Reporter Investigasi Ungkap Kondisi Wabah yang Meluas, Seorang Pria Henan, Tiongkok Kehilangan 46 Orang Kerabatnya

  • Wabah di Tiongkok terus meluas. Banyak warga di berbagai daerah melaporkan bahwa semakin banyak orang yang menderita kanker dan penyakit kardiovaskular, serta meninggal dunia setelah mengalami gejala mirip flu. 
  • Mayoritas korban adalah orang-orang muda dan paruh baya. Seorang warga Henan mengungkapkan bahwa dalam beberapa bulan terakhir, banyak kerabat dan temannya telah meninggal dunia.

EtIndonesia.  Pada akhir Februari, Zhou Yi (nama samaran), seorang warga Nanyang, Henan, Tiongkok mengatakan kepada reporter bahwa saat ini wabah sedang tinggi. Bahkan, kasus kematian mendadak menjadi sangat umum terjadi. Dia menyebutkan bahwa 46 kerabat dan temannya telah meninggal sejak akhir November.

Zhou Yi: “Dari akhir November hingga sekarang, teman dan keluarga saya yang meninggal dunia sudah mencapai 46 orang. Banyak di antaranya berusia 40 hingga 60 tahun, terutama yang telah menerima lebih dari tiga dosis vaksin. Penyebab utama kematian adalah serangan jantung.”

Zhou juga mengungkapkan bahwa karena jumlah kematian yang sangat tinggi, krematorium kini memiliki antrian panjang.

Zhou: “Di sini sekarang harus antri, bisa sampai tiga hari. Keluarga-keluarga sudah berada di titik kritis. Pemerintah masih gencar melakukan propaganda, menyesatkan warga dengan mengatakan bahwa ini disebabkan oleh masalah keamanan pangan, bukan karena pandemi atau vaksinasi. Tapi sekarang sudah terlambat, tidak ada yang lagi percaya berita mereka.”

Zhou menjelaskan bahwa selama periode lockdown akibat pandemi, banyak orang mengalami efek samping setelah vaksinasi, dan kasus kematian mendadak terus meningkat.

Zhou: “Empat teman sekelas saya, semuanya berusia 42 tahun, telah meninggal dunia. Di daerah saya, hampir setiap minggu ada pemakaman. Di kampung halaman saya, orang-orang hanya datang untuk menunjukkan rasa hormat. Di sini, hanya minoritas tertentu yang diperbolehkan untuk dimakamkan secara tradisional.”

Seorang warga Dali, Yunnan, bernama Zhang juga mengatakan bahwa banyak orang di daerahnya mengalami serangan jantung dan stroke setelah menerima vaksin, lalu meninggal dunia secara tiba-tiba.

Zhang: “Beberapa waktu lalu, lebih dari sepuluh orang meninggal dunia karena stroke. Pada hari pertama Tahun Baru Imlek, satu orang berusia 50-an meninggal di desa kami. Secara keseluruhan, ada sekitar 15-16 kasus stroke di desa kami. Semua korban telah menerima setidaknya tiga dosis vaksin. Sebelum divaksin, mereka sehat dan bugar, tetapi beberapa bulan setelah vaksinasi, mereka mengalami stroke dan meninggal dunia.”

Seorang warga Xingtai, Hebei, bernama Huang juga meyakini bahwa efek samping vaksin menyebabkan banyak orang sakit, dengan lonjakan kasus terjadi sekitar Tahun Baru Imlek.

Huang: “Penyakit ini sulit disembuhkan. Jika Anda pergi ke rumah sakit, mereka akan melakukan tes dan memberikan obat antivirus, tetapi sekali berobat bisa menghabiskan ratusan yuan. Jika tidak berobat, flu dan batuk bisa berlangsung lama tanpa membaik. Namun, di rumah sakit, dokter sengaja menghindari menyebut COVID-19. Sekarang banyak orang yang tiba-tiba meninggal dunia dalam semalam, dan krematorium sudah kewalahan.”

Pada 21 Februari, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Tiongkok merilis laporan yang menyatakan bahwa virus influenza masih menjadi penyebab utama infeksi saluran pernapasan akut baru-baru ini, dan tingkat penyebarannya secara umum menurun. Namun, masyarakat percaya bahwa pemerintah sedang menutupi situasi sebenarnya.

Seorang warga Jiujiang, Jiangxi, bernama Xu berkata: “Sekarang banyak yang terkena flu. Mereka bilang ini virus influenza, tapi menurut saya ini COVID-19. Mereka tidak lagi melakukan tes virus. Saya sendiri merasa terinfeksi dan sudah sakit lebih dari sepuluh hari. Sekarang begitu banyak orang meninggal secara tidak wajar, terutama yang berusia 40-50 tahun. Tingkat kematiannya sangat tinggi. Sulit untuk menghitungnya! Dulu, saat saya masih muda, jarang mendengar orang meninggal, tetapi sekarang terlalu sering.”

Meskipun Zhou Yi telah kehilangan 46 kerabat dan teman, ia sendiri tetap sehat. Selama lockdown, ia juga terinfeksi tetapi sembuh dalam dua jam setelah membaca “sembilan kata suci” dalam hatinya.

Zhou: “Saya menyuruh mereka menonton Shen Yun dan membaca sembilan kata suci, tetapi tidak ada yang percaya. Mereka telah dicuci otak. 95% dari mereka adalah pejabat, mereka sudah terkena ‘racun merah’. Apa yang diajarkan oleh Guru Li, mereka tidak mau membaca. Karena sensor internet sangat ketat, sekarang hampir setiap hari Epoch Times diblokir. Tapi saya masih bisa menerobos firewall dan mengakses Dynamic Network serta Ganjing World. Saya menonton berita setiap hari.”

Situs web Minghui yang berafiliasi dengan Falun Gong telah menerbitkan banyak laporan tentang warga Tiongkok yang menderita penyakit serius, kemudian sembuh setelah keluar dari organisasi Partai Komunis Tiongkok dan dengan tulus membaca : “Falun Dafa Hao, Zhen Shan Ren Hao” (Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar baik).

Pendiri Falun Gong, Guru Li, pernah memperingatkan pada Agustus 2023 bahwa pandemi COVID-19 terutama menargetkan Partai Komunis serta mereka yang membabi buta mengikuti dan mendukungnya. Saat ini, banyak orang, termasuk yang masih muda, telah meninggal dunia. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

FOKUS DUNIA

NEWS