Leonardo da Vinci’s ‘Lady With an Ermine’
Lorraine Ferrier
Tanpa mengetahui bahasa seni Renaisans atau adat istiadat dan etiket pada masa itu, siapa pun yang melihat lukisan Leonardo da Vinci yang berjudul “Lady With an Ermine (Potret Cecilia Gallerani)” atau “Lady dengan Seekor Cerpelai”, mungkin akan merasa sedikit aneh. Ini tentang seorang wanita yang memeluk cerpelai.
Pada masanya, potret Gallerani karya Leonardo berbicara banyak tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Alih-alih sintaksis, pelukis Renaisans seperti Leonardo dengan hati-hati merangkai serangkaian motif yang menggambarkan status, karakter, dan kebajikan subjek mereka.
Pemirsa Renaisans mengenali bahasa visual seni ini, terlepas dari bahasa yang mereka gunakan.
Makna dari motif-motif ini telah ditetapkan berabad-abad sebelumnya. Orang Kristen abad pertengahan percaya bahwa setiap ciptaan Tuhan memiliki tujuan Ilahi, jadi mereka mengklasifikasikan burung, hewan, dan bahkan makhluk fantastis dalam teks agama yang dikenal sebagai “bestiaries”. Bestiary merinci habitat, lokasi, dan atribut fisik setiap makhluk dan kemudian menghubungkan makhluk itu dengan moral dan alegori Kristen.
Morgan Library & Museum di New York menyimpan “Workshop Bestiary” akhir abad ke-12 yang menarik. Penerangan pertamanya adalah tentang Kristus. Di halaman yang sama, dua singa menjilat anak mereka yang terlahir mati untuk hidup kembali, sebuah alegori kebangkitan Kristus.
Terinspirasi oleh tradisi bestiary, buku lambang abad ke-16 dan ke-17 menjadi populer di seluruh benua Eropa. Buku-buku ini berisi konten religius dan sekuler, dengan seniman yang terkadang melihat kembali ke sastra Yunani dan Romawi kuno seperti “Aesop’s Fables” (Fabel dari Aesop) dan “Lives of the Noble Greeks and Romans” (Kehidupan Bangsawan Yunani dan Romawi) karya Plutarch untuk mendapatkan inspirasi. Setiap entri dalam buku lambang memiliki ilustrasi, moto, dan teks penjelasan.
Bagaimana dengan cerpelainya Leonardo? Leonardo membuat bestiary miliknya sendiri di tahun-tahun terakhirnya, dengan entri cerpelai yang menggemakan bestiaries lainnya. Di dalamnya, dia menyebutkan bahwa cerpelai makan sekali sehari, dan lebih cepat menyerah kepada pemburu daripada melarikan diri ke sarangnya yang berlumpur.
Oleh karena itu, mantel musim dingin cerpelai putih melambangkan kemurnian dan kesopanan moral, dan dengan demikian, elite masyarakat yang kaya menghargai bulu putih murni cerpelai dengan ekornya yang berujung hitam. Raja dan ratu Eropa bahkan membungkus diri mereka dengan jubah penobatan cerpelai, diam-diam mengumumkan bahwa mereka akan memerintah dengan kemurnian moral dan kesederhanaan.
Leonardo mengilustrasikan perilaku cerpelai dengan baik dalam sketsa pena dan tinta “The Ermine as a Symbol of Purity” (Cerpelai sebagai Simbol Kesucian). Dalam gambar tersebut, seorang pemburu akan membunuh makhluk itu. Cerpelai tidak gentar atau lari. Ia merasa lebih baik mati daripada mengotori bulunya yang putih bersih saat melarikan diri.
Mengapa Seorang Wanita Memeluk Hewan Pengerat
Dalam lukisan “Lady With an Ermine”, Leonardo melukis Gallerani yang berusia 16 tahun dengan gaun beludru dan brokat yang mewah, dengan kepala menoleh ke arah yang berlawanan dari tubuhnya, pose yang dinamis untuk saat itu.
Pelukis Renaisans menggambarkan gadis-gadis yang tersedia untuk dinikahi dengan rambut tergerai, sementara wanita yang bertunangan atau menikah memakai rambut mereka dibelah tengah dan diikat ke belakang. Leonardo menggambarkan rambut Gallerani tidak ke atas atau ke bawah, tetapi dalam coax- zone, kepang gaya Spanyol yang populer di Italia utara.
Rambutnya diikat ke belakang namun melilit wajahnya, dengan ikat kepala melingkari dahinya yang menahan cadar bertepi emas di tempatnya.
Dia melukis kepala cerpelai yang mencerminkan pose Cecilia, menunjukkan bahwa wanita muda itu selaras dengan kemurnian dan kesederhanaan lambang cerpelai.
Namun, makna tersembunyi juga terletak pada cerpelai Cecilia Gallerani. Beberapa ilmuwan percaya itu mewakili nama Cecilia, “Gale” menjadi bahasa Yunani untuk cerpelai. Yang lain percaya itu menunjukkan hubungan Cecilia dengan pelindung (patron) terpenting Leonardo, bupati Italia dan Adipati Milan, Ludovico Sforza, yang menugaskan lukisan itu dan yang termasuk dalam Ordo kesatria Ermine. Moto ordo tersebut adalah “MALO MORI QVAM FOEDARI”, bahasa Latin untuk “Mati daripada tidak menghormati”.
Banyak lukisan Renaisans seperti “Lady With an Ermine” karya Leonardo da Vinci menyimpan seluruh kisah seperti ini—kaya akan tradisi dan ikonografi. (aus)