Perkiraan Situasi Tiongkok Tahun 2025: Ekonomi Lesu, Gejolak Sosial Meningkat, dan Tekanan Global Kian Keras

EtIndonesia. Memasuki tahun 2025, prospek bagi Tiongkok tampak suram dengan berbagai indikator yang menunjukkan potensi ketidakstabilan ekonomi, sosial, dan hubungan internasional. 

Analisis mendalam ini membahas empat aspek utama yang diperkirakan akan mendominasi situasi Tiongkok di tahun 2025: kondisi ekonomi, kondisi sosial, hubungan luar negeri, serta simpulan singkat mengenai masa depan negara tersebut.

1. Kondisi Ekonomi: Pemulihan yang Terhambat

Ekonomi Tiongkok diperkirakan akan terus mengalami tekanan berat pada tahun 2025. Dampak pandemi COVID-19, yang pertama kali muncul di Wuhan, masih dirasakan hingga kini. Meskipun banyak negara telah berhasil memulihkan ekonomi dan kehidupan sosialnya, Tiongkok belum sepenuhnya keluar dari bayang-bayang pandemi. Baru-baru ini, muncul kembali wabah “cacar air” di Tiongkok daratan yang penularannya berskala besar, semakin memperlambat pemulihan ekonomi.

Pada awalnya, pemulihan ekonomi Tiongkok diharapkan signifikan pada tahun 2023. Namun, kenyataannya ekonomi justru mengalami penurunan drastis. Pemerintah Tiongkok sempat menutupi banyak data negatif, tetapi situasi semakin memburuk pada tahun 2024. Upaya pemerintah seperti pelonggaran moneter besar-besaran oleh Bank Sentral Tiongkok dan kebijakan “tukar barang lama dengan yang baru” oleh Komisi Pembangunan Nasional tidak memberikan dampak signifikan.

Konferensi Kerja Ekonomi Pusat yang digelar pada akhir 2024 tidak memberikan optimisme baru. Pemerintah terus menyampaikan narasi positif tanpa mengakui realitas ekonomi yang menurun. Data ekonomi November 2024 menunjukkan penurunan harga produsen industri (PPI) sebesar 2,5%, menandakan penyusutan produksi secara keseluruhan. Konsumsi masyarakat juga lesu, terutama di kalangan generasi muda yang memiliki keinginan berbelanja namun terbatas daya beli.

Perdagangan luar negeri, yang sebelumnya menjadi pilar ekonomi Tiongkok, juga mengalami penurunan. Ekspor kendaraan listrik ke Eropa menghadapi penolakan akibat kelebihan kapasitas produksi, menyebabkan beberapa pabrik gulung tikar atau mengurangi produksi. Deflasi mulai terjadi, dan investasi asing terus menurun, mempertegas kemungkinan Tiongkok memasuki Depresi Ekonomi pada 2025.

2. Kondisi Sosial: Ketidakpercayaan dan Keputusasaan

Di bidang sosial, ketidakpercayaan dan keputusasaan masyarakat meningkat. Ketidakseimbangan antara pembangunan ekonomi dan reformasi politik sejak era Deng Xiaoping menimbulkan berbagai kontradiksi sosial yang belum terselesaikan. Kebijakan politik yang diambil oleh Xi Jinping dalam dekade terakhir, seperti pembersihan internal partai dan tindakan keras terhadap oposisi, menciptakan suasana teror di dalam pemerintahan dan menekan vitalitas masyarakat.

Lebih dari 4 juta kader partai dihukum atau dipenjara dalam “pembersihan massal”, menciptakan ketidakstabilan di struktur pemerintahan. Masyarakat umum, terutama pengusaha swasta, enggan berinvestasi dan memilih untuk “tiarap” atau menurunkan standar hidup. Fenomena aksi kekerasan dan perlawanan balik dari warga yang putus asa juga semakin marak, mencerminkan kondisi sosial yang kritis.

3. Hubungan Luar Negeri: Ketegangan Global yang Meningkat

Hubungan luar negeri Tiongkok, terutama dengan Amerika Serikat, diperkirakan akan semakin tegang pada tahun 2025. Tarif bea masuk sebesar 60% yang diumumkan oleh pemerintahan Trump yang kembali ke Gedung Putih akan berdampak besar pada GDP Tiongkok. Selain itu, negara-negara Eropa dan lainnya mulai meninjau ulang kebijakan perdagangan mereka dengan Tiongkok, menciptakan ketidakpastian dalam hubungan dagang internasional.

Di tingkat geopolitik, perubahan besar di Timur Tengah dan konflik Rusia-Ukraina terus mempengaruhi posisi Tiongkok di dunia. Dukungan Tiongkok terhadap Rusia dan keterlibatannya dalam konflik tersebut memperburuk citra internasionalnya. Konflik di Laut China Selatan dan ketegangan di Taiwan juga menambah kompleksitas hubungan luar negeri Tiongkok.

Pertarungan nilai antara demokrasi dan sistem totaliter yang diusung oleh Partai Komunis Tiongkok semakin memperdalam perpecahan global. Blok negara-negara demokrasi liberal Barat berhadapan dengan negara-negara yang mendukung Tiongkok, seperti Rusia dan Iran, menciptakan dinamika geopolitik yang tidak stabil.

4. Simpulan: Tahun 2025 sebagai Titik Balik yang Tidak Pasti

Dengan kondisi ekonomi yang lemah, tekanan sosial yang meningkat, dan hubungan internasional yang semakin tegang, tahun 2025 diperkirakan akan menjadi tahun yang penuh gejolak bagi Tiongkok. Ada dua kemungkinan utama yang dapat terjadi:

  1. Stagnasi Ekonomi dan Sosial: Pemerintah mungkin hanya fokus pada menjaga kestabilan tanpa adanya kebijakan strategis yang efektif, menyebabkan negara terjebak dalam stagnasi seperti Korea Utara. Vitalitas masyarakat menurun, dan negara semakin sulit bangkit dari keterpurukan.
  2. Ledakan Sosial dan Runtuhnya Rezim: Kontradiksi yang menumpuk bisa meledak menjadi gejolak sosial besar, menyebabkan keruntuhan rezim otoriter. Hal ini akan memicu migrasi massal dan tekanan pada negara tetangga serta mempengaruhi stabilitas global.

Kesimpulannya, tahun 2025 di Tiongkok diprediksi akan menjadi tahun yang tidak menentu dan sarat ketidakstabilan. Dengan berbagai dinamika internal dan eksternal yang kompleks, masa depan Tiongkok masih penuh dengan ketidakpastian. Waktu yang akan membuktikan bagaimana perjalanan negara ini hingga akhir tahun 2025.

FOKUS DUNIA

NEWS