EtIndonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, kasus pembunuhan acak semakin sering terjadi di Tiongkok daratan. Pada 4 Juni, seorang mahasiswa pria di Universitas Wuhan melakukan serangan brutal di kantin kampus dengan menikam banyak orang secara acak, lalu mencoba bunuh diri dengan menggorok lehernya sendiri. Diduga, motifnya terkait dengan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi akhir studinya. Pemerintah Tiongkok telah menyensor pemberitaan ini, dan jumlah pasti korban luka maupun tewas belum dapat dikonfirmasi.
Kejadian Serangan di Kantin Kampus
Pada 4 Juni sore, berbagai video dan foto beredar di media sosial Tiongkok, memperlihatkan kejadian penikaman acak yang mengerikan di Kantin 4 Universitas Wuhan.
Pelaku adalah seorang mahasiswa pria berpakaian hitam yang membawa pisau.
Foto-foto menunjukkan bahwa di luar pintu kantin terdapat setidaknya tiga korban yang terluka – dua pria dan satu wanita – dengan luka tusukan di bagian leher dan tubuh mereka berlumuran darah.
Kronologi Menurut Saksi Mata
Menurut kesaksian saksi yang diunggah secara online, pelaku tiba-tiba masuk ke dalam kantin dan secara acak menikam orang-orang, terutama menyerang bagian leher. Beberapa mahasiswa kemudian menggunakan kursi untuk mencoba menghentikannya. Setelah itu, pelaku menggorok lehernya sendiri dalam upaya bunuh diri. Baik pelaku maupun korban-korban kemudian dibawa oleh pihak kepolisian.
Dugaan Motif: Skripsi yang Diblokir
Beredar pula tangkapan layar yang diyakini sebagai surat wasiat pelaku yang diunggah ke internet. Dalam surat tersebut, mahasiswa bermarga Zhu itu mengecam dosen penguji yang dinilainya dengan sengaja mempersulit kelulusan skripsinya. Ia menulis: “Hanya bisa pergi ke kantin dan menikam beberapa penonton beruntung untuk menemaniku pergi. Sudah malas bermain, waktunya ulang dari awal.” “Jika tidak bisa diselesaikan secara kolektif, maka satu-satunya cara adalah membunuh. Tidak ada yang lebih efektif dari sebilah pisau dapur.”
Seorang mahasiswa Universitas Wuhan yang diwawancarai oleh media Epoch Times menyatakan bahwa pelaku adalah mahasiswa tingkat akhir yang merasa frustasi karena skripsinya beberapa kali ditolak secara tidak adil oleh dosen penguji, meski sudah diperbaiki empat hingga lima kali oleh dosen pembimbingnya.
Pada 4 Juni pagi, dia diberitahu bahwa struktur skripsinya masih bermasalah dan perlu direvisi besar-besaran, padahal dua hari kemudian sudah jadwal sidang skripsi. Hal ini membuatnya stres berat dan akhirnya menyerang orang di kantin secara acak. Karena ia tidak tahu siapa dosen pengujinya, ia menyerang orang lain sebagai pelampiasan.
Mahasiswa tersebut juga mengatakan bahwa saat pelaku dibawa pergi setelah melukai dirinya sendiri, ia masih bernapas, tetapi belum diketahui apakah nyawanya dapat diselamatkan.
Ia menambahkan bahwa bukan karena skripsinya sulit, tetapi karena sistem penilaian dosen yang dinilai sengaja menyulitkan demi memenuhi target penolakan. Jadi tidak bisa dikatakan bahwa pelaku lemah secara mental begitu saja.
Sensor Ketat dari Pemerintah
Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari otoritas setempat di Wuhan mengenai insiden ini. Di media sosial Tiongkok seperti Weibo, seluruh informasi, video, dan foto yang berkaitan dengan kejadian ini telah disensor dan dihapus. (Hui)
Laporan oleh Shang Chuan – Editor: Lin Qing