EtIndonesia. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy melakukan kunjungan ke Uni Emirat Arab (UEA) pada Minggu malam (16/2). Sebelumnya pada hari yang sama, pejabat tinggi Rusia juga mengunjungi negara netral ini, yang berpotensi menjadi lokasi perundingan damai.
Pekan lalu, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa dia mungkin segera bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, dengan lokasi yang kemungkinan besar di Arab Saudi. Selain itu, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio juga bersiap memimpin delegasi AS ke Arab Saudi untuk mengadakan pembicaraan dengan perwakilan Rusia dan Ukraina.
Hingga saat ini, belum ada kejelasan mengenai tanggal pasti pertemuan antara Trump dan Putin, tetapi Trump mengatakan bahwa pertemuan itu bisa terjadi dalam waktu dekat. Rangkaian diplomasi ini, bersama dengan kunjungan Zelenskyy dan pejabat tinggi Rusia ke Timur Tengah, menunjukkan bahwa upaya untuk mencapai perundingan damai semakin intensif.
UEA sebagai Negara Netral Berpotensi Menjadi Lokasi Perundingan Damai
UEA, yang mencakup Kota Abu Dhabi dan Dubai, telah menjadi tujuan bagi banyak imigran Rusia dan Ukraina sejak perang pecah. Selain itu, peran UEA dalam pertukaran tahanan selama perang membuatnya dianggap sebagai lokasi potensial untuk perundingan damai.
Sebelum mengunjungi Abu Dhabi, Zelenskyy menghadiri Konferensi Keamanan Munich. Dalam rekaman video yang dirilis oleh kantor kepresidenan Ukraina, Zelenskyy dan istrinya, Olena Zelenska, terlihat tiba di bandara pada Minggu malam, disambut oleh pejabat UEA dan pasukan kehormatan.
Kunjungan Perdana Zelenskyy ke UEA Sejak Pecahnya Perang Rusia-Ukraina
Sejak Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada 2022, Ibu Negara Olena Zelenska telah beberapa kali mengunjungi UEA. Namun, ini adalah pertama kalinya Zelenskyy sendiri mengunjungi negara Teluk tersebut sejak perang dimulai.
Dalam pernyataan yang dipublikasikan di media sosial oleh kantor kepresidenan Ukraina, disebutkan bahwa prioritas utama kunjungan ini adalah mengupayakan pemulangan lebih banyak tahanan perang Ukraina.
“Kami juga akan fokus pada investasi dan kemitraan ekonomi, serta proyek kemanusiaan berskala besar,” demikian pernyataan resmi kantor kepresidenan Ukraina.
Namun, kantor berita resmi UEA, WAM, tidak langsung melaporkan kunjungan Zelenskyy, yang dianggap sebagai hal yang tidak biasa.
Hingga kini, belum jelas agenda spesifik Zelenskyy di UEA. Namun, minggu ini Abu Dhabi menjadi tuan rumah International Defense Exhibition and Conference (IDEX), sebuah pameran pertahanan internasional yang diadakan setiap dua tahun sekali. Pameran ini bertujuan untuk memfasilitasi kerja sama dan pertukaran di bidang pertahanan antarnegara. Ukraina dan Rusia dijadwalkan memamerkan persenjataan mereka di acara ini.
Sejak pecahnya perang, aliran modal Rusia telah membanjiri pasar properti di Dubai. Selain itu, penerbangan harian antara UEA dan Moskow telah memberikan jalur keluar bagi warga Rusia yang menghindari wajib militer serta bagi kalangan elit Rusia.
Pemerintahan Presiden Joe Biden sebelumnya juga pernah menyatakan keprihatinannya atas masuknya dana Rusia ke negara-negara Teluk, termasuk UEA.
Diplomasi Rusia Berpotensi Membuka Jalan bagi Perundingan Perdamaian
Pada Minggu pagi, Wakil Perdana Menteri Pertama Rusia Denis Manturov bertemu dengan Presiden UEA sekaligus penguasa Abu Dhabi, Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan. Menurut laporan WAM, pembicaraan mereka mencakup “hubungan yang semakin berkembang antara Rusia dan UEA” serta cara-cara untuk meningkatkan kerja sama demi kepentingan bersama kedua negara.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dijadwalkan memimpin delegasi ke Arab Saudi dalam beberapa hari ke depan untuk mengadakan perundingan langsung dengan pejabat Rusia mengenai perang di Ukraina.
Rangkaian aktivitas diplomatik ini, termasuk komunikasi langsung antara Trump dan Putin, menandakan perubahan besar dalam kebijakan luar negeri AS dibandingkan dengan era Biden yang berupaya “mengisolasi Moskow”. Langkah-langkah ini memberi harapan bagi perundingan damai antara Rusia dan Ukraina serta potensi untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama tiga tahun.
Kemajuan Ukraina dalam Serangan Balasan Militer
Di tengah kunjungan Zelenskyy, pejabat militer Ukraina pada Minggu mengumumkan bahwa pasukan Ukraina telah merebut kembali Desa Pischane, yang terletak di barat daya Pokrovsk.
Sebelumnya, pasukan Rusia telah maju dengan cepat pada Desember dan Januari, merebut serangkaian pemukiman dan mengancam jalur komunikasi utama Pokrovsk. Namun, sejak awal Februari, kemajuan Rusia terhenti.
Blogger militer Rusia yang melacak perkembangan perang melaporkan bahwa Ukraina semakin mendominasi serangan udara dengan penggunaan drone, yang secara sistematis menghancurkan kendaraan lapis baja Rusia. Di medan pertempuran ini, tentara Rusia harus berjalan kaki sejauh 10 kilometer tanpa perlindungan, sehingga banyak yang tewas sebelum mencapai garis depan.
Tingkat korban yang tinggi di pihak Rusia berdampak negatif pada semangat pasukan di garis depan. Selain itu, cuaca bersalju dan kurangnya perlindungan di daerah tersebut semakin mempermudah pasukan Ukraina untuk melenyapkan pasukan Rusia sebelum terjadi pertempuran jarak dekat.
Dalam Konferensi Keamanan Munich, Zelenskyy mengonfirmasi kemajuan militer Ukraina di wilayah Pokrovsk. Keberhasilan merebut kembali desa tersebut semakin memperkuat argumen Kyiv bahwa dengan dukungan militer Barat yang memadai, Ukraina masih bisa mengalahkan Rusia di medan perang.
Selain itu, pasukan Ukraina juga melancarkan serangan balasan di dekat Desa Kotlyne, yang berdekatan dengan wilayah yang baru saja direbut.
Pejabat Ukraina menegaskan bahwa setiap kemajuan pasukan Rusia selalu disertai dengan korban yang sangat besar.
Mayor Viktor Trehubov, juru bicara Pasukan Darat Ukraina di bagian timur, mengungkapkan bahwa dalam pertempuran di Pokrovsk pada Januari, sekitar 7.000 tentara Rusia tewas, sementara 15.000 lainnya mengalami luka-luka atau hilang.(jhn/yn)