EtIndonesia. Sebuah objek logam berbentuk cincin, dengan berat sekitar 500 kilogram, jatuh di sebuah desa di bagian selatan Kenya beberapa hari lalu. Beruntung, insiden ini tidak mengakibatkan korban jiwa. Para pejabat Kenya menyatakan bahwa setelah dilakukan penyelidikan, objek ini kemungkinan besar adalah bagian komponen yang terlepas dari roket. Peristiwa ini telah memicu perhatian terhadap masalah sampah luar angkasa.
Kejadian dan Penyelidikan Awal
Pada 1 Januari, Badan Antariksa Kenya (Kenya Space Agency, KSA) mengeluarkan pernyataan pers di platform media sosial X (sebelumnya Twitter), menjelaskan bahwa objek logam berbentuk cincin itu jatuh pada 30 Desember 2024 sekitar pukul 15.00 waktu setempat di Desa Mukuku, Kabupaten Makueni.
Cincin logam tersebut memiliki diameter sekitar 2,4 meter dan berat sekitar 500 kilogram. KSA memastikan bahwa sampah luar angkasa ini tidak menimbulkan ancaman terhadap keselamatan publik.
Pernyataan itu juga menyebutkan bahwa penyelidikan awal menunjukkan objek tersebut adalah cincin pemisah (separation ring) dari roket pengangkut. Berdasarkan desainnya, objek seperti ini mungkin terbakar habis ketika memasuki kembali atmosfer Bumi atau jatuh di wilayah tak berpenghuni.
KSA menyampaikan: “Setelah menerima laporan pada Selasa pagi (31 Desember), petugas kami segera menuju lokasi kejadian dan bekerja sama dengan berbagai lembaga serta otoritas setempat untuk memastikan area tersebut aman. Puing-puing telah diamankan oleh lembaga kami untuk investigasi lebih lanjut.”
KSA menyebut insiden ini sebagai “kejadian terisolasi” dan akan menangani peristiwa tersebut sesuai dengan hukum antariksa internasional. Mereka juga akan menganalisis objek tersebut serta menyelidiki sumbernya.
Badan tersebut mengapresiasi tindakan cepat warga Desa Mukuku dalam melaporkan insiden tersebut kepada pihak berwenang, serta kerja sama mereka dalam memastikan keselamatan publik.
Menurut laporan dari The Star, sebuah media Kenya, insiden ini merupakan peristiwa langka bagi warga Desa Mukuku. Para saksi yang melihat objek itu jatuh mengaku mendengar suara ledakan keras yang terdengar hingga jarak 50 kilometer.
Mayor Alois Were dari Pasukan Pertahanan Kenya (Kenya Defence Forces) yang berada di bawah KSA menyatakan: “Dalam situasi normal, objek semacam ini biasanya akan terbakar habis atau mendarat dengan aman di lautan.”
Sampah Luar Angkasa dalam Berita
Ini bukan pertama kalinya sampah luar angkasa jatuh ke Bumi dan menjadi berita utama. Pada 8 Maret tahun lalu, sebuah logam yang terkait dengan NASA jatuh ke Bumi dan merusak atap sebuah rumah di Florida, Amerika Serikat. Pemilik rumah tersebut kemudian menggugat NASA dan meminta ganti rugi sebesar 80.000 dolar AS.
Objek berbentuk silinder dengan berat 700 gram tersebut menghantam rumah milik Alejandro Otero di Naples, Florida, hingga menyebabkan lubang besar di atapnya. Beruntung, anak Otero yang berada di rumah saat kejadian tidak terluka.
NASA kemudian mengonfirmasi bahwa objek tersebut adalah bagian dari wadah baterai yang dibuang oleh Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada tahun 2021. Wadah itu gagal terbakar habis di atmosfer dan akhirnya jatuh ke rumah Otero.
Selain itu, pada Februari tahun lalu, sebuah satelit milik Badan Antariksa Eropa (European Space Agency) yang sudah berada di luar angkasa selama sekitar 30 tahun, dengan berat 5.057 pon (2.294 kilogram), memasuki kembali atmosfer Bumi dan jatuh di Samudra Pasifik Utara, di antara Alaska dan Hawaii.
Pada Agustus tahun lalu, roket yang diluncurkan oleh Tiongkok meledak di luar angkasa, menghasilkan ratusan puing yang menjadi ancaman bagi satelit lain. Peristiwa ini mendapat kritik dari masyarakat internasional karena meningkatkan risiko sampah luar angkasa. (jhn/yn)