EtIndonesia. Di tengah memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, Beijing memberlakukan kebijakan pembatasan ekspor logam tanah jarang (rare earth). Kebijakan ini mulai berdampak pada perusahaan teknologi tinggi Amerika, termasuk Tesla. CEO Tesla, Elon Musk, mengungkapkan bahwa pembatasan tersebut telah memengaruhi proses produksi robot humanoid Optimus milik perusahaannya.
Langkah Balasan Tiongkok terhadap Tarif AS
Menurut laporan Reuters, pada bulan April, Tiongkok menerapkan kontrol ekspor terhadap sejumlah komoditas tanah jarang. Langkah ini dinilai sebagai bentuk respons terhadap peningkatan tarif impor yang diberlakukan oleh Amerika Serikat. Tanah jarang merupakan komponen penting dalam produksi senjata, perangkat elektronik, hingga berbagai produk konsumen, termasuk kendaraan listrik dan robotika.
Musk: “Ini Bukan untuk Senjata, Tapi untuk Robot”
Dalam panggilan konferensi keuangan Tesla pada hari Selasa, 22 April, Elon Musk menyatakan bahwa pembatasan Tiongkok terhadap ekspor magnet tanah jarang telah mengganggu jalur produksi robot humanoid Tesla, Optimus.
“Tiongkok ingin mendapat jaminan bahwa tanah jarang tersebut tidak digunakan untuk keperluan militer. Jelas bukan, karena bahan ini akan digunakan untuk robot humanoid,” tegas Musk.
“Ini bukan senjata,” tambahnya.
Tesla Upayakan Izin Ekspor dari Beijing
Musk juga mengungkapkan bahwa Tesla saat ini tengah bekerja sama dengan otoritas di Beijing untuk mengamankan izin ekspor magnet tanah jarang. Para analis mencatat bahwa kontrol ekspor kali ini tidak hanya menyasar mineral mentah, tetapi juga mencakup produk akhir seperti magnet dan komponen lain yang sulit digantikan.
Saat ini, seluruh eksportir yang ingin mengirimkan tanah jarang dari Tiongkok harus mengajukan izin kepada Kementerian Perdagangan Tiongkok. Proses ini dinilai kurang transparan dan bisa memakan waktu enam hingga tujuh minggu, bahkan berbulan-bulan.
Optimus dan Ketergantungan pada Tanah Jarang
Sebelumnya, Elon Musk pernah menyatakan bahwa Tesla menargetkan produksi ribuan unit robot humanoid “Optimus” tahun ini. Menurut laporan dari Securities Times, material magnet permanen NdFeB (Neodymium-Iron-Boron) berkinerja tinggi adalah komponen utama motor servo dalam robot. Data publik menyebutkan bahwa satu robot humanoid bisa menggunakan lebih dari 40 motor servo, dan setiap motor membutuhkan sekitar 50 hingga 100 gram material NdFeB.
Untuk satu unit robot Optimus, dibutuhkan sekitar 3,5 kilogram NdFeB berkualitas tinggi—yang sebagian besar saat ini diproduksi di Tiongkok.
Langkah Regulasi dari Pemerintah Tiongkok
Pada awal April, Kementerian Perdagangan Tiongkok dan Administrasi Umum Bea Cukai secara bersama-sama mengeluarkan pengumuman mengenai pembatasan ekspor pada sejumlah unsur tanah jarang kelas menengah hingga berat, termasuk: samarium, gadolinium, terbium, dysprosium, lutetium, scandium, dan yttrium.
Lebih lanjut, material NdFeB yang mengandung terbium dan dysprosium juga termasuk dalam daftar kontrol ekspor tersebut.
Kebijakan ini menambah satu lagi lapisan tantangan dalam hubungan perdagangan antara Washington dan Beijing. Di sisi lain, ini juga menggarisbawahi ketergantungan industri teknologi tinggi global terhadap pasokan tanah jarang dari Tiongkok—yang memproduksi lebih dari 70% dari total pasokan global. (jhn/yn)