Hitungan Mundur Pembalasan Total Rusia? Rencana Besar Putin Dibongkar

EtIndonesia. Pada 1 Juni, Ukraina meluncurkan serangan drone skala besar dengan sandi “Operasi Jaring Laba-laba”, yang berhasil menghantam beberapa pangkalan militer dan aset strategis di dalam wilayah Rusia. Presiden Rusia, Vladimir Putin sejauh ini tetap diam, namun para analis intelijen dan ahli geopolitik meyakini bahwa di balik diamnya itu tengah disiapkan badai pembalasan berskala besar dan tidak konvensional.

Putin Diam, Tapi Rusia Tengah Menyusun Pembalasan Asimetris Multiarah

Menurut evaluasi intelijen Amerika dan beberapa negara Eropa, serangan udara Rusia ke Kyiv pada 6 Juni, yang menewaskan 6 orang dan melukai 80 lainnya, hanyalah langkah awal dan belum mencerminkan skala pembalasan sesungguhnya yang disiapkan Kremlin.

Seorang pejabat senior Kementerian Pertahanan AS mengungkapkan kepada Reuters: “Pembalasan utama belum dimulai. Rusia sedang menyesuaikan strategi dan bersiap melancarkan serangan balasan asimetris dan multidimensi.”

Strategi pembalasan tersebut diyakini mencakup:

·        Serangan rudal presisi tinggi

·        Gelombang serangan drone yang padat

·        Operasi cyber untuk melumpuhkan sistem pemerintah

·        Gangguan elektronik terhadap komunikasi dan sistem drone Ukraina

Menurut Samuel Kofman dari Carnegie Endowment for International Peace, Rusia mungkin akan menjadikan markas besar Dinas Keamanan Ukraina (SBU) sebagai salah satu target pertama, atau menyerang jalur logistik bantuan militer Barat untuk mengacaukan arus suplai.

Putin dan “Politik Diam” Sebelum Serangan

Putin dikenal sebagai pemimpin yang ahli memainkan “politik sinyal” dalam perang. Ketika mendekati titik balik strategis, dia cenderung diam—lalu membalas dengan kekuatan penuh pada waktu yang dianggap tepat.

Media Rusia melaporkan bahwa Kementerian Pertahanan Rusia telah meningkatkan status siaga pada unit Angkatan Udara Antariksa dan Pasukan Rudal Strategis. Armada Laut Hitam dan Komando Militer Distrik Selatan juga sedang melaksanakan latihan besar-besaran, yang menandakan Rusia sedang mengonsolidasikan kekuatan untuk pembalasan dan menunggu momen serangan yang tepat.

Para pakar menilai bahwa Rusia mungkin akan memilih momen simbolik seperti Hari Nasional Ukraina, KTT NATO, atau pertemuan puncak Uni Eropa sebagai waktu untuk melancarkan serangan kejutan—guna memberikan dampak politik dan psikologis maksimal di panggung global.

Peringatan AS: Serangan Rusia Bisa Lumpuhkan Sistem Intelijen dan Komunikasi Ukraina

Dalam laporan gabungan Pentagon dan NATO, disebutkan bahwa Rusia tidak akan membalas di medan perang secara simetris, melainkan mengincar serangan yang melumpuhkan fungsi strategis Ukraina. Target potensial meliputi:

·        Serangan rudal ke markas SBU dan pusat komunikasi

·        Gangguan elektronik untuk menghancurkan sistem kendali drone

·        Serangan siber terhadap infrastruktur penting dan pemerintahan

·        Sabotase jalur suplai militer Barat seperti pelabuhan, jalur kereta, dan pusat distribusi senjata

Presiden AS Donald Trump juga menanggapi situasi ini dengan komentar kontroversial: “Ukraina memberikan Putin alasan untuk membalas.”

Pernyataan itu memicu kecaman luas karena dianggap membela Rusia. Namun Trump menegaskan bahwa dia tidak ingin perang meningkat ke level konflik nuklir, dan akan “menjalankan sanksi secara tegas”.

Kekhawatiran Eropa: Rusia Bisa Lampaui Batas Etika Perang

Seorang pejabat tinggi diplomatik Uni Eropa memperingatkan bahwa: “Rusia bisa saja melancarkan tindakan yang melampaui batas moral perang. Ini bukan sekadar pembalasan militer, tapi tantangan langsung terhadap tatanan Eropa.”

Kementerian Luar Negeri Inggris mendesak negara-negara anggota NATO dan Uni Eropa untuk mempercepat pengiriman sistem pertahanan udara mutakhir seperti IRIS-T, NASAMS, dan Patriot.

Sementara itu, analis militer Jerman menyebut keberhasilan Ukraina dalam “Operasi Jaring Laba-laba” sebagian besar karena penetrasi intelijen elektronik mendalam ke dalam sistem pertahanan Rusia, yang dianggap sebagai tamparan berat terhadap reputasi militer Moskow dan mendorong perombakan strategi Rusia secara menyeluruh.

Risiko Luapan Konflik Global: Pembalasan Rusia Bisa Memicu Efek Domino

Pengamat strategis internasional memperingatkan bahwa jika Rusia melancarkan pembalasan di luar batas konvensional, bisa terjadi efek domino global, seperti:

·        Jika serangan mengenai fasilitas militer dekat perbatasan negara tetangga, bisa memicu reaksi berantai dari NATO

·        Jika serangan siber melumpuhkan jaringan komunikasi perusahaan-perusahaan Barat, bisa menjadi preseden baru dalam perang siber global

·        Jika elit politik Ukraina jadi target, tekanan opini publik Barat untuk intervensi langsung bisa meningkat tajam

Israel dan Turki telah menyerukan kepada kedua belah pihak agar segera menghentikan eskalasi militer, sementara Tiongkok tetap bersikap netral dan mendorong penyelesaian lewat jalur diplomasi.

Masih Adakah Harapan Perdamaian? Perang dan Diplomasi di Persimpangan Jalan

Meski ketegangan meningkat, Presiden Trump dalam percakapan terbaru dengan Putin menyatakan kesediaan membantu mencari solusi diplomatik. Delegasi Rusia dan Ukraina pun dikabarkan melanjutkan negosiasi di Istanbul, Turki. Uni Eropa juga mengonfirmasi bahwa Tiongkok dan Uni Emirat Arab sedang mencoba memediasi agar kedua pihak kembali ke meja perundingan.

Namun, menurut model simulasi dari lembaga intelijen militer, jika Rusia benar-benar memulai pembalasan besar-besaran, maka perang akan memasuki fase baru yang lebih destruktif dan berbasis teknologi tinggi.

Medan tempur tidak lagi didominasi tank dan infanteri, melainkan oleh drone, perang elektronik, satelit, dan kendali jaringan digital. Musim panas tahun 2025 bisa menjadi titik balik menuju format perang abad ke-21.

Langkah Putin: Di Persimpangan Takdir Dunia

Hitung mundur pembalasan Rusia kini membuat dunia tegang dan waspada. Diamnya Putin bukan sekadar tanda kehati-hatian, melainkan bisa jadi rencana strategis menuju pembalasan yang sangat dahsyat.

Trump, NATO, Uni Eropa, dan kekuatan global lainnya kini terus memantau setiap pergerakan. Ketika tekanan militer dan diplomasi saling berhadapan, beberapa hari ke depan akan menjadi penentu arah geopolitik dunia.

Akankah ini menjadi peluang untuk deeskalasi?

Atau awal dari konflik besar yang tak bisa dibalikkan?

Dunia menahan napas. Jawabannya, mungkin sedang disusun di ruang gelap Kremlin.(jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS