EtIndonesia. Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, secara resmi memutuskan untuk mundur dari perundingan perdamaian Ukraina. Hal ini terjadi setelah Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, secara tegas menolak salah satu usulan kunci yang diajukan oleh Amerika Serikat.
Menurut laporan The New York Times tertanggal 22 April, keputusan mengejutkan tersebut terjadi di tengah upaya AS untuk memediasi gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina melalui sebuah proposal strategis yang diajukan oleh Presiden Donald Trump. Rubio, yang sebelumnya ikut dalam pembicaraan, memilih untuk melewatkan tahap berikutnya dari perundingan gencatan senjata yang dijadwalkan berlangsung Selasa (22 April).
Meskipun demikian, para perwakilan dari Amerika Serikat, Eropa, dan Ukraina tetap dijadwalkan bertemu pada Rabu (23 April) di London untuk melanjutkan pembahasan mengenai usulan perdamaian. Namun, perkembangan terbaru ini memberikan pukulan ganda bagi prospek gencatan senjata Rusia-Ukraina dan menimbulkan keraguan besar terkait sejauh mana kemajuan yang sebenarnya telah dicapai.
Rubio sebelumnya hadir dalam konferensi internasional mengenai Ukraina yang diadakan di Paris pekan lalu. Namun, dia kemudian memberikan peringatan bahwa Presiden Trump kemungkinan akan mulai mengalihkan fokus ke “prioritas lain.” Dua pejabat dari Eropa yang terlibat dalam perundingan mengungkapkan bahwa selama pertemuan di Paris, para negosiator diberitahu tentang kerangka perjanjian gencatan senjata versi pemerintahan Trump. Usulan itu mencakup syarat-syarat kontroversial, termasuk permintaan agar Ukraina mengakui pencaplokan Krimea oleh Rusia dan mengesampingkan kemungkinan keanggotaan Ukraina dalam NATO.
Menanggapi hal tersebut, Presiden Zelenskyy pada hari Selasa menegaskan bahwa dirinya tetap terbuka terhadap perundingan damai dengan Rusia, namun hanya setelah gencatan senjata diberlakukan. Dia juga menolak keras untuk mengakui Krimea sebagai bagian sah dari wilayah Rusia.
“Ukraina tidak akan pernah mengakui pencaplokan Krimea secara sah,” ujar Zelenskyy dalam konferensi pers. “Tidak ada yang bisa dinegosiasikan terkait hal ini. Itu bertentangan dengan konstitusi kami.”
Menurut laporan Financial Times, Presiden Rusia, Vladimir Putin telah mengusulkan agar pasukan Rusia menghentikan pergerakan militer mereka dan tetap berada di posisi garis depan saat ini. Namun demikian, gencatan senjata yang nyata masih tampak jauh dari kenyataan, apalagi solusi perdamaian jangka panjang.
Meski situasinya masih sangat rumit, Presiden Trump tetap menyampaikan harapannya agar kesepakatan perdamaian dapat dicapai dalam waktu dekat. Dia bahkan menyatakan harapannya agar perdamaian bisa terjadi dalam pekan ini.
Perundingan penting mengenai kemungkinan solusi konflik Rusia-Ukraina dijadwalkan digelar pada 23 April di London, Inggris.
Gedung Putih menyatakan bahwa utusan khusus Presiden Trump, Steve Witkoff, dijadwalkan akan kembali melakukan perjalanan ke Moskow minggu ini untuk bertemu langsung dengan Presiden Putin.(jhn/yn)