Pengorbanan  yang Mengerikan : 430 Ribu Nyawa Tentara Rusia Ditukar dengan  4.168 Kilometer Persegi Wilayah Ukraina

EtIndonesia. Menurut perkiraan sebuah lembaga kajian Amerika Serikat pekan lalu, Rusia pada tahun 2024 kehilangan sekitar 40 tentara untuk setiap 2,6 kilometer persegi wilayah Ukraina yang berhasil diduduki.

Pengorbanan  Nyawa untuk Perluasan Wilayah

Business Insider melaporkan pada 2 Januari bahwa lembaga kajian Washington, Institute for the Study of War (ISW), yang secara rutin melacak invasi Rusia di Ukraina, mengungkapkan bahwa Rusia telah maju sejauh 4.168 kilometer persegi di Ukraina selama tahun lalu berdasarkan bukti geolokasi. Namun, pencapaian ini harus dibayar dengan korban besar di pihak Rusia.

ISW mencatat bahwa menurut estimasi terbaru dari Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina, Oleksandr Syrskyi, pada tahun 2024, sekitar 427.000 tentara Rusia gugur atau terluka. Kecepatan kemajuan Rusia yang lambat membuat total wilayah yang mereka duduki sedikit lebih kecil dari negara bagian Delaware, AS. Hal ini sangat kontras dengan keberhasilan Ukraina pada bulan Agustus 2024, ketika mereka berhasil mencapai kemajuan cepat di wilayah Kursk, Rusia, meskipun sebagian besar wilayah itu telah direbut kembali oleh Rusia.

Meskipun Rusia telah memperluas kendalinya atas sejumlah kota dan desa di Ukraina timur dalam beberapa bulan terakhir, tidak ada kemenangan strategis besar yang diraih. ISW melaporkan bahwa 56,5% dari total kemajuan Rusia tahun 2024 terjadi antara September hingga November, periode yang juga menyaksikan peningkatan signifikan dalam jumlah korban di pihak Rusia.

Pada November 2024, Kementerian Pertahanan Inggris mencatat bahwa berdasarkan estimasi militer Ukraina, bulan tersebut menjadi bulan dengan korban terbesar bagi tentara Rusia selama perang. Sebanyak 45.680 tentara Rusia terluka atau tewas, dengan rata-rata 1.523 korban per hari.

George Barros, analis Rusia di ISW, mencatat bahwa sejak Oktober 2023, Rusia telah mempertahankan operasi militer dengan intensitas tinggi. Namun, dia menilai bahwa Rusia siap membayar harga tinggi dalam jumlah korban untuk melanjutkan perang habis-habisan, yang berarti konflik ini tidak menunjukkan tanda-tanda akan mereda.

ISW juga melaporkan bahwa Dmitry Medvedev, Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, mengumumkan pada Desember 2024 bahwa hampir 440.000 rekrutan baru telah menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan Rusia sepanjang tahun itu. Angka ini menunjukkan bahwa Rusia hanya merekrut jumlah tentara yang cukup untuk menggantikan kerugian yang telah mereka alami di medan perang.

Rusia Bersiap untuk Konflik dengan NATO dalam 10 Tahun ke Depan

Menteri Pertahanan Rusia, Alexei Belousov, dalam pertemuan besar Kementerian Pertahanan Rusia, memberikan pernyataan yang mengejutkan dunia. Dia mengatakan bahwa Rusia harus bersiap untuk perang dengan NATO dalam dekade mendatang di Eropa. Pada hari yang sama, Rusia juga mengumumkan langkah-langkah persiapan militer untuk menghadapi NATO, termasuk pengembangan sistem rudal balistik antarbenua yang baru.

Menurut sumber militer, tekanan militer NATO terhadap Rusia terus meningkat pada tahun 2024. Amerika Serikat telah mengaktifkan sistem pertahanan rudal Aegis di Polandia dan berencana untuk mengerahkan rudal jarak menengah di Jerman. Dalam latihan “NATO’s rapid reaction force-2024”, aliansi tersebut memperkuat kerja sama militer, terutama di bidang pertahanan udara, luar angkasa, dan dunia maya. Langkah ini menunjukkan kesiapan NATO menghadapi ancaman dari Rusia.

Belousov juga menyoroti bahwa Amerika Serikat tidak hanya akan meningkatkan jumlah pasukan di Eropa, tetapi juga mulai mengerahkan rudal jarak menengah baru pada 2026. Bahkan, rudal hipersonik AS disebut dapat mencapai Moskow dalam waktu 8 menit. Menurutnya, Rusia harus mengambil langkah untuk menghadapi risiko konflik militer ini.

Reformasi Militer Rusia

Sebagai tanggapan terhadap ancaman dari NATO, Rusia mempercepat reformasi militernya. Langkah-langkah yang diambil termasuk penguatan pengembangan senjata strategis nuklir serta percepatan produksi dan penggelaran rudal hipersonik dan rudal balistik antarbenua. Langkah ini bertujuan untuk memastikan Rusia dapat menghadapi kekuatan militer NATO secara efektif.

Selain itu, Rusia juga melakukan penyesuaian strategi militernya. Setelah menyelesaikan integrasi wilayah militer Moskow dan Leningrad, Rusia meningkatkan pembangunan unit-unit sistem tanpa awak untuk menghadapi keunggulan teknologi musuh dalam konflik mendatang.

Perang di Ukraina terus menelan korban jiwa yang sangat besar, dengan dampak luas pada stabilitas geopolitik global. Meskipun Rusia telah mengalami kerugian signifikan, komitmen mereka untuk mempertahankan operasi militer dengan intensitas tinggi menunjukkan bahwa konflik ini kemungkinan akan berlanjut dalam jangka panjang. Di sisi lain, langkah NATO yang semakin agresif memperkuat risiko eskalasi menjadi konflik yang lebih besar antara Rusia dan aliansi Barat.

Menteri Pertahanan Rusia, Andrey Belousov, telah memberikan pernyataan mengejutkan dalam rapat komite pertahanan Rusia. Belousov menyatakan bahwa Rusia harus bersiap untuk berperang melawan NATO di Eropa dalam 10 tahun ke depan. Pernyataan ini disampaikan bersamaan dengan pengumuman langkah-langkah persiapan militer Rusia untuk menghadapi ancaman NATO, termasuk pengembangan sistem rudal balistik antarbenua (ICBM) baru.

Ketegangan antara Rusia dan NATO telah meningkat sejak beberapa tahun terakhir, terutama setelah invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022. NATO, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, terus memperkuat kehadiran militernya di Eropa Timur, sementara Rusia merespons dengan meningkatkan kemampuan militernya, termasuk senjata nuklir dan hipersonik.

Implikasi Global

Pernyataan Belousov dan langkah-langkah persiapan militer Rusia menimbulkan kekhawatiran global. Ketegangan antara Rusia dan NATO tidak hanya mengancam stabilitas Eropa, tetapi juga berpotensi memicu konflik global yang lebih luas. Beberapa implikasi yang mungkin terjadi:

1. Perlombaan Senjata: Rusia dan NATO mungkin akan terlibat dalam perlombaan senjata, terutama dalam pengembangan teknologi hipersonik dan nuklir.

2. Eskalasi Konflik di Eropa Timur: Ketegangan di wilayah seperti Ukraina, Polandia, dan negara-negara Baltik dapat meningkat, memicu konflik berskala besar.

3.    Dampak Ekonomi dan Politik: Ketegangan militer dapat memengaruhi stabilitas ekonomi global dan hubungan diplomatik antara Rusia dan negara-negara Barat.

Kesimpulan

Pernyataan Menhan Rusia, Andrey Belousov, tentang persiapan perang dengan NATO dalam 10 tahun ke depan mencerminkan tingkat ketegangan yang tinggi antara Rusia dan aliansi militer Barat. Langkah-langkah persiapan militer Rusia, termasuk pengembangan senjata nuklir dan hipersonik, menunjukkan bahwa negara ini serius dalam menghadapi ancaman NATO.

Dunia internasional perlu memantau perkembangan ini dengan cermat, karena eskalasi konflik antara Rusia dan NATO dapat memiliki dampak yang luas dan berbahaya bagi stabilitas global. Diplomasi dan dialog tetap menjadi kunci untuk mencegah konflik yang tidak diinginkan.(jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS