Trump dan Xi Berbicara Lewat Telepon, Xi Undang Trump ke Tiongkok – Laporan Media Resmi Partai Mengandung Makna Terselubung

Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Kamis (5 Juni) pagi,  mengumumkan melalui media sosial bahwa ia telah melakukan pembicaraan telepon dengan pemimpin Partai Komunis Tiongkok (PKT). Ini adalah percakapan pertama mereka sejak Trump kembali ke Gedung Putih. Trump mengungkapkan sebagian topik pembicaraan dan perkembangan selanjutnya, serta menyatakan bahwa pemimpin PKT telah mengundang dia dan istrinya untuk berkunjung ke Tiongkok, undangan yang disambut Trump dengan senang hati. Namun, laporan dari media resmi PKT menampilkan versi berbeda, dan makna di baliknya mengundang perhatian.

EtIndonesia. Pada Kamis  (5 Juni) pagi, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menulis di media sosial bahwa ia baru saja melakukan percakapan telepon dengan pemimpin PKT. Isi pembicaraan mereka hampir sepenuhnya berfokus pada isu perdagangan, tanpa membahas masalah Rusia, Ukraina, atau Iran.

“Soal isi pembicaraan, itu sepenuhnya akan dikembangkan lewat negosiasi di tingkat kerja, termasuk isu tarif, penyelesaian perang di Ukraina, atau situasi di Timur Tengah. Banyak hal bisa dibicarakan lewat tim teknis lebih dulu,” ujar Wu Jialong, analis senior politik dan ekonomi asal Taiwan. 

“Masalahnya adalah, apakah Xi Jinping masih memegang kendali? Karena itu baik AS maupun Rusia sama-sama sedang menguji dan mencoba memahami situasi terkini – apa yang sebenarnya terjadi di Beijing. Inilah makna sebenarnya di balik pembicaraan telepon ini,” lanjutnya. 

Sementara itu, media resmi PKT menampilkan laporan dengan versi yang berbeda.

Pada pukul 20:50 malam waktu Beijing, situs web Xinhua merilis laporan singkat hanya dalam beberapa kata, tanpa menyebut isi percakapan atau gelar pemimpin partai, terlihat sangat canggung dan kurang hormat. Beberapa menit kemudian, Xinhua mengeluarkan versi lanjutan yang hanya menambahkan waktu pembicaraan dan jabatan Xi, serta menekankan bahwa itu adalah percakapan “atas permintaan” pihak AS.

Wu Jialong menambahkan: “Ada banyak rumor bahwa Xi Jinping mungkin telah kehilangan kekuasaan, dan bahwa ada masalah di Beijing. Baik Trump maupun Putin ingin memahami apa yang terjadi di kalangan elit PKT. Jadi, Trump terus menyatakan ingin berbicara dengan Xi, yang pada dasarnya memaksa PKT untuk membuka kartu, untuk menunjukkan apakah Xi masih merupakan sosok yang bisa diajak berurusan. Itu sebabnya Presiden Belarus Lukashenko datang ke Beijing – sebenarnya untuk menyelidiki situasi.”

Shen Mingshi, peneliti di Institut Penelitian Pertahanan dan Keamanan Nasional Taiwan, mengatakan: “Setelah Trump menekankan dalam pernyataannya bahwa Xi Jinping sangat keras kepala dan sulit diajak komunikasi, lalu muncul laporan dari Xinhua seperti itu – ini menimbulkan kesan adanya perebutan kekuasaan internal di PKT.” 

Ia menambahkan : “Jika benar Xi sebelumnya berada di Henan dan tidak muncul di depan umum, tetapi tetap harus bertemu langsung dengan Presiden Belarus, meski dengan status yang diturunkan, maka tidak menutup kemungkinan bahwa di bawah tekanan dari para sesepuh partai, Xi dipaksa untuk berbicara dengan Trump. Karena itu hanya panggilan telepon dan sifatnya untuk menyampaikan niat baik, maka tidak menyentuh isi yang substansial.”

Trump juga menyatakan bahwa pemimpin PKT telah mengundang dirinya dan istri untuk berkunjung ke Tiongkok, dan ia menyambut undangan tersebut dengan senang hati. Ia juga menyebut bahwa tim perdagangan AS-Tiongkok akan segera mengadakan pertemuan di lokasi yang belum ditentukan, dan informasi mengenai jadwal serta lokasi akan diumumkan kepada media dalam waktu dekat.

Namun, banyak pihak meyakini bahwa saat ini, di tengah krisis internal dan eksternal yang melanda PKT, terutama ketidakstabilan politik di Zhongnanhai, kemungkinan besar perundingan perdagangan dengan AS hanyalah taktik untuk mengulur waktu.

Wu Jialong kembali menegaskan: “Saat ini belum terlihat adanya pembahasan isu-isu substansial. Yang terdengar hanyalah keluhan dari pihak AS, dan mungkin beberapa pernyataan agresif dari pihak Tiongkok, tetapi itu semua belum mencapai tahap pembicaraan resmi. Apakah kedua belah pihak bisa saling membangun kepercayaan dan mencapai titik temu yang membuka peluang baru – terus terang, untuk saat ini belum ada tanda-tandanya.” (Hui)

Laporan oleh Han Fei dan kontributor Luo Ya untuk NTD Television.

FOKUS DUNIA

NEWS