ia ingat dulu pernah membaca laporan, meyakini bahwa abad mendatang akan menjadi abad persaingan sumber daya air, yang menunjukkan pentingnya sumber daya air di masa depan. Laporan tersebut mengatakan bahwa banyak perang pada abad lampau terjadi karena minyak, dan pada abad mendatang banyak perang mungkin terkait dengan air.
Guo Jun mengatakan bahwa hubungan antara peradaban manusia dan air tawar sangatlah erat. Semua peradaban kuno berada di dekat sungai besar. Dalam perencanaan geoekonomi regional saat ini, air juga menjadi pertimbangan yang paling penting.
Permasalahan air pada hakikatnya adalah permasalahan air tawar yang dapat diatasi melalui desalinasi air laut. Misalnya, Israel bisa mengembangkan teknologi desalinasi air laut yang sangat canggih. Kuncinya adalah harga. Jika harga air mencapai tingkat tertentu, diperkirakan semua negara akan mulai mencari cara untuk melakukan desalinisasi air laut dan pengaruhnya pada aktivitas manusia akan sangat besar. (***)