Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata Gaza Baru, Berharap Israel Tidak Akan “Menghalanginya”

EtIndonesia. Seorang pejabat tinggi Hamas mengatakan pada hari Sabtu (29/3) bahwa kelompok tersebut menyetujui usulan gencatan senjata Gaza baru yang diajukan oleh para mediator, mendesak Israel untuk mendukungnya tetapi memperingatkan bahwa senjata kelompok yang didukung Iran tersebut adalah “garis merah”.

Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengonfirmasi bahwa mereka juga telah menerima usulan dari para mediator dan telah mengajukan usulan balasan sebagai tanggapan.

“Dua hari yang lalu, kami menerima usulan dari saudara-saudara mediator di Mesir dan Qatar. Kami menanggapinya secara positif dan menyetujuinya. Kami berharap bahwa pendudukan (Israel) tidak akan menghalanginya,” kata Khalil al-Haya dalam pidato yang disiarkan televisi untuk hari raya Idul Fitri bagi umat Islam.

“Senjata perlawanan adalah garis merah,” tambahnya.

Kantor Netanyahu mengonfirmasi bahwa mereka telah menerima usulan dari para mediator.

“Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, kemarin, mengadakan serangkaian konsultasi sesuai dengan usulan yang diterima dari para mediator,” kata kantornya dalam sebuah pernyataan.

“Beberapa jam yang lalu, Israel menyampaikan kepada para mediator sebuah usulan balasan dengan koordinasi penuh dengan AS,” katanya tanpa merinci lebih lanjut.

Sehari sebelumnya, pejabat senior Hamas Bassem Naim mengatakan pembicaraan antara gerakan Islamis Palestina dan para mediator mengenai kesepakatan gencatan senjata semakin gencar karena Israel terus melakukan operasi intensif di Gaza.

Sumber-sumber Palestina yang dekat dengan Hamas mengatakan kepada AFP bahwa pembicaraan dimulai pada Kamis malam antara kelompok militan dan para mediator dari Mesir dan Qatar untuk menghidupkan kembali gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera.

Gencatan senjata yang rapuh yang telah membawa ketenangan relatif selama berminggu-minggu ke Jalur Gaza berakhir pada 18 Maret ketika Israel melanjutkan kampanye pengebomannya di seluruh wilayah tersebut.

Pembicaraan di Doha dimulai sehari setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengancam akan merebut sebagian wilayah Gaza jika Hamas tidak membebaskan sandera, dan Hamas memperingatkan para tawanan akan kembali “dalam peti mati” jika Israel tidak berhenti membom wilayah Palestina. (yn)

FOKUS DUNIA

NEWS