Home Blog

33 Tahun Kemudian, Pembantaian di Lapangan Tiananmen Masih Penting bagi Dunia

Dorothy Li

Tanggal 3 Juni 1989, adalah malam berdarah bagi para pengunjuk rasa mahasiswa pro-demokrasi. Kala itu, tank-tank meluncur menuju ke Lapangan Tiananmen, Beijing untuk memusnahkan orang-orang dan apapun di jalanan. Gas air mata dan peluru tajam membanjiri alun-alun.

Para pengunjuk rasa yang panik menyandarkan tubuh-tubuh yang lemas ke sepeda, bus, dan ambulans untuk mengangkut mereka pergi. Ribuan pengunjuk rasa tak bersenjata diperkirakan tewas.

Pembunuhan massal tersebut mengejutkan dunia. Sebagai tanggapan, kala itu Presiden AS George H.W. Bush mengutuk pembantaian tersebut. Kemudian menangguhkan pengiriman senjata ke Tiongkok dan memberlakukan beberapa sanksi.

“Tapi mereka segera beralih,” kata Li Hengqing, mantan pemimpin mahasiswa 1989 yang sekarang tinggal di Washington. Li menunjukkan bahwa sebagian besar sanksi langsung dicabut dan hubungan ekonomi kembali dilanjutkan.

“Kebetulan saya percaya bahwa kontak komersial telah memimpin, pada esensinya adalah pencarian lebih banyak terhadap kebebasan ini,” kata Bush pada konferensi pers yang diadakan sehari setelah pembantaian Tiananmen. 

“Saya pikir karena orang memiliki insentif komersial, apakah itu di Tiongkok atau  sistem totaliter lainnya, langkah menuju demokrasi menjadi lebih tak terhindarkan,” katanya. 

Teori itu digambarkan  “sangat konyol,” kata Yuan Hongbing, seorang cendikiawan Tiongkok yang kemudian diskors dari tugasnya karena berpartisipasi dalam aksi protes Tiananmen. Ia mengatakan kebijakan keterlibatan Washington dengan Tiongkok menguntungkan PKT. Bahkan, membantu rezim komunis mengumpulkan kekuatan ekonomi selama tiga dekade. 

“[Respon] Barat menguatkan PKT,” kata Chen Weijian, seorang komentator Tiongkok yang meninggalkan daratan Tiongkok ke Selandia Baru dua tahun setelah tindakan keras Tiananmen.

Setelah 33 tahun, “pembangunan ekonomi tak mengarah ke Tiongkok yang bebas,” kata Chen, yang merupakan pendiri majalah pro-demokrasi Tiongkok dan diselidiki karena mendukung demonstrasi 1989. Sebaliknya, PKT berusaha menggunakan kekuatan ekonomi untuk “mengubah aturan komunitas internasional” dan mengekspor model kontrol penindasannya ke seluruh dunia.

Chen mengutip percakapan antara Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden.

Selama pidato baru-baru ini di kelas kelulusan Akademi Angkatan Laut, Biden mengatakan bahwa Xi mengatakan kepadanya bahwa demokrasi akan jatuh dan “otokrasi akan menjalankan dunia.”

“Ketika dia menelepon saya untuk memberi selamat kepada saya pada malam pemilihan, dia mengatakan kepada saya apa yang dia katakan berkali-kali sebelumnya,” kata Biden pada 27 Mei, merujuk pada Xi. 

“Dia berkata, ‘Demokrasi tidak dapat dipertahankan di abad ke-21. Otokrasi akan menjalankan dunia. Mengapa? Hal-hal berubah begitu cepat. Demokrasi membutuhkan konsensus, dan itu membutuhkan waktu, dan Anda tidak punya waktu.’

“Dia salah,” kata Biden.

Disensor di Tiongkok

Hong Kong, sebagai tempat terakhir untuk memperingati para korban pembantaian 1989 di pulau yang dikuasai PKT, melarang peringatan massal sejak tiga tahun lalu, dengan alasan pandemi, di tengah pengekangan kebebasan Hong Kong yang lebih luas di tangan rezim komunis.

Para pemimpin kelompok di balik acara nyala lilin tahunan  ditahan setelah didakwa melakukan subversi di bawah undang-undang keamanan nasional yang diberlakukan PKT. Mereka termasuk di antara lebih dari 150 orang yang  didakwa atau dihukum berdasarkan Undang-Undang kejam yang telah digunakan untuk menghapus perbedaan pendapat di pusat demokrasi yang pernah berkembang pesat.

Pada peringatan tahun ini, puluhan polisi berpatroli di Victoria Park, tempat acara penyalaan lilin tahunan  yang pernah digelar sebelumnya.

Di daratan Tiongkok, aksi protes Lapangan Tiananmen, sebuah gerakan dipimpin oleh pemuda yang mengadvokasi reformasi demokrasi, masih merupakan topik yang tabu. Sampai hari ini, rezim partai komunis Tiongkok tidak akan mengungkapkan jumlah atau nama mereka yang terbunuh akibat kekejamannya. 

Rezim mencoba untuk menghapus semua kenangan pembantaian berdarah dengan menghapus setiap penyebutan peristiwa dari internet negara. Lebih parah lagi, kerap menekan para kerabat korban untuk memastikan agar mereka tetap bungkam. Akibatnya, generasi muda Tionghoa tidak menyadari apa yang terjadi pada malam itu.

Meskipun rezim terus menekan kenangan pada hari itu, Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan Amerika Serikat akan “terus berbicara dan mempromosikan akuntabilitas atas kekejaman rezim Tiongkok dan pelanggaran hak asasi manusianya termasuk yang terjadi di Hong Kong, Xinjiang, dan Tibet.”

“Kepada rakyat Tiongkok dan mereka yang terus menentang ketidakadilan dan mencari kebebasan, kami tidak akan melupakan 4 Juni,” katanya dalam pernyataan 3 Juni.

Pandemi

Tahun ini, Lapangan Tiananmen dilockdown beberapa minggu sebelum 4 Juni, sebagai  langkah pencegahan pandemi di bawah kebijakan “nol-COVID” rezim. 

Pendekatan kejam, yang dimaksudkan untuk menghilangkan setiap kasus infeksi dalam komunitas dengan memberlakukan lockdown dan karantina wajib, menyebabkan terjadinya kekurangan makanan dan penundaan perawatan medis bagi jutaan orang yang dilockdown di seluruh Tiongkok. 

“[PKT] ingin mengendalikan virus melalui pendekatan yang tidak menghormati hak asasi manusia, yang sama seperti yang dilakukan pada 4 Juni,” kata Chen.

Bagi Chen, kasus Li Wenliang, seorang dokter yang termasuk orang pertama memperingatkan tentang wabah COVID-19 awal di Wuhan, adalah alarm bagi dunia tentang bagaimana penindasan PKT dapat mempengaruhi mereka. Dokter tersebut ditegur oleh polisi pada Januari 2020 ketika pihak berwenang meremehkan tingkat keparahan wabah. Li kemudian meninggal dunia karena virus.

Chen mengatakan pandemi saat ini akan berbeda jika rezim tidak menyensor whistleblower dan pihak lain yang mencoba membunyikan alarm. “Akhirnya dunia mulai memahami PKT sekarang.”

Luo Ya dan Eva Fu berkontribusi pada laporan ini.

Wanita Dipaksa Menghapus Riasan Wajah Setelah Gagal Dipindai dengan Pengenalan Wajah di Bandara

EtIndonesia. Seorang wanita di Tiongkok diduga dipaksa menghapus riasan tebalnya setelah pemindai pengenalan wajah di bandara gagal mengonfirmasi identitasnya.

Sebuah klip pendek yang memperlihatkan seorang wanita muda menggunakan tisu basah untuk membersihkan riasan wajahnya saat dimarahi oleh staf bandara menjadi viral di media sosial Tiongkok minggu lalu, yang memicu berbagai komentar lucu.

Menurut boarding pass yang ditunjukkan dalam video di samping identitas wanita tersebut, video tersebut direkam pada bulan September tahun lalu, di Bandara Shanghai, tetapi baru-baru ini menarik perhatian di dunia maya.

Selama klip pendek tersebut, wanita yang memegang kamera (mungkin petugas bandara), memarahi gadis muda itu, mengatakan kepadanya bahwa dia perlu menghapus semua riasannya hingga dia tampak seperti foto di dokumen identitasnya.

“Bersihkan semuanya hingga kamu tampak seperti foto paspormu. Mengapa kamu merias wajah seperti itu? Kamu cari masalah,” kata suara di balik kamera.

Tidak jelas apakah wanita itu akhirnya lolos pemindaian pengenalan wajah bandara, tetapi cobaan yang dialaminya memang mengundang komentar-komentar lucu di media sosial.

“Tidak mungkin dia bisa berjalan-jalan dengan filter di kehidupan nyata, kan?” tanya seseorang.

Yang lain merasa kasihan pada wanita muda itu, mengatakan bahwa dia sudah tampak cukup malu, dan tidak ada wanita yang bisa ditegur petugas bandara tentang riasannya, sementara yang lain bertanya-tanya apakah riasan seharusnya menjadi masalah bagi pemindai pengenalan wajah modern.

“Betapapun tebalnya riasan, wajah seharusnya tidak sulit dikenali, kan? Bukankah sudah waktunya untuk meningkatkan peralatannya?” tanya seseorang. (yn)

Sumber: odditycentral

Yusuf Muhammad Martak: “Saya Tantang 9 Naga untuk Memberikan 25% Hartanya untuk Bangsa ini”

0

Surabaya – Yusuf Muhammad Martak adalah seorang tokoh yang dikenal sebagai keponakan dari Faradj bin Said bin Awad Martak, seorang saudagar Arab kelahiran Hadramaut, Yaman, pada tahun 1897. Faradj Martak merupakan figur penting dalam sejarah Indonesia karena kedekatannya dengan Presiden Sukarno. Rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta, (yang saat ini menjadi berganti nama jalan menjadi Jalan Proklamasi No. 56 Jakarta), menjadi lokasi pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945, yang kemudian dihibahkan pada negara Indonesia melalui Bung Karno, sebagai bentuk dukungan terhadap kemerdekaan Indonesia. 

“Kami, para keturunan Yaman yang hidup di negara manapun menganggap negara itu adalah tanah airnya, bahkan tidak pernah membangun apapun di Yaman walau hanya Mushola,” kata Yusuf saat diwawancarai The Epoch Times.

Sesuai dengan pepatah klasik yang menyatakan “Dimana bumi dipijak, disitulah langit dijunjung” (seseorang harus bisa beradaptasi dengan tempat tinggalnya (bukan hanya tempat asal), untuk dapat diterima dengan baik).

Latar belakang keluarga Martak yang kaya akan nilai nasionalisme dan pengabdian kepada negara menjadi fondasi bagi Yusuf dalam menjalani perannya sebagai pengusaha dan pengamat politik. Meski tidak terlibat langsung dalam partai politik, Yusuf aktif dalam berbagai event politik, dengan tujuan mendorong pergantian kepemimpinan untuk kemaslahatan bangsa. 

“Saya kepingin adanya pergantian kepemimpinan demi maslahat bangsa dan negara karena kita sama-sama tahu kalau kita mau bicara banyak kekurangan atau kelebihan, semua manusia pasti ada kekurangan dan ada kelebihan tapi ada dua sisi Kalau kemarin waktu 2019-2024 memang kita ingin adanya pergantian kepemimpinan tapi setelah sekarang 2024 kita tidak membicarakan lagi tentang kepemimpinan presiden yang sudah lewat tidak lagi tapi yang kita bicarakan, apa tindakan dan langkah presiden yang sekarang setelah menerima mandat dari rakyat setiap programnya harus di siapkan sejak awal lakukan evaluasi konsolidasi menjalankan program jangka pendek jangka menengah jangka panjang ini yang perlu dijelasan dari pemerintah kita yang baru yaitu Prabowo Subianto yang mana dia sangat berambisi ingin jadi Presiden dan telah tercapai keinginannya setelah 4 kali mengalami kegagalan, Lalu mau kemana negara ini akan di bawa?” ungkapnya.

Kiprah dalam Dunia Politik dan Bisnis 

Yusuf Muhammad Martak mengidentifikasi dirinya sebagai seorang pengusaha yang konsisten menjaga jarak dari partai politik. Namun, ia tidak ragu untuk terlibat dalam hajatan politik, terutama yang bertujuan untuk memperjuangkan perubahan kepemimpinan nasional. Pada pemilihan Presiden di tahun 2019 Yusuf Martak termasuk salah satu tokoh yang vokal mendorong Prabowo Subianto menjadi Presiden. Namun, memasuki era 2024, ia lebih fokus pada evaluasi kebijakan dan kinerja pemerintah yang baru, alih-alih membahas masa lalu. 

Dalam wawancaranya, Yusuf menekankan pentingnya konsolidasi dan program jangka panjang bagi pemerintahan Prabowo Subianto. Ia berharap Prabowo, sebagai figur yang berpengalaman di era Orde Baru dan reformasi, mampu membawa Indonesia keluar dari berbagai masalah struktural, seperti: 

1. Isu Ijazah Palsu – Yusuf menyoroti perlunya transparansi dan akuntabilitas dalam rekam jejak pemimpin. 

2. Ketergantungan pada Tenaga Kerja Asing – Ia mendorong pemerataan lapangan kerja bagi warga lokal. Pengaturan ketenagakerjaan yang berpihak pada rakyat.

3. Pengelolaan Hutang Negara – Yusuf menyarankan agar Indonesia mengurangi ketergantungan pada pinjaman luar negeri. 

“Negara ini adalah negara kaya, hasil bumi dan tambangnya sangat luar biasa, jika dikelola dengan profesional dan jujur maka kita yang harusnya memberi hutang pada negara lain bukan malah sebalik nya. Saya prihatin kalau menteri keuangan dalam paparannya menargetkan pendapatan negara Sekitar 70 % dari pajak? Yang artinya seolah negara tidak punya target penghasilan lain selain dari memeras rakyatnya sendiri dari sektor pajak,” ungkapnya sambal menghela napas.

Pandangan tentang Nasionalisme dan Kritik terhadap Kebijakan Pemerintah 

Yusuf Martak adalah sosok yang sangat menjunjung tinggi nasionalisme. Semangat pejuang dan warisan keluarga sebagai bagian dari keluarga yang pernah berjasa pada negara Indonesia, Yusuf mewarisi semangat orang tua nya dan paman nya Faradj Said Martak dalam berjuang tanpa Pamrih. Ia mengkritik fenomena memudarnya semangat kebangsaan, yang menurutnya hanya tersisa 10% di kalangan rakyat Indonesia. Baginya, nasionalisme harus dibangun melalui: 

– Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. 

– Kecintaan terhadap tanah air. 

– Penyelamatan aset dan rakyat Indonesia. 

Ia juga menyoroti kebijakan pembangunan seperti proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, yang dinilainya tidak efisien dan membebani APBN. Menurut Yusuf, investasi semacam ini berpotensi menjerumuskan Indonesia ke dalam ketergantungan asing, mirip dengan kasus Sri Lanka yang kehilangan kendali atas pelabuhannya akibat utang ke RRT. 

Hubungan dengan Dinamika Kekuasaan dan Figur Politik 

Yusuf tidak segan mengkritik para pemimpin, termasuk Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto. Ia menyayangkan keputusan Prabowo untuk melanjutkan kebijakan Jokowi, yang menurutnya bisa menjadi bumerang jika tidak diimbangi dengan inovasi. Namun, ia mengakui kecerdasan Prabowo sebagai mantan petinggi militer dan menantunya Soeharto. 

Yusuf juga mengingatkan bahaya intervensi orang-orang dekat dalam kepemimpinan. Ia mencontohkan bagaimana tiga orang kepercayaan Prabowo bisa memengaruhi kebijakannya. “Prabowo sebenarnya mampu, tapi jika terpengaruh oleh lingkaran dalam yang salah, itu bisa menjadi masalah,” ujarnya. 

Semangat Pejuang dan Warisan Keluarga 

Sebagai bagian dari keluarga yang berjasa bagi Indonesia, Yusuf mewarisi semangat Faradj Martak dalam berjuang tanpa pamrih. Ia menegaskan bahwa kecintaannya pada Indonesia tidak diragukan, meski secara keturunan ia memiliki darah Arab. “Hubbul wathon minal iman (Cinta tanah air adalah bagian dari iman). Saya lebih mencintai Indonesia daripada mereka yang mengaku pribumi tapi tidak peduli pada negara dan bangsa ini,” tegasnya. 

Yusuf juga menantang generasi muda dan konglomerat untuk lebih peduli pada bangsa. “Saya kenal dengan para konglomerat Tionghoa itu, saya tantang 9 naga dan konglomerat apabila kita benar mencintai NKRI mari secara bersama sama kita sumbangkan harta kita untuk negara dan bangsa ini, mereka kan sudah kenyang dan kaya mengeruk isi perut bumi bahkan sebagian besar mereka lakukan secara ilegal, bila di banding dengan kekayaan saya yang mungkin hanya bernilai ratusan juta, mereka lebih kaya mereka lebih menikmati apa yang diambil dari isi perut bumi negara ini, saya berani menyerahkan 25% apa yang saya punya, apakah seribu juta, satu miliar kita serahkan bersama-sama. Karena rakyat pribumi juga harus dijaga harus diperhatikan kehidupannya. Semua kita lakukan demi maslahat Bangsa dan negara dan tentu harus sesuai dengan penggunaan nya. Tantangan untuk anak muda anak muda harus berbuat jangan cuman ribut dengan media dan lain sebagainya terpengaruh oleh youtuber-youtuber atau medsos yang tidak tahu maksudnya, anak-anak muda ini harus berbuat sesuatu untuk bangsa ini,” jelasnya.

Sosok yang Konsisten Memperjuangkan Perubahan 

Yusuf Muhammad Martak adalah figur unik yang menggabungkan jiwa pengusaha, kritikus politik, dan nasionalis sejati. Meski tidak duduk di kursi kekuasaan, suaranya kerap menjadi pengingat bagi para pemimpin untuk tidak melupakan amanat rakyat. Warisan keluarganya dalam mendukung kemerdekaan Indonesia menjadi bukti bahwa kontribusi nyata tidak selalu harus melalui jalur formal, tetapi bisa dilakukan dengan semangat dan keteguhan prinsip. 

Transplantasi Kandung Kemih Pertama di Dunia Memberikan Harapan Baru bagi Pasien Kanker

EtIndonesia. Dokter bedah AS berhasil melakukan transplantasi kandung kemih manusia pertama di dunia pada tanggal 4 Mei 2025. Prosedur rumit yang berlangsung selama delapan jam ini melibatkan pengambilan ginjal dan kandung kemih dari donor organ dan menghidupkannya kembali dalam tubuh pasien yang telah kehilangan organ tersebut karena penyakit ginjal dan kanker.

“Ginjal segera mengeluarkan banyak urin, dan fungsi ginjal pasien segera membaik,” kata ahli urologi Nima Nassiri dari University of California, Los Angeles. “Tidak perlu dialisis setelah operasi, dan urin mengalir dengan baik ke kandung kemih yang baru.”

Tak lama kemudian, pasien dapat buang air kecil secara normal – sesuatu yang tidak dapat dilakukannya selama tujuh tahun.

Dengan jutaan orang di seluruh dunia yang terkena beberapa bentuk gangguan kandung kemih, pencapaian luar biasa ini berpotensi mengubah banyak kehidupan.

“Operasi ini merupakan momen bersejarah dalam dunia kedokteran dan akan memengaruhi cara kita menangani pasien terpilih dengan kandung kemih ‘terminal’ yang sangat bergejala dan tidak lagi berfungsi,” jelas ahli urologi Inderbir Gill dari University of Southern California.

“Transplantasi merupakan pilihan pengobatan yang menyelamatkan dan meningkatkan kualitas hidup bagi banyak kondisi yang memengaruhi organ utama, dan kini kandung kemih dapat ditambahkan ke dalam daftar.”

Hingga saat ini, satu-satunya pilihan bagi pasien dengan kandung kemih yang sangat terganggu adalah menggunakan kembali sebagian usus mereka untuk mengambil alih peran kandung kemih. Namun, metode ini menimbulkan komplikasi pada 80 persen kasus, kata Gill, termasuk masalah pencernaan atau hilangnya fungsi ginjal karena perbedaan besar dalam mikrobioma saluran pencernaan dan saluran kemih.

Namun, transplantasi kandung kemih terbukti sangat menantang karena sistem pembuluh darah kompleks yang digunakan organ tersebut berada jauh di dalam perut kita.

Jadi, tim medis telah mempersiapkan operasi ini selama lebih dari empat tahun. Ini melibatkan praktik transplantasi dengan bantuan robot pada donor yang telah meninggal yang masih menggunakan ventilator.

Mereka kemudian dapat menerapkan teknik baru yang mereka kembangkan untuk menghubungkan kandung kemih dan ginjal donor pada pasien berusia 41 tahun yang telah bergantung pada dialisis selama tujuh tahun. Penerima kandung kemih, Oscar Larrainzar, seorang suami dan ayah dari empat anak, telah menjalani pengangkatan kedua ginjal dan sebagian besar kandung kemihnya beberapa tahun sebelumnya.

Kandung kemih pria rata-rata dapat menampung hingga 700 mililiter cairan, tetapi kandung kemih Larrainzar yang tersisa hanya dapat menampung 30 mililiter.

Dengan menyambungkan beberapa vena dan arteri sebelum menanamkan organ donor, para ahli bedah dapat sedikit menyederhanakan prosedur.

“Meskipun kasusnya rumit, semuanya berjalan sesuai rencana dan operasinya berhasil,” kata Gill. “Pasien dalam kondisi baik, dan kami puas dengan kemajuan klinisnya hingga saat ini.”

Para dokter merencanakan empat operasi lagi untuk uji klinis mereka pada transplantasi kandung kemih. Pasien harus menjalani, atau sudah memerlukan, imunosupresi jangka panjang untuk mencegah penolakan organ, jelas para ahli bedah. Obat-obatan ini memiliki risiko dan efek sampingnya sendiri, jadi belum ada gunanya mengambil risiko donasi organ kecuali tidak ada pilihan lain.

Jika empat kasus berikutnya juga berhasil, uji coba yang jauh lebih besar akan menyusul.

“Saya seperti bom waktu,” kata Larrainzar kepada dokternya saat janji temu lanjutan. “Tapi sekarang saya punya harapan.”(yn)

Sumber: sciencealert

Rusia Luncurkan Serangan Drone Terbesar, Utusan AS: Harus Segera Gencatan Senjata

Pada Minggu  (18 Mei) dini hari, Rusia melancarkan serangan drone terbesar ke Ukraina sejak perang besar dimulai pada tahun 2022, yang menyebabkan sejumlah korban jiwa dan luka-luka. Pada hari yang sama, utusan khusus Presiden AS Donald Trump,  Steve Witkoff, mendesak agar pembantaian ini segera dihentikan dan dicapai kesepakatan gencatan senjata.

EtIndonesia. Militer Ukraina mengkonfirmasi bahwa hingga pukul 08.00 waktu setempat pada hari Minggu, Rusia telah meluncurkan total 273 drone serang, dengan target utama wilayah Kyiv di bagian tengah, serta Dnipropetrovsk dan Donetsk di bagian timur.

Seorang wanita berusia 28 tahun tewas dalam serangan tersebut, dan setidaknya tiga orang terluka. Tim pemadam kebakaran tengah berjuang keras memadamkan api.

Juru bicara Angkatan Udara Ukraina, Yuriy Ihnat, menyatakan bahwa ini adalah serangan drone terbesar yang diluncurkan Rusia sejak perang dimulai. Ia menyebut malam tersebut sebagai malam yang sangat berat, dengan sirene serangan udara meraung selama sembilan jam tanpa henti.

Seorang warga Kyiv, Shybenko, mengatakan:  “Kami bergegas masuk ke ruang bawah tanah, lalu terdengar ledakan besar. Kami melihat rumah kami sudah tidak ada lagi.”

Warga Kyiv lainnya, Lyubov, menambahkan:  “Lihat apa yang dilakukan Rusia. Untuk apa semua ini? Sekarang saya tidak punya rumah, tidak punya apa-apa lagi.”

Pada Jumat (16 Mei), perwakilan Rusia dan Ukraina mengadakan pembicaraan langsung pertama dalam lebih dari tiga tahun, bertempat di Turki. Kedua pihak sepakat untuk melakukan pertukaran tawanan perang, namun gagal mencapai kesepakatan gencatan senjata sementara seperti yang telah lama didesak oleh Kyiv dan para sekutunya.

Utusan khusus Presiden Trump, Steve Witkoff, dalam wawancara pada Minggu menekankan pentingnya memperkecil perbedaan antara Rusia dan Ukraina untuk mencapai gencatan senjata — hal yang saat ini sedang diupayakan oleh Amerika Serikat.

 “Yang paling penting adalah kita harus mencapai kesepakatan damai final. Seperti yang Anda tahu, saat ini Rusia dan Ukraina saling menyerang. Kedua belah pihak penuh emosi, diliputi kebencian, dan pembantaian ini harus dihentikan,” ujarnya. 

Pada  Senin (19 Mei), Presiden Trump dijadwalkan mengadakan percakapan telepon secara terpisah dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, guna mendorong diakhirinya perang.

Kanselir Jerman Friedrich Merz, yang menghadiri pelantikan Paus baru pada Minggu, mengatakan bahwa beberapa pemimpin Eropa telah sepakat untuk berbicara terlebih dahulu dengan Trump sebelum ia menghubungi para pemimpin Rusia dan Ukraina pada Senin. Merz akan berbicara bersama para pemimpin dari Inggris, Prancis, dan Polandia.

Merz menyatakan: “Saya yakin bahwa Eropa dan Amerika Serikat bertekad untuk bekerja sama secara terarah demi mengakhiri perang mengerikan ini sesegera mungkin.”

Pada hari yang sama, Presiden Zelensky bertemu dengan Wakil Presiden AS, J.D. Vance, dan Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, di Vatikan. Pertemuan tersebut berlangsung selama 40 menit. Foto-foto di lokasi menunjukkan para pejabat Ukraina dan AS tersenyum, dan suasana pembicaraan terlihat santai.

Zelenskyy kembali menekankan pentingnya mencapai gencatan senjata penuh dan tanpa syarat. (Hui)

Laporan oleh Yi Jing, New Tang Dynasty Television

Video: Seorang Pria Membuat Kolam Kecil di Hutan, Hasilnya Benar-Benar Menakjubkan

EtIndonesia. Terkadang, ide yang paling sederhana menghasilkan hasil yang paling luar biasa.

Seorang pria memutuskan untuk menggali genangan air kecil di tengah hutan, memasang kamera, dan menunggu.

Apa yang dia potret adalah pertunjukan keanekaragaman alam yang menakjubkan.

Dari kucing besar yang agung dan kadal yang penasaran hingga burung berwarna-warni dan makhluk hutan yang pemalu, aliran satwa liar yang terus menerus datang mengunjungi genangan air untuk minum minuman yang menyegarkan.

Keragaman hewan benar-benar mengejutkan—dan benar-benar memesona untuk ditonton.(yn)

Sumber: sunnyskyz

Terungkap “Rantai Industri Panen Organ” PKT di Sepanjang Inisiatif Belt and Road Terbongkar

World Organization to Investigate the Persecution of Falun Gong (WOIPFG) atau Organisasi Dunia untuk Menyelidiki Penganiayaan Terhadap Falun Gong merilis laporan terbaru yang mengungkap sejumlah bukti penting. Laporan ini membongkar bagaimana Partai Komunis Tiongkok (PKT) menyebarkan model panen organ hidup ke dunia internasional melalui inisiatif “Belt and Road” atau “Sabuk dan Jalan”. Senator AS Ted Cruz mengecam tindakan ini di media sosial dan menyatakan bahwa industri panen organ hidup yang didukung negara oleh PKT seharusnya sudah lama dibasmi.

EtIndonesia. Pada 10 Mei, organisasi WOIPFG mengeluarkan laporan investigasi penting yang mengungkap bagaimana PKT mengekspor model panen organ hidup melalui inisiatif “Sabuk dan Jalan”

Laporan ini merinci bagaimana sistem transplantasi organ yang dijalankan secara industri digunakan untuk mengekspor teknologi, melatih dokter, dan membangun rumah sakit kerja sama di negara-negara sepanjang jalur inisiatif tersebut. PKT juga menutupi kejahatan sistematis panen organ hidup ini melalui pendekatan regional.

Pada 13 Mei, Senator Amerika Serikat Ted Cruz membagikan unggahan dari Falun Dafa Information Center tentang perayaan global Hari Falun Dafa di platform X (dulu Twitter), serta mengecam keras penganiayaan brutal PKT terhadap praktisi Falun Gong. Ia menyatakan:
“Industri pencabutan organ hidup yang didukung negara oleh PKT seharusnya sudah lama dibasmi.”

Juru bicara organisasi tersebut, Wang Zhiyuan, mengatakan:  “DPR Amerika Serikat telah dengan suara bulat mengesahkan Undang-Undang Perlindungan Falun Gong, bersamaan dengan undang-undang yang melarang pengambilan paksa organ hidup. Pengesahan ini pertama-tama menegaskan adanya kejahatan terhadap kemanusiaan berupa panen organ dari praktisi Falun Gong yang dilakukan oleh PKT. Kedua, Undang-Undang Perlindungan Falun Gong menegaskan perlindungan atas kebebasan beragama dan hak asasi kelompok keagamaan ini. Ini merupakan tonggak penting dalam sejarah umat manusia.”

Sejak PKT melancarkan penganiayaan besar-besaran terhadap praktisi Falun Gong pada tahun 1999, jumlah transplantasi organ di Tiongkok melonjak secara drastis. Waktu tunggu untuk mendapatkan organ sangat singkat, dan sumber donor sangat dirahasiakan—berbeda jauh dari sistem donasi yang transparan di dunia internasional.

Lai Jianping, mantan pengacara di Beijing dan Ketua Aliansi Demokrasi Rakyat Tiongkok di Kanada, mengatakan:  “Pengesahan undang-undang ini menunjukkan bahwa pemerintah AS memberikan respons kuat terhadap kebiadaban PKT, terutama pencabutan organ dari praktisi Falun Gong yang sangat keji dan tidak manusiawi. Dengan menjadikannya hukum nasional, AS menunjukkan tekad negaranya untuk melawan PKT, menuntut dihentikannya penganiayaan dan pencabutan organ terhadap praktisi Falun Gong. Ini adalah dukungan kuat bagi Falun Gong, sekaligus mencerminkan pengakuan AS terhadap pentingnya perlindungan HAM universal, terutama kebebasan beragama, serta respons yang tegas.”

Lai Jianping menambahkan bahwa langkah ini juga akan mendorong lebih banyak negara lain untuk mengikuti jejak AS dalam menekan kediktatoran PKT.

Sebagai anggota Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS, Senator Republik Ted Cruz adalah salah satu penggagas Undang-Undang Perlindungan Falun Gong. Ia menyatakan bahwa undang-undang ini bertujuan untuk membasmi industri pencabutan organ hidup yang didukung negara oleh PKT serta pelanggaran HAM lainnya.

Lai Jianping:  “Pengesahan undang-undang ini juga menandakan bahwa perlindungan atas kebebasan beragama dan hak asasi praktisi Falun Gong di negara-negara Barat seperti AS kini telah mencapai tingkat baru dan membuka babak baru dalam sejarah.”

Wang Zhiyuan mengatakan:  “Langkah selanjutnya adalah penyelidikan menyeluruh terhadap semua kasus ini. Kita harus mengusut dan mengadili semua pelaku kejahatan ini. Kami sangat menantikan hari itu segera tiba.”

Menurut data resmi PKT, dari tahun 1998 hingga 2019, jumlah transplantasi organ di Tiongkok melonjak dari 1.049 menjadi 19.454 kasus—peningkatan lebih dari 17 kali lipat. Namun ini hanya berdasarkan data resmi, dan jumlah sebenarnya diyakini jauh lebih besar.

Wang Zhiyuan mengatakan: “Sejauh ini, 20 negara di dunia telah mengesahkan undang-undang yang melarang warganya pergi ke Tiongkok untuk transplantasi organ. Dunia internasional seharusnya bersatu untuk mengepung dan membongkar PKT serta mengadili semua pelaku pencabutan organ hidup. Inilah yang seharusnya dilakukan oleh umat manusia.” (Hui)

Sumber : NTDTV.com

Tentara Israel Luncurkan Operasi Darat Babak Baru, Saudara Sinwar Diyakini Tewas

Militer Israel pada  Minggu (18 Mei) mengumumkan bahwa mereka telah memulai operasi darat secara besar-besaran di wilayah utara dan selatan Gaza secara bersamaan, dengan sandi operasi “Gideon’s Chariots” (Kereta Perang Gideon).

EtIndonesia. Kementerian Pertahanan Israel sebelumnya menyatakan bahwa pemimpin Hamas, Mohammed Sinwar, telah tewas dalam serangan tersebut.

Dalam pernyataan pada  Minggu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengkonfirmasi dimulainya operasi “Kereta Perang Gideon”, yang bertujuan untuk menyelamatkan sandera dan mengakhiri kekuasaan Hamas. Saat ini, lima divisi militer Israel sedang beroperasi di Gaza.

 “Selama operasi ini, kami akan memperkuat dan memperluas kendali atas wilayah Gaza, serta memisahkan wilayah tersebut menjadi beberapa bagian,” kata juru bicara militer Israel, Effie Dverin. 

Dverin juga menekankan bahwa operasi ini berlandaskan pada tiga prinsip utama:

Pertama, menghancurkan keberadaan Hamas, baik di permukaan maupun infrastruktur teror bawah tanah.

Kedua, memisahkan warga sipil dari zona operasi demi keselamatan mereka, serta melemahkan kendali Hamas atas penduduk sipil.

Ketiga, menargetkan komandan dan sisa kekuatan Hamas hingga kelompok tersebut benar-benar runtuh.

Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, pada  Sabtu (17 Mei) menyatakan bahwa semua indikasi menunjukkan bahwa Mohammed Sinwar, pemimpin militer Hamas di Jalur Gaza, telah tewas.

Mohammed Sinwar adalah saudara dari pemimpin Hamas yang telah tewas, Yahya Sinwar. Setelah kematian Yahya oleh pasukan Israel, Mohammed mengambil alih sebagai kepala militer Hamas.

Sementara itu, pejabat Hamas pada  Minggu menyatakan bahwa mereka bersedia membebaskan 7 hingga 9 sandera Israel dengan imbalan gencatan senjata selama dua bulan.

Selain itu, utusan khusus Amerika Serikat, Dan Shapiro, menyampaikan bahwa Israel telah menyatakan akan mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza. (Hui)

Laporan oleh Yu Liang, New Tang Dynasty Television

Terbongkar! Dokumen Hamas dan Perebutan Arab Saudi: Siapa Dalang di Balik Kekacauan Timur Tengah?

EtIndonesia. Persaingan strategis antara Amerika Serikat dan Tiongkok di kawasan Timur Tengah kian memanas, menjadikan Arab Saudi sebagai medan perrebutan paling strategis. Dalam perkembangan terbaru, upaya Washington untuk mendorong normalisasi diplomatik antara Saudi dan Israel kembali menuai tantangan besar, seiring temuan dokumen rahasia Hamas yang menguak skenario geopolitik di balik konflik berkepanjangan tersebut.

Arab Saudi di Persimpangan Dua Kekuatan Besar

Arab Saudi kini menjadi bidak utama dalam percaturan geopolitik global. Amerika Serikat, sebagai sekutu tradisional Riyadh, berusaha keras mengajak Saudi masuk ke dalam orbit aliansi anti-Tiongkok. Gedung Putih bahkan secara aktif menekan Saudi agar bersedia menormalisasi hubungan dengan Israel, sebuah langkah yang dinilai krusial untuk menegaskan kembali hegemoni Barat di Timur Tengah.

Di sisi lain, Tiongkok berhasil mengukir prestasi diplomatik penting dengan memediasi pemulihan hubungan antara Saudi dan Iran pada tahun 2023. Beijing juga terus memperluas pengaruhnya di kawasan melalui mekanisme BRICS, mempererat poros anti-AS, dan menawarkan alternatif kerja sama ekonomi serta keamanan yang semakin menarik bagi negara-negara Timur Tengah.

Dokumen Rahasia Hamas: Bukti Perang Dingin Baru

Ketika Donald Trump, presiden AS yang kini kembali menguatkan sikap anti-Komunisnya, melakukan lawatan ke Timur Tengah, militer Israel menemukan sejumlah dokumen penting di jaringan terowongan bawah tanah milik Hamas di Gaza. Temuan ini langsung menjadi sorotan dunia internasional.

Menurut laporan investigasi Wall Street Journal tanggal 17 Mei 2025, dokumen internal yang berhasil disita menunjukkan bahwa Hamas telah merancang serangan besar ke Israel pada awal Oktober 2023, dengan motivasi utama mencegah Arab Saudi berpihak ke Barat melalui normalisasi hubungan dengan Israel. 

Pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, tercatat dalam notulen rapat tanggal 2 Oktober 2023, memerintahkan langkah ekstrem agar negosiasi Israel-Saudi gagal total. Dia menilai bahwa hubungan kedua negara itu sudah hampir mencapai kesepakatan bersejarah yang akan mengubah peta politik regional.

Salah satu dokumen juga mengungkap strategi Hamas untuk meningkatkan ketegangan di Tepi Barat, dengan harapan memperkeruh situasi dan menggagalkan upaya rekonsiliasi Israel-Saudi. Dokumen ini menyoroti bahwa Saudi secara diam-diam bekerja sama dengan Israel untuk menyingkirkan pengaruh Hamas dari proses perdamaian Timur Tengah. Meski Hamas belum memberikan pernyataan resmi terkait kebocoran dokumen ini, sejumlah pejabat intelijen Arab yang dikonfirmasi oleh Wall Street Journal menganggap dokumen tersebut kredibel dan sesuai dengan dinamika politik selama setahun terakhir.

Serangan 7 Oktober 2023: Titik Balik Diplomasi Timur Tengah

Puncak dari skenario ini terjadi pada 7 Oktober 2023. Hamas meluncurkan serangan besar-besaran ke wilayah Israel, yang direspons oleh Israel dengan serangan balasan yang sangat masif. Akibat eskalasi kekerasan tersebut, Arab Saudi segera menghentikan proses normalisasi hubungan dengan Israel. Saudi secara terbuka kembali menegaskan dukungan pada prinsip solusi dua negara dan menuntut diakhirinya kekerasan terhadap warga Palestina.

Dengan berhentinya proses negosiasi, upaya rekonsiliasi Saudi-Israel yang didorong oleh Amerika Serikat mengalami kebuntuan. Para analis menilai, keberhasilan Hamas dalam menggagalkan agenda diplomatik ini merupakan salah satu kemenangan strategis Iran dan, secara tidak langsung, Tiongkok.

Dinamika Global: AS vs Tiongkok di Balik Layar

Konflik yang terjadi di Gaza dan seluruh kawasan Timur Tengah pada hakikatnya mencerminkan rivalitas dua adidaya dunia. Pemerintah AS, khususnya selama masa kepemimpinan Trump, sangat aktif melobi Saudi agar mengakui Israel. Bahkan, Washington sempat menawarkan kerja sama pengembangan teknologi nuklir sipil dan jaminan keamanan militer sebagai imbalan jika Riyadh mau berpaling dari pengaruh Beijing.

Washington menargetkan agar Saudi ikut menandatangani Abraham Accords—sebuah inisiatif yang sebelumnya telah sukses memediasi normalisasi hubungan Israel dengan Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, dan Sudan. Tujuannya jelas: memperkuat blok pro-Barat dan menghalau laju ekspansi Tiongkok di kawasan.

Namun di sisi seberang, Tiongkok justru berhasil memediasi rekonsiliasi antara Saudi dan Iran, yang selama ini dikenal sebagai rival abadi di Timur Tengah. Riyadh pun akhirnya menerima undangan Beijing untuk bergabung dalam forum BRICS bersama Brasil, Rusia, India, dan Afrika Selatan. Langkah ini secara signifikan memperkuat posisi poros anti-Barat di kawasan.

Trump Kembali ke Timur Tengah: Upaya Mengembalikan Dominasi AS

Kembalinya Trump ke Timur Tengah bukan sekadar kunjungan simbolis, melainkan sinyal tegas bahwa Amerika Serikat masih berambisi mengembalikan pengaruh dominan di kawasan. Dalam wawancara eksklusif dengan Fox News pada 16 Mei, Trump menegaskan bahwa era di mana negara-negara Timur Tengah beralih ke Tiongkok telah berakhir. Dia mengklaim, di bawah kepemimpinannya, AS akan kembali menjadi penentu utama arah geopolitik Timur Tengah.

Trump menyoroti bahwa “Tiongkok sempat hampir merebut hati negara-negara di kawasan ini. Namun, Amerika kini kembali bangkit dan tidak akan membiarkan itu terjadi.” Sikap keras anti-Komunis dan pro-Israel yang kembali digaungkan Trump menjadi cerminan upaya Amerika untuk mempertahankan posisinya dari gempuran pengaruh ekonomi dan diplomasi Tiongkok.

Kesimpulan: Timur Tengah sebagai Panggung Perang Dingin Abad ke-21

Pertarungan antara Amerika Serikat dan Tiongkok di Timur Tengah tidak lagi sebatas isu ekonomi dan energi, melainkan telah berkembang menjadi perang pengaruh dan aliansi global. Arab Saudi, dengan segala kekuatan ekonomi dan posisi geopolitiknya, kini benar-benar berada di titik kritis sejarah. Hasil akhir dari tarik-menarik kekuatan besar ini bukan hanya akan menentukan masa depan Timur Tengah, tetapi juga konstelasi kekuatan global dalam beberapa dekade ke depan.

Tiga Ucapan yang Konon Menyinggung yang Di ATAS— Bukan Takhayul, Tapi Sering Terbukti Benar

EtIndonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar nasihat dari orang tua: “Bertutur katalah dengan penuh kebajikan.”  Bahkan ada pepatah yang mengatakan: “Ada tiga jenis ucapan yang bisa menyinggung langit (Tuhan).”

Sekilas terdengar seperti takhayul. Namun jika direnungkan lebih dalam, kita akan sadar bahwa mereka yang tak bisa menjaga ucapan, yang suka bicara sembarangan, memang sering dirundung masalah; sementara orang yang berhati-hati dalam berkata-kata, biasanya hidupnya lebih damai dan lancar.

Ketiga jenis ucapan ini bukan sekadar larangan mistis, tapi sesungguhnya mengandung kebijaksanaan hidup dari para leluhur yang sangat patut direnungkan. Dan kenyataannya, kerap kali terbukti benar.

1. Ucapan Kasar dan Kotor: Menginjak Martabat Orang Lain

Sebagian orang menganggap mengumpat atau berkata kasar hanyalah pelampiasan sesaat, bukan perkara besar. Padahal, kata-kata adalah seperti pisau—bisa meninggalkan luka dalam di hati orang lain, luka yang mungkin tak akan sembuh seumur hidup.

Ketika seseorang memakai bahasa yang menghina atau merendahkan orang lain, bukan hanya memicu konflik, tetapi juga perlahan akan menghancurkan hubungan sosialnya sendiri. Orang yang gemar berkata kasar akan dianggap tidak beradab, tidak dapat dipercaya, dan akhirnya akan dijauhi banyak orang.

Bayangkan seorang karyawan yang memarahi rekan kerjanya dengan berkata: “Kerjaan segini aja nggak bisa? Otakmu ke mana sih?”

Kalimat seperti ini bukan hanya melukai harga diri rekan kerjanya, tapi juga menghancurkan keharmonisan tim. Pada akhirnya, dia sendiri yang akan terpinggirkan.

Seperti pepatah Tiongkok mengatakan: “Satu kata lembut bisa menghangatkan musim dingin tiga tahun; satu kalimat kejam bisa membekukan musim panas enam bulan.”

Ucapan kasar bukan hanya menyakiti orang lain, tapi juga menggali lubang di jalan hidup kita sendiri.

2. Sumpah Serapah: Mengundang Balasan Negatif pada Diri Sendiri

Ada pula orang yang jika sedang marah, langsung melontarkan sumpah serapah yang keji seperti:

“Semoga kamu ketabrak mobil!”

“Kamu nggak akan sukses seumur hidup!”

Kata-kata semacam ini mungkin terasa melegakan sesaat, tetapi sesungguhnya sedang menguras keberuntungan dan energi positif dari dalam diri sendiri.

Dalam pandangan psikologi, orang yang sering mengutuk atau menyumpahi orang lain biasanya hidup dalam emosi negatif yang dalam, melihat dunia dengan kacamata yang kelam, dan berpikir dengan pola yang pesimistis. Akibatnya, pilihan hidup mereka pun jadi buruk, dan hidup mereka makin lama makin terpuruk.

Selain itu, orang seperti ini juga akan dihindari oleh lingkungan sosialnya. Siapa yang nyaman berada dekat dengan seseorang yang mulutnya bisa “menyakiti kapan saja”?

Contohnya, dalam konflik tetangga, hanya karena masalah sepele lalu saling menyumpahi, hasil akhirnya justru semakin memperkeruh suasana, dan bisa berujung permusuhan bertahun-tahun.

Mengucapkan sumpah serapah sama dengan melempar sampah ke dalam hidup sendiri—dan pada akhirnya, kita sendiri yang akan tenggelam dalam bau busuknya.

3. Pamer dan Membual Berlebihan: Mengundang Iri Hati dan Bencana

Merayakan kebahagiaan dan pencapaian hidup adalah hal yang wajar. Namun, ada sebagian orang yang menjadikan pamer sebagai gaya hidup.

Baru beli mobil, ganti rumah, anak dapat nilai bagus—semuanya diumbar ke mana-mana. Mereka berpikir itu akan membuat orang kagum, tapi kenyataannya justru menyulut rasa iri dan benci dari orang lain.

Ada pepatah bijak berkata: “Jangan memamerkan harta, jangan berjalan sendiri dalam kemuliaan.”

Terlalu sering memamerkan kekayaan atau status sosial akan mengundang kecemburuan, bahkan bisa mengundang celaka. Dalam sejarah, tak sedikit pejabat atau tokoh publik yang jatuh karena terlalu suka pamer.

Dalam kehidupan nyata, kita juga sering mendengar orang yang karena terlalu sering memamerkan kekayaan di media sosial, akhirnya menjadi sasaran kejahatan dan mengalami kerugian besar.

Pamer bukanlah bentuk kesuksesan, tapi adalah jalan sunyi menuju bahaya yang tidak terlihat.

Penutup: Tiga Ucapan, Tiga Pelajaran Hidup

Tiga jenis ucapan di atas—kata kasar, sumpah serapah, dan pamer berlebihan—meski tampak ringan, namun membawa konsekuensi besar bagi hidup seseorang. Dan inilah yang oleh orang dulu disebut sebagai “tiga ucapan yang bisa menyinggung langit”.

Bukan karena langit akan langsung menghukum, tapi karena setiap ucapan punya daya energi, yang bisa memengaruhi pikiran, perilaku, dan nasib kita sendiri.

Maka, orang bijak selalu berkata: “Jaga mulutmu seperti menjaga hidupmu.”

Karena sering kali, apa yang kita ucapkan hari ini adalah benih dari nasib kita besok.(jhn/yn)

Kasus COVID-19 Melonjak di Luar Negeri, Kemenkes RI Perkuat Surveilans Penyakit Menular Hingga Imbau Masyarakat Waspada

0

EtIndonesia. Kementerian Kesehatan RI menanggapi meningkatnya kasus COVID-19 di beberapa negara Asia seperti Singapura, Thailand dan Hongkong, yang saat ini tengah mengalami tren kenaikan kasus. Peningkatan tersebut terjadi di tengah tingginya mobilitas masyarakat, termasuk dari Indonesia, yang diperkirakan akan bepergian untuk menghadiri berbagai agenda internasional seperti konser artis dunia Lady Gaga yang dimulai pada 18 Mei 2025.

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes RI, Aji Muhawarman, menjelaskan bahwa berdasarkan pemantauan hingga minggu ke-19 tahun 2025 kondisi penyebaran virus masih dalam batas aman.

“Di tengah dinamika global, kami ingin menyampaikan bahwa kondisi di Indonesia tetap aman. Surveilans penyakit menular, termasuk COVID-19, terus kami perkuat, baik melalui sistem sentinel maupun pemantauan di pintu masuk negara,” ujar Aji di Jakarta, Senin (19/5) dikutip dari situs Kemenkes RI. 

Di Singapura, lonjakan kasus tercatat namun masih berada dalam pola musiman yang lazim terjadi setiap tahun. Varian yang bersirkulasi di sana merupakan turunan dari JN.1, yang tidak menyebabkan peningkatan keparahan kasus.

Menanggapi hal ini, Aji menegaskan bahwa pemerintah belum memberlakukan pengetatan akses keluar-masuk negara. Namun, pengawasan dan pemantauan di pintu masuk internasional tetap ditingkatkan melalui SatuSehat Health Pass (SSHP). Hingga saat ini, belum ada larangan perjalanan ke luar negeri, tetapi masyarakat diimbau untuk lebih waspada, terutama jika berencana bepergian ke negara yang sedang mengalami lonjakan kasus.

“Kami mendorong masyarakat untuk mengikuti perkembangan situasi di negara tujuan, mematuhi protokol kesehatan yang berlaku di sana, dan menunda perjalanan apabila tidak mendesak atau dalam kondisi kurang sehat,” katanya.

Kementerian Kesehatan juga terus mengingatkan pentingnya penerapan protokol kesehatan dasar seperti mencuci tangan, menggunakan masker saat batuk pilek, serta segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan apabila mengalami gejala yang mengarah pada infeksi saluran napas atau flu.

Selain itu, vaksinasi booster COVID-19 tetap direkomendasikan, terutama bagi mereka yang belum mendapatkannya atau termasuk dalam kelompok rentan seperti lansia dan penderita komorbid.

“Masyarakat tidak perlu panik, namun kewaspadaan tetap penting. Kami pastikan langkah-langkah deteksi dini, pelaporan, dan kesiapsiagaan terus kami jalankan untuk menjaga situasi nasional tetap aman,” tutup Aji. (Kemenkes RI/asr)

Jangan Pernah Beli 6 “Barang Cantik Tapi Tak Berguna” Ini di Rumah — Uangmu Bukan Hasil Tiupan Angin!

EtIndonesia. Sekarang ini, mendekorasi rumah bukan lagi sekadar soal tempat tinggal, tapi sudah jadi bentuk pengejaran kualitas hidup.

Di era media sosial, banyak sekali furnitur viral dan estetik yang berseliweran. Saking cantiknya, rasanya sulit untuk menahan diri untuk tidak ikut-ikutan untun membeli.

Tapi siapa sangka, beberapa furnitur yang viral ini ternyata hanya “cantik doang”, tapi tak berguna—buang-buang uang, makan tempat, dan bikin rumah malah makin ribet.

Berikut ini daftar beberapa furnitur yang sebaiknya tidak kamu beli saat mendekorasi rumah, supaya kamu tidak salah pilih dan menyesal kemudian:

1. Sofa Tatami: Indah di Awal, Sakit di Belakang

Waktu sofa model tatami pertama kali muncul, tampilannya yang unik dan kesan empuknya langsung bikin jatuh hati. Saya pun ikut beli satu.

Awalnya sih senang banget, rasanya empuk kayak duduk di atas awan. Tapi cuma bertahan beberapa hari, karena…

  • Busa cepat kempes, lama-lama jadi keras seperti papan.
  • Kain luarnya kasar, lama-lama berbulu dan tampak lusuh.
  • Harganya tidak murah, bisa ratusan ribu bahkan jutaan—tapi ujung-ujungnya cuma dipakai buat pajangan foto.

Kesimpulan: Kalau beli cuma untuk keperluan estetik Instagram, silakan. Tapi kalau mengharapkan kenyamanan dan daya tahan, lebih baik cari alternatif lain yang benar-benar bisa dipakai dalam jangka panjang.

2. Kursi Akrilik Transparan: Cantik, Tapi Rapuh dan Ribet

Secara visual, kursi akrilik transparan memang luar biasa cantik—berkesan elegan dan modern. Tapi sayangnya:

  • Tidak tahan terhadap alkohol atau cairan pembersih—salah bersihin, bisa jadi buram atau rusak.
  • Mudah tergores, bahkan oleh debu atau tisu kasar.
  • Banyak yang desainnya nggak ergonomis—kayak dirancang buat dilihat, bukan untuk diduduki.
  • Bahkan ada kasus, kursi retak saat diduduki. Bayangkan kecewanya!

Kesimpulan: Kalau hanya untuk pajangan di pojok ruangan, boleh-boleh saja. Tapi kalau kamu butuh kursi yang beneran nyaman dan awet, hindari kursi akrilik.

3. Kursi Lipat untuk di Tempat Tidur: Niatnya Nyaman, Malah Bikin Sakit Punggung

Kursi lipat untuk di atas tempat tidur memang kedengarannya praktis. Tapi kenyataannya:

  • Tidak punya sandaran leher atau punggung yang memadai.
  • Kaki kursinya tidak stabil, bisa saja terjungkal ke belakang kalau kamu sandaran.
  • Tidak nyaman untuk duduk lama, bisa bikin pegal dan nyeri pinggang.

Padahal kalau di tempat tidur ingin santai, bisa juga pakai bantal sandaran atau headboard empuk—jauh lebih nyaman dan aman.

Kesimpulan: Kursi lipat ini gagal fungsi dan potensi bahaya, lebih baik pilih solusi yang lebih stabil dan ergonomis.

4. Kursi Bentuk Unik: Hanya Menyenangkan Mata, Menyiksa Tubuh

Kursi dengan desain artistik dan bentuk tak biasa (alias kursi “ins-style”) memang bikin rumah tampak beda. Tapi begitu kamu duduk…

  • Rasanya keras seperti batu.
  • Tidak ada penyangga tubuh yang nyaman.
  • Dipakai lima menit saja sudah pengen berdiri.

Kesimpulan: Desain boleh unik, tapi kenyamanan tetap nomor satu. Kalau tidak bisa dipakai duduk dengan nyaman, buat apa? Jangan sampai jadi furnitur pajangan yang cuma ngumpulin debu.

5. Lemari Goyang yang Tidak Aman: Ancaman untuk Anak Kecil

Banyak lemari dengan desain cantik dan tinggi menjulang yang saat ini sedang tren. Tapi perhatikan:

  • Jika tidak dipasang ke dinding, rawan tumbang, apalagi kalau rumah ada anak kecil yang aktif.
  • Anak-anak bisa tidak sengaja menabrak atau memanjat, dan lemari bisa roboh menimpa mereka.
  • Bahkan kalau sudah dipasang, tetap harus periksa daya tahan, kekokohan, dan beban maksimum.

Kesimpulan: Estetik boleh, tapi keselamatan lebih penting. Jangan pernah kompromi soal ini, terutama kalau di rumah ada anak kecil.

6. Rak Gantung (Floating Shelf): Estetik Tapi Gagal Fungsi

Di kafe-kafe, rak gantung sering terlihat manis—dipakai memajang buku, tanaman kecil, atau hiasan. Tapi di rumah?

  • Tidak bisa menahan beban berat, apalagi untuk buku dalam jumlah banyak.
  • Mudah jatuh jika tidak terpasang dengan benar.
  • Mudah berdebu, dan susah dibersihkan kalau letaknya tinggi.

Kesimpulan: Jika memang ingin rak gantung, pastikan hanya untuk barang ringan dan dekoratif. Kalau untuk penyimpanan serius, lebih baik gunakan rak berdiri atau kabinet tertutup.

Penutup: Jangan Tertipu Tampilan, Pilih yang Benar-benar Berguna

Memang, desain indah bisa bikin jatuh hati, tapi kalau tak bisa digunakan dengan baik, ujung-ujungnya cuma jadi pajangan mahal yang mengganggu.

Ingatlah: furnitur itu untuk dipakai bertahun-tahun, bukan sekadar numpang cantik di foto dua menit.

Daripada uangmu terbuang untuk beli “barang cantik tapi tak berguna”, lebih baik pilih yang fungsional, aman, dan tahan lama. Toh, uangmu bukan hasil ditiup angin, kan?(jhn/yn)

Benarkah Peramal Ulung Tak Bisa Lari dari Takdirnya Sendiri?

EtIndonesia. Pada 19 Desember 1941, terjadi sebuah peristiwa besar yang menggemparkan Hong Kong, dan nyaris semua orang mengetahuinya. Peristiwa itu berkaitan dengan Lin Gengbai, seorang tokoh legendaris di dunia ilmu perbintangan dan ramalan Tiongkok, yang dikenal sebagai “mulut besi” karena ketepatan ramalannya. 

Dia sempat meramalkan bahwa dirinya akan mengalami kematian tragis pada tahun tersebut, dan demi menghindari malapetaka itu, dia memilih melarikan diri ke Hong Kong, berharap bisa menghindari bencana. Namun takdir berkata lain—dalam perjalanan pulang ke penginapannya setelah makan malam di rumah temannya, dia terkena tembakan dan tewas di jalan, saat Hong Kong sedang berada dalam situasi darurat militer.

Banyak orang heran—jika ramalannya begitu akurat, mengapa dia tak bisa menghindari nasib tragisnya sendiri?

Masa Muda yang Cemerlang, Ramalan yang Menggemparkan

Lin Gengbai lahir tahun 1894 di Fujian, dan dibesarkan oleh kakaknya. Pada usia 7 tahun, dia masuk sekolah tradisional, dan setahun kemudian pergi ke Beijing untuk menuntut ilmu. Pada usia 13 tahun, dia lulus ujian masuk ke Sekolah Kekaisaran Beijing, dan di usia 16 tahun, dia sudah ikut ambil bagian dalam Revolusi Xinhai, bahkan menjadi tangan kanan Sun Yat-sen. Tahun 1913, sebelum genap berusia 20 tahun, dia telah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Komite Perumus Konstitusi, menjadikannya sosok muda berbakat dengan masa depan cerah.

Namun, namanya benar-benar meledak karena sebuah ramalan pada tahun 1915. Saat itu, Yuan Shikai, Presiden Republik Tiongkok, memutuskan untuk menobatkan dirinya sebagai kaisar, mengkhianati cita-cita revolusi. Para revolusioner muda murka, namun tak berdaya karena Yuan memiliki kekuatan militer besar.

Suatu malam di sebuah kedai minum, Lin Gengbai berdiri dan menyatakan dengan lantang: “Yuan Shikai tidak punya takdir menjadi kaisar. Kalau dia memaksa diri, dia pasti cepat mati.” Semua orang hanya tertawa. Tapi Lin serius. Dia berkata: “Saya telah mempelajari ilmu nasib, dari delapan karakter kelahirannya, hidup Yuan tak akan lama. Tak percaya? Saya akan tulis ramalannya di dinding. Lihat nanti.” Dan benar, dia menulis ramalannya di dinding kedai itu.

Ramalan Terbukti: Kematian Yuan Shikai dan Ketepatan Lin Gengbai

Tahun berganti, situasi politik berubah drastis. Provinsi-provinsi mulai menyatakan kemerdekaan, dan gelombang pemberontakan pun meletus. 

Pada 22 Maret, Yuan Shikai menyerah dan turun tahta—hanya 83 hari setelah memproklamirkan dirinya sebagai kaisar. Tak lama kemudian, kesehatannya memburuk. Pada 6 Juni, dia meninggal dunia secara mendadak. 

Dalam pesan terakhirnya, dia menulis: “Telah hilang satu musuh besar Jepang, semoga Tiongkok bisa membangun kembali republiknya.”

Jelas terlihat bahwa di akhir hayatnya, dia menyesali keputusannya. Tapi tetap saja, dia tak bisa lolos dari takdir kematian.

Ketika kabar kematian Yuan menyebar, orang-orang teringat akan tulisan Lin di dinding kedai. 

Tulisan itu masih ada, dalam huruf hitam di atas latar putih: “Xiangcheng (Yuan Shikai) sudah mendekati akhir hidupnya. Orang-orang yang menyanjungnya hanya menganggap gunung es sebagai Gunung Tai.”

Gunung es tentu akan meleleh. Artinya, kejayaan Yuan hanya sementara.

Sejak saat itu, Lin Gengbai menjadi bintang di dunia ramalan, didatangi banyak tokoh terkenal untuk konsultasi nasib.

Ramalan-Ramalan Lain yang Menjadi Nyata

Lin Gengbai menguasai ilmu ba zi (delapan karakter kelahiran) secara otodidak. Hasil analisisnya seringkali mencengangkan karena begitu akurat. 

Dia pernah meramalkan:

  • Liao Zhongkai, tokoh besar Republik Tiongkok, akan mati terbunuh — benar, dia tewas dibunuh pada tahun 1925.
  • Hu Shi akan bersinar di dunia sastra — terbukti, dia menjadi sastrawan besar.
  • Kang Youwei, tokoh reformasi Tiongkok, akan meninggal dunia sekitar usia 71 — benar, dia meninggal pada usia 70 tahun (menurut penanggalan tradisional Tiongkok).
  • Xu Zhimo, penyair terkenal, akan meninggal secara tragis — dan dia memang meninggal dalam kecelakaan pesawat pada tahun 1931.

Karena reputasinya yang luar biasa, tarif konsultasi Lin pun melambung. Konon, sekali membaca delapan karakter, dia dibayar lebih dari 100 dolar perak, bahkan bisa mencapai 500 dolar.

Ramalan Nasib Diri Sendiri: Tak Bisa Dihindari

Namun tak lama kemudian, Lin Gengbai menyadari sesuatu yang mengerikan—dari perhitungan nasibnya sendiri, dia akan mengalami bencana berdarah pada usia 45 tahun. Dia mencoba berbagai cara untuk melewati titik rawan itu.

Atas saran ahli fisiognomi Tao Banmei, dia pun memutuskan untuk pergi ke Hong Kong, yang saat itu masih menjadi koloni Inggris, dan dianggap lebih aman. Namun manusia berencana, Tuhan menentukan—dia tiba di Hong Kong pada 1 Desember 1941, dan hanya seminggu kemudian, Perang Pasifik meletus, Jepang menginvasi Hong Kong. Beberapa hari kemudian, Lin Gengbai terkena tembakan dan tewas di jalanan. Kematian tragis itu membuat banyak orang terpukul dan merenung dalam diam.

Benarkah Tak Bisa Mengubah Takdir? Kisah Harapan dari Yuan Liaofan

Apakah benar peramal sehebat apa pun tak bisa lari dari takdir? Tidak selalu.

Contoh yang terkenal adalah Yuan Liaofan, seorang tokoh dari Dinasti Ming. Semasa mudanya, seorang peramal telah meramal dengan sangat tepat tentang hidupnya—termasuk karier dan umur pendek, serta bahwa ia tidak akan memiliki anak.

Namun pada usia 37 tahun, hidup Yuan mulai berubah. Dia mulai bersungguh-sungguh berbuat kebajikan. Sejak itu, takdir hidupnya pun perlahan berubah. Dia meninggal pada usia 74 tahun, dan bahkan memiliki anak yang menemaninya hingga akhir hayat.

Pada usia 69 tahun, Yuan Liaofan menuliskan seluruh pengalaman hidupnya dalam buku berjudul 《Liao Fan Si Xun》(“Empat Nasihat Liaofan”), yang hingga kini dikenal sebagai salah satu buku klasik paling terkenal dalam ajaran moral dan spiritual Tiongkok.

Kesimpulan: Takdir Bisa Diubah Melalui Perbuatan

Orang zaman dulu berkata: “Keluarga yang giat berbuat baik akan diberkati turun-temurun, sedangkan keluarga yang kerap berbuat jahat pasti akan mengalami kemalangan.”

Berbuat kebajikan sejati bukan sekadar slogan atau formalitas, melainkan tindakan yang berasal dari ketulusan hati, dilakukan secara konsisten dan tanpa pamrih. Dengan akumulasi kebaikan yang terus-menerus, akan terjadi perubahan yang nyata, baik dalam energi hidup maupun lingkungan sekitar.

Pada akhirnya, takdir bukanlah sesuatu yang absolut. Dia seperti sungai—bisa dibelokkan, bisa ditata, selama kita tahu bagaimana mengayuh dengan benar. (jhn/yn)

Tahun Depan AS Keluar dari WHO, WHO Terpaksa Pangkas Skala Operasional

EtIndonesia. Pada Selasa (20/5), Majelis Kesehatan Dunia (WHA) akan digelar di Jenewa, Swiss, dengan dihadiri ratusan pejabat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), para donor, serta diplomat dari berbagai negara. Agenda utama tahun ini adalah membahas bagaimana WHO akan menghadapi krisis kesehatan masyarakat global, seperti cacar monyet (Mpox) dan kolera, setelah Amerika Serikat keluar dari keanggotaan WHO pada tahun depan.

Menurut laporan Reuters, pertemuan tahunan yang berlangsung selama beberapa hari ini mencakup sesi rapat, pemungutan suara, dan pengambilan keputusan, serta biasanya merefleksikan skala dan jangkauan operasi WHO. Sebagaimana diketahui, WHO didirikan dengan misi utama untuk menangani wabah penyakit, menyetujui penggunaan vaksin, serta memperkuat sistem kesehatan global.

Namun, setelah Presiden AS, Donald Trump kembali menjabat pada 20 Januari tahun ini dan langsung menandatangani perintah eksekutif untuk menarik Amerika Serikat dari WHO pada 22 Januari tahun depan, diskusi dalam sidang WHO tahun ini berfokus pada satu hal penting: pemangkasan skala organisasi.

WHO Fokus pada Program “Bernilai Tinggi”

Daniel Thornton, Kepala Departemen Koordinasi Sumber Daya WHO, mengatakan kepada Reuters: “Tujuan kami sekarang adalah fokus pada hal-hal yang benar-benar bernilai tinggi.”

Namun, definisi tentang apa yang dimaksud dengan “hal-hal bernilai tinggi” masih dalam perdebatan. Sejumlah pejabat WHO menyatakan bahwa organisasi ini akan tetap memprioritaskan pemberian panduan kepada negara-negara terkait penggunaan vaksin baru, serta metode pengobatan penyakit dari obesitas hingga HIV/AIDS.

Menurut dokumen pengarahan yang diperoleh Reuters—yang juga telah dibagikan kepada para donor WHO—ditegaskan bahwa kegiatan seperti persetujuan obat baru dan penanganan wabah penyakit akan tetap menjadi prioritas, namun program pelatihan dan kantor-kantor di negara maju kemungkinan akan ditutup.

AS Adalah Pendonor Terbesar Kedua WHO

Selama ini, Amerika Serikat menyumbang sekitar 18% dari total dana operasional WHO, menjadikannya salah satu donor terbesar. 

Seorang diplomat Barat yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan: “Kita harus bertindak sesuai dengan kapasitas yang ada.”

Sejak menjabat kembali, Presiden Trump telah mengumumkan sejumlah kebijakan pemangkasan bantuan luar negeri, serta menarik AS dari berbagai perjanjian multilateral dan inisiatif global. Langkah ini menyebabkan WHO bersiap-siap menghadapi pengurangan anggaran dan pemangkasan staf dalam skala besar.

Pembahasan Lain: Perjanjian Pandemi dan Dana Tambahan

Selain membahas penyesuaian pasca keluarnya AS, agenda lain dalam Majelis Kesehatan Dunia tahun ini mencakup pengesahan perjanjian global bersejarah mengenai penanganan pandemi di masa depan, serta upaya penggalangan dana tambahan untuk memperkuat kesiapsiagaan global terhadap ancaman kesehatan.(jhn/yn)

Arah Politik Eropa Berubah: Pemilu Parlemen Portugal Dikuasai Tiga Kubu, Kelompok Konservatif Jadi Pemenang Terbesar


EtIndonesia. Pada 18 Mei, Portugal menggelar pemilu legislatif lebih awal. Hasilnya, partai tengah-kanan yang tengah berkuasa meraih jumlah kursi terbanyak, namun kembali gagal memperoleh mayoritas di parlemen. Sementara itu, partai Chega—yang oleh banyak pihak dikategorikan sebagai kelompok sayap kanan ekstrem—menjadi kejutan besar dan disebut sebagai pemenang sejati dalam pemilu ini.

Ini adalah pemilu ketiga yang digelar Portugal dalam tiga tahun terakhir. Hasilnya berpotensi memperburuk ketidakstabilan politik di negara anggota NATO dan Uni Eropa ini, terutama di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan global dan upaya Uni Eropa memperkuat pertahanan kolektif.

Berdasarkan hasil penghitungan resmi yang hampir selesai, Partai Aliansi Demokratik (Democratic Alliance, AD) yang dipimpin Perdana Menteri Luís Montenegro meraih 32,7% suara. Sementara Partai Sosialis (PS) dan partai Chega bersaing ketat untuk posisi kedua.

Dari total 230 kursi parlemen Portugal, AD memperoleh 89 kursi—bertambah 9 kursi dibandingkan pemilu sebelumnya. Chega berhasil mendapatkan 58 kursi, naik 8 kursi dari sebelumnya. Partai Sosialis juga memperoleh 58 kursi, namun kehilangan 20 kursi dari pemilu lalu, menjadikannya hasil terburuk dalam beberapa dekade terakhir. Akibat kekalahan ini, ketua Partai Sosialis mengundurkan diri sebagai bentuk tanggung jawab.

Partai “Inisiatif Liberal” (Initiative Liberal, IL), sebuah partai baru yang pro-bisnis, berhasil memperoleh 9 kursi. Namun, bahkan dengan dukungan partai ini, kubu pemerintah tetap memerlukan dukungan Chega untuk membentuk mayoritas agar dapat meloloskan undang-undang secara efektif di parlemen.

Marina Costa Lobo, pakar ilmu politik dari Universitas Lisbon, mengatakan kepada AFP : “Belum jelas apakah hasil ini akan meningkatkan kemampuan pemerintah untuk memerintah.” Ia menambahkan bahwa Chega adalah “pemenang terbesar malam ini.”

Arah Politik Eropa Berubah

Tak hanya Portugal, beberapa negara Eropa juga menggelar pemilu pada bulan Mei ini. Di Rumania, kandidat dari kubu tengah pro-Uni Eropa, Mircea Dănă, memenangkan putaran kedua pemilu presiden dengan perolehan suara lebih dari 55%. Sementara itu, Polandia juga akan menggelar putaran pertama pemilu presiden, dan hasil jajak pendapat menunjukkan kandidat pro-Uni Eropa dari kubu tengah, Radosław Sikorski, unggul tipis dengan 30,8% suara.

Di ujung barat Eropa, partai Aliansi Demokratik (AD) yang dipimpin Luís Montenegro memang berhasil keluar sebagai pemenang dalam pemilu Portugal, namun tetap gagal meraih mayoritas absolut. Montenegro sendiri menolak untuk membentuk koalisi dengan Chega, dengan alasan bahwa partai tersebut “tidak dapat dipercaya” dan “tidak cocok untuk memerintah.”

Pengamat di Barat menilai bahwa meskipun secara teknis kubu tengah-kanan masih mendominasi, kenyataan bahwa partai kiri-tengah dan sayap kanan ekstrem hampir menyamai mereka dalam jumlah kursi menunjukkan bahwa arah angin politik di Portugal telah berubah secara signifikan.(jhn/yn)