ETIndonesia. Pada Selasa (11 Februari), Biro Investigasi Federal (FBI) mengumumkan bahwa mereka telah menemukan 2.400 dokumen baru terkait pembunuhan Presiden John F. Kennedy. Saat ini, berbagai lembaga pemerintah AS sedang berupaya untuk memenuhi perintah eksekutif Presiden Donald Trump, yang bulan lalu menginstruksikan publikasi ribuan dokumen terkait insiden bersejarah ini.
FBI menyatakan bahwa mereka sedang menyerahkan dokumen-dokumen baru ini kepada Arsip Nasional dan Administrasi Catatan Amerika Serikat (NARA) untuk diproses dalam prosedur deklasifikasi.
Sejak awal 1990-an, pemerintah AS mewajibkan agar semua dokumen terkait pembunuhan Kennedy pada 22 November 1963 disimpan dalam arsip khusus di NARA. Hingga saat ini, lebih dari lima juta halaman dokumen telah dirilis ke publik, tetapi para peneliti memperkirakan masih ada sekitar 3.000 dokumen yang belum sepenuhnya dideklasifikasi.
FBI tidak mengungkapkan isi spesifik dari 2.400 dokumen baru yang ditemukan. Namun, pada tahun 2020, FBI mendirikan Pusat Arsip Sentral (Central Records Complex) dan meluncurkan proyek jangka panjang untuk mendigitalkan serta menginventarisasi dokumen yang telah ditutup di kantor-kantor regionalnya. Dengan teknologi baru dan pencatatan arsip yang lebih akurat, FBI mengklaim dapat menelusuri dan mengakses dokumen-dokumen ini dengan lebih cepat.
![](https://etindonesia.com/wp-content/uploads/2017/10/JhonFKennedy.jpg)
Upaya Transparansi atau Tekanan Politik?
Jefferson Morley, Wakil Presiden Mary Ferrell Foundation—sebuah organisasi yang mengarsipkan dokumen terkait pembunuhan Kennedy—menyebut langkah FBI ini sebagai “pengungkapan yang sangat tidak biasa dan jujur”.
“Ini menunjukkan bahwa FBI benar-benar sedang bergerak menuju transparansi,” kata Morley.
Ia juga meyakini bahwa langkah FBI ini bisa memberi tekanan pada lembaga lain agar menyerahkan dokumen-dokumen yang masih belum diserahkan ke Arsip Nasional.
Bulan lalu, Trump menerbitkan perintah eksekutif yang menginstruksikan Direktur Intelijen Nasional dan Jaksa Agung AS untuk menyusun rencana memublikasikan dokumen-dokumen rahasia terkait pembunuhan Kennedy.
Juru bicara Kantor Direktur Intelijen Nasional (ODNI) mengonfirmasi bahwa mereka telah menyerahkan rencana deklasifikasi tersebut, tetapi tidak merinci isi rencana tersebut ataupun kapan dokumen-dokumen ini akan dirilis ke publik.
Menurut undang-undang, semua dokumen terkait pembunuhan Kennedy seharusnya sudah dibuka pada tahun 2017, kecuali jika Presiden AS memberikan perintah penundaan dengan alasan keamanan nasional.
Pada periode pertamanya, Trump pernah berjanji akan merilis semua dokumen yang tersisa, tetapi beberapa dokumen tetap dirahasiakan karena alasan keamanan nasional. Presiden Joe Biden secara bertahap mendeklasifikasi sebagian dari dokumen-dokumen ini, tetapi masih ada yang belum sepenuhnya diungkapkan.
![](https://etindonesia.com/wp-content/uploads/2025/02/PEMBUNUHAN-JFK.jpg)
Pembunuhan Kennedy: Misteri dan Teori Konspirasi yang Tak Terpecahkan
Pembunuhan John F. Kennedy telah memicu banyak teori konspirasi selama beberapa dekade.
Pada 22 November 1963, ketika konvoi mobil Kennedy melewati depan Texas School Book Depository di Dallas, Texas, seorang pria bersenjata menembak dari lantai enam gedung tersebut, menewaskan sang Presiden.
Lee Harvey Oswald, seorang mantan marinir AS yang pernah membelot ke Uni Soviet sebelum kembali ke Texas, ditangkap sebagai pelaku penembakan. Namun, dua hari kemudian, ketika Oswald akan dipindahkan ke penjara, ia ditembak mati oleh Jack Ruby, seorang pemilik klub malam di Dallas.
Oswald sempat mengklaim bahwa ia hanyalah “kambing hitam”, menegaskan bahwa dirinya bukan pelaku sebenarnya. Karena Oswald terbunuh sebelum sempat diadili, banyak pertanyaan tentang kasus ini tetap tidak terjawab, dan spekulasi terus berkembang.
Presiden Lyndon B. Johnson—pengganti Kennedy—kemudian membentuk Komisi Warren untuk menyelidiki insiden ini. Pada kesimpulan akhirnya, komisi tersebut menyatakan bahwa Oswald bertindak sendirian tanpa adanya keterlibatan pihak lain.
Namun, banyak yang tidak mempercayai kesimpulan tersebut, dan puluhan teori alternatif pun muncul.
Apakah Dokumen Baru Akan Mengungkap Kebenaran?
Penulis Gerald Posner, yang menulis buku Case Closed (menyimpulkan bahwa Oswald bertindak sendirian), menyatakan bahwa dokumen yang ditemukan FBI mungkin hanya merupakan duplikasi dari dokumen-dokumen yang telah dirilis sebelumnya.
“Jika dokumen-dokumen ini benar-benar baru, pertanyaannya adalah: Mengapa dokumen-dokumen ini bisa hilang selama bertahun-tahun?” ujarnya.
Namun, jika arsip ini berisi informasi baru tentang Oswald atau investigasi awal kasus ini, maka temuan tersebut bisa menjadi pengungkapan yang sangat mengejutkan.
Selama bertahun-tahun, dokumen yang telah dideklasifikasi dari CIA mengungkapkan bahwa Oswald mengunjungi kedutaan Soviet dan Kuba di Mexico City hanya beberapa minggu sebelum pembunuhan Kennedy.
Fakta bahwa CIA mengawasi pergerakan Oswald sebelum insiden tersebut telah menjadi bahan perdebatan selama 5-10 tahun terakhir, dan banyak peneliti percaya bahwa dokumen baru ini mungkin mengandung informasi tambahan tentang keterlibatan intelijen dalam kasus ini. (jhon)
Sumber : Epochtimes.com