Macron Serukan Rakyat Prancis Menghadapi Era Berbahaya di Tengah Mendekatnya AS dan Rusia

EtIndonesia. Pada Rabu, 5 Maret, di Paris, Presiden Prancis, Emmanuel Macron menyampaikan pidato nasional yang menggugah rakyatnya untuk menghadapi “dunia yang berbahaya” dengan keberanian. Di tengah perubahan besar dalam geopolitik, di mana Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump semakin mendekat ke Rusia, Macron memperingatkan ancaman terhadap Eropa dan Ukraina.

“Hanya menjadi penonton dalam dunia berbahaya ini adalah sebuah kegilaan,” kata Macron dengan tegas.

Elysée Palace menjelaskan, Macron menyadari kecemasan yang melanda masyarakat Prancis. Pidatonya ditujukan untuk menjawab kekhawatiran tersebut, serta untuk mengubah kecemasan menjadi tindakan dan semangat maju.

Ketika Trump dan Presiden Rusia, Vladimir Putin memaksa Ukraina untuk menerima syarat damai dari Rusia dan menyelesaikan perang dengan cara apa pun, termasuk menaikkan tarif bagi Kanada, Meksiko, dan bersiap memberlakukan bea masuk untuk Uni Eropa, situasi politik global bergeser drastis.

Macron berusaha meyakinkan rakyatnya: “Masa depan Eropa tidak ditentukan oleh Washington dan Moskow!”

Perubahan mendadak di AS sangat mengagetkan sekutu-sekutunya.

“Saya berharap Amerika tetap di pihak kita, tetapi kita harus siap jika terjadi sebaliknya,” ujar Macron.

Dia memperingatkan bahwa invasi Rusia ke Ukraina tidak hanya mengancam Ukraina, tetapi seluruh keamanan Eropa.

“Rusia mengancam kita dengan sikap kebrutalan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tampaknya provokasi ini tidak akan berakhir,” kata Macron.

Membangun Pertahanan Eropa yang Mandiri

Sebagai satu-satunya kekuatan nuklir di Eropa, Prancis harus memberikan kontribusi nyata bagi pertahanan benua ini.

KTT yang digelar di Brussel pada Kamis (6/3) menjadi momentum penting bagi Eropa untuk memperkuat kekuatan militernya secara mandiri. Macron mendesak negara-negara anggota Uni Eropa untuk meningkatkan anggaran pertahanan guna melindungi Ukraina sekaligus Eropa.

Langkah maju ini terlihat dalam rencana Uni Eropa untuk menginvestasikan miliaran euro guna memperkuat pertahanan bersama. Macron menegaskan bahwa Prancis telah lama mendorong gagasan ini, dan kini ancaman Trump untuk menarik diri dari Eropa membuat negara-negara anggota akhirnya bersatu dalam urusan pertahanan kolektif.

Namun, memperkuat pertahanan berarti meningkatkan pengeluaran, yang menjadi tantangan besar bagi setiap negara anggota.

“Kita harus berkomitmen untuk benar-benar mewujudkan pertahanan kolektif, bukan sekadar omong kosong di atas kertas,” kata Macron.

Memperkuat Militer Tanpa Menaikkan Pajak

Macron menjelaskan bahwa meski kondisi keuangan publik Prancis sulit, negara tetap harus berkontribusi dalam pertahanan Eropa.

Memperkuat militer memerlukan investasi besar, tetapi Macron berjanji untuk tidak menaikkan pajak rakyat.

“Untuk mencapai ini, kita perlu melakukan reformasi, membuat pilihan sulit, dan menunjukkan keberanian,” tambahnya.

Dia mengajak semua pihak, dari partai politik, serikat pekerja, hingga asosiasi pengusaha, untuk bersama-sama mencari solusi yang relevan bagi masa depan, bukan sekadar mempertahankan kebiasaan lama.

Pertemuan dengan Para Pemimpin Eropa dan Strategi Nuklir

Baru-baru ini, Macron aktif berkolaborasi dengan Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer untuk membangun solidaritas Eropa dan menjaga dialog lintas-Atlantik.

Dia juga mengumumkan rencana untuk menggelar pertemuan para kepala staf pertahanan negara-negara Eropa yang siap mengambil tanggung jawab, guna memastikan perdamaian di Ukraina, termasuk kemungkinan penempatan pasukan Eropa di sana.

Macron juga menekankan pentingnya diskusi strategis mengenai perlindungan Eropa melalui kekuatan nuklir Prancis. Meski demikian, dia memastikan rakyatnya bahwa keputusan penggunaan senjata nuklir selalu berada di tangan Presiden Prancis.

Reaksi Politik dan Sikap Oposisi

Pemimpin La France Insoumise (Gerakan Prancis Tak Tunduk), Jean-Luc Mélenchon, melalui platform media sosial X, mengatakan: “Macron berkata jujur, zaman memang telah berubah. Tetapi kita tidak boleh lagi mengikuti mereka yang membawa kita ke jalan buntu dan mengidealkan Amerika.”

Setelah pidato tersebut, Macron langsung menghadiri makan malam bersama Perdana Menteri Hongaria, Viktor Orban, seorang pendukung Trump dan Putin serta salah satu suara paling kritis di dalam Uni Eropa.

Trump Menekan Ukraina untuk Berdamai dengan Rusia

Pada 28 Februari, di Ruang Oval, Gedung Putih, Trump terlibat perdebatan sengit dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Dua hari kemudian, AS mengumumkan pembekuan bantuan militer ke Kiev, dan pada Rabu, AS mengonfirmasi penghentian berbagi intelijen dengan Ukraina.

Dalam pidato di hadapan Kongres AS, Trump menyebut telah menerima surat dari Zelenskyy yang mengungkapkan keinginan untuk mencapai “perdamaian abadi” dengan Rusia secepat mungkin.

Beberapa jam sebelumnya, pemimpin Ukraina memang menyatakan niat tersebut, bahkan mengusulkan gencatan senjata dari udara dan laut, sejalan dengan rencana yang diajukan oleh Macron.

Penolakan Macron atas Kebijakan Ekonomi Trump

Di luar masalah Ukraina, Macron juga menyinggung ancaman Trump untuk memberlakukan tarif terhadap barang-barang Eropa.

“Keputusan ini tidak masuk akal, baik untuk ekonomi Amerika maupun bagi kita,” tegas Macron dalam pidatonya.

Dengan kondisi geopolitik yang terus berubah, Prancis dan Eropa berada di persimpangan jalan. Macron menyerukan solidaritas Eropa dan mengajak semua warga untuk bersiap menghadapi tantangan besar di depan mata, dengan tetap mempertahankan keberanian dan semangat kolektif. (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS