EtIndonesia. Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka telah menangkap seorang mata-mata Ukraina, Yulia Lemeshchenko, seorang mantan juara angkat besi berusia 41 tahun. Lemeshchenko dituduh berencana membunuh seorang jenderal tinggi Rusia, tetapi misi tersebut gagal, dan dia akhirnya ditahan oleh pihak Rusia.
Mantan Juara Angkat Besi Ukraina Ditangkap Setelah Misi Pembunuhan terhadap Jenderal Rusia Gagal
Menurut laporan Daily Mail, Yulia Lemeshchenko pernah menjadi atlet angkat besi dan meraih tiga medali emas dalam Classic Powerlifting Championship pada tahun 2021. Namun, setelah pecahnya perang Rusia-Ukraina, dia beralih menjadi mata-mata. Lemeshchenko diduga mendapat tugas untuk membunuh seorang jenderal tinggi Rusia yang dekat dengan Presiden Vladimir Putin, tetapi misinya gagal dan dia akhirnya ditangkap oleh otoritas Rusia.
Dalam video yang dirilis oleh FSB, Lemeshchenko terlihat dengan kepala yang telah dicukur habis. Dia duduk di depan kamera dan mengaku bahwa dia direkrut oleh badan keamanan Ukraina pada tahun 2023.
“Saya menjalani pelatihan di Kyiv, belajar menggunakan senjata ringan, mengoperasikan drone, menghindari pengawasan, serta membuat alat peledak,” ungkapnya dalam video tersebut. Dia juga mengungkapkan bahwa nama sandinya adalah “Luffy”.
Lemeshchenko menyatakan bahwa dia memasuki wilayah Rusia pada tahun 2024 dengan misi utama untuk membunuh seorang jenderal militer tingkat tinggi.
Diketahui bahwa dia ditangkap oleh Rusia pada pertengahan Januari, tetapi belum ada kejelasan mengapa pihak Rusia baru mengungkapkan informasi ini sekarang. Selain itu, tidak ada konfirmasi independen apakah pengakuan dalam video itu dibuat di bawah tekanan atau paksaan.
Menurut laporan, Lemeshchenko lahir di Kota Stary Oskol, Rusia, sebelum pindah ke Kharkiv, Ukraina, pada tahun 2014. Ada spekulasi bahwa dia menjadi mata-mata sebagai cara untuk memperoleh kewarganegaraan Ukraina. Sementara itu, pihak militer Ukraina diyakini memanfaatkan latar belakang Rusia-nya untuk menugaskannya dalam operasi ini.
Selain itu, pihak Rusia menegaskan bahwa setidaknya empat mata-mata perempuan Ukraina telah ditangkap baru-baru ini. Mereka semua dikatakan telah menjalani pelatihan militer, termasuk pelatihan dalam penggunaan senjata api, bahan peledak, drone, serta keterampilan pengintaian dan pengawasan di lapangan.
Militer Ukraina: Rusia mengerahkan 147 pesawat nirawak untuk serangan malam
Di saat yang hampir bersamaan dengan pengungkapan kasus ini, Ukraina menghadapi serangan drone besar-besaran dari Rusia. Menurut laporan militer dan pejabat Ukraina pada 17 Februari, Rusia meluncurkan 147 drone dalam serangan semalam, yang menyebabkan kerusakan pada fasilitas penyimpanan serta rumah-rumah warga.
Militer Ukraina mengklaim bahwa Angkatan Udara mereka berhasil menembak jatuh 83 drone, sementara 59 lainnya gagal mencapai target karena gangguan elektronik. Namun, mereka tidak memberikan informasi lebih lanjut tentang lima drone yang tersisa.
Gubernur Kyiv Oblast, Mykola Kalashnyk, melaporkan bahwa serangan drone menyebabkan kebakaran di sebuah fasilitas industri di wilayahnya. Api telah berhasil dipadamkan, tetapi empat rumah warga mengalami kerusakan akibat serangan itu.
Di wilayah Kharkiv Oblast, Gubernur Oleh Syniehubov menyatakan melalui Telegram bahwa serangan drone telah merusak tiga fasilitas penyimpanan milik sebuah perusahaan, serta menyebabkan kerusakan pada sebuah gedung administrasi dan 14 rumah warga.
Serangan ini terjadi pada saat tim diplomasi Presiden AS Donald Trump sedang bersiap untuk meluncurkan negosiasi damai antara Rusia dan Ukraina. Namun, serangan udara Rusia yang masif ini menunjukkan bahwa ketegangan di medan perang masih jauh dari kata mereda. (jhn/yn)