EtIndonesia. Dalam sebuah laporan terbaru, ditemukan paten baru yang diajukan oleh Tiongkok yang mengungkapkan sebuah inovasi teknologi dari para insinyur Tiongkok. Paten tersebut merinci perangkat yang diklaim mampu memutus kabel bawah laut secara cepat dan dengan biaya yang jauh lebih rendah dibandingkan metode tradisional.
Latar Belakang Kejadian Pemutusan Kabel
Insiden pemutusan kabel bawah laut baru-baru ini telah mengundang perhatian dunia. Pada bulan November tahun lalu, dua kabel telekomunikasi vital di Laut Baltik mengalami kerusakan; salah satunya menghubungkan Jerman dengan Finlandia, dan yang lainnya menghubungkan Swedia dengan Lituania. Banyak analis dan pejabat negara menduga bahwa pemutusan kabel tersebut merupakan tindakan yang disengaja.
Menteri Pertahanan Jerman, Boris Pistorius, mengatakan: “Tidak ada yang mempercayai bahwa kabel-kabel tersebut terputus secara tidak sengaja.”
Di Swedia, Menteri Pertahanan Sipil, Carl-Oskar Bohlin menyebutkan kepada saluran TV4 bahwa penyelidikan awal menemukan adanya kapal kargo dengan bendera Tiongkok yang melintas tepat di titik pemutusan kabel. Waktu dan lokasi kejadian pun seolah-olah cocok dengan lintasan kapal tersebut.
Insiden Terkait di Lepas Pantai Taiwan
Kejadian serupa kembali terjadi pada tanggal 9 Januari 2025 di lepas pantai Taiwan. Walaupun pemerintah Taiwan belum mengungkap bukti yang kuat, kecurigaan pun mencuat. Pemerintah menduga bahwa sebuah kapal sewaan asal Tiongkok mungkin memiliki keterkaitan dengan kerusakan pada salah satu kabel bawah laut di wilayah tersebut. Kejadian-kejadian ini semakin meningkatkan kekhawatiran terhadap keamanan infrastruktur telekomunikasi yang vital.
Paten Inovatif dari Tiongkok
Majalah Newsweek Amerika Serikat kemudian mengulas mengenai paten yang diajukan. Pada tahun 2020, seorang insinyur dari Zhejiang Shouzhou College di Tiongkok mengajukan paten atas perangkat tunda (drag device) yang dikhususkan untuk memotong kabel bawah laut. Perangkat ini memiliki desain yang unik, menyerupai tombak yang dilengkapi dengan pisau pemotong tajam.
Menurut penjelasan dalam paten, metode pemotongan kabel tradisional biasanya melibatkan proses identifikasi lokasi kabel, penggalian, dan pengambilan kabel tersebut untuk kemudian dipotong. Proses yang kompleks ini mengharuskan penggunaan peralatan mahal dan memerlukan biaya tinggi. Melihat keterbatasan tersebut, para penemu merasa perlu menciptakan perangkat yang tidak hanya cepat tetapi juga ekonomis untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Pihak yang mengajukan paten menyatakan bahwa penemuan ini dilatarbelakangi oleh kekhawatiran terhadap dugaan aktivitas ilegal di sepanjang pesisir Tiongkok yang berpotensi menargetkan kabel-kabel bawah laut. Meski begitu, sejumlah ahli masih meragukan motif dan urgensi pengembangan teknologi ini.
Langkah Preventif dan Kesiapan NATO
Seiring dengan kekhawatiran akan potensi gangguan pada infrastruktur telekomunikasi penting, NATO baru-baru ini meningkatkan kehadirannya di wilayah Laut Baltik. Langkah tersebut merupakan respons strategis untuk mencegah ancaman serangan hibrida yang dapat merusak sistem komunikasi dan infrastruktur vital di kawasan tersebut.
Kesimpulan
Inovasi perangkat pemotong kabel bawah laut yang diajukan oleh Tiongkok ini menambah dimensi baru dalam perdebatan internasional mengenai keamanan infrastruktur telekomunikasi global. Dengan metode pemotongan yang lebih cepat dan biaya yang lebih rendah, teknologi ini memiliki potensi untuk mengubah taktik dalam operasi-operasi bawah laut. Namun, di balik potensi inovasi tersebut, berbagai pihak tetap waspada dan terus melakukan pengawasan agar inovasi ini tidak disalahgunakan untuk kepentingan yang merugikan keamanan internasional.
Dengan berbagai perkembangan ini, perhatian dunia kini tertuju pada bagaimana teknologi dan strategi geopolitik saling berinteraksi di era modern yang penuh dengan tantangan di bidang keamanan dan komunikasi.