Mengapa Tiongkok Takut dengan Layanan dari “Starlink” Milik Elon Musk ?

oleh Zhang Ting

Militer Tiongkok diam-diam terus melakukan penelitian senjata dan peralatan penangkis yang membantu Ukraina melawan Rusia, yang sebenarnya hasilnya nanti lebih diperuntukkan sebagai sebagai persiapannya dalam melakukan invasi ke Taiwan. Salah satu kesimpulan yang ditarik oleh militer Tiongkok adalah perlu berhati-hati terhadap layanan dari ‘Starlink’ milik miliarder Amerika Serikat Elon Musk. Karena jika Taiwan menggunakan layanan ‘Starlink’ maka invasi dapat menemui lebih banyak kesulitan.

‘Starlink’ adalah jaringan satelit yang dikembangkan oleh perusahaan eksplorasi ruang angkasa SpaceC milik Elon Musk. Layanan ‘Starlink’ di Ukraina telah berhasil mengamankan komunikasi militer Ukraina ketika serangan rudal Rusia ke jaringan listrik Ukraina.

‘Starlink’ juga membantu pasukan elit drone Ukraina mengidentifikasi target dan menghancurkan senjata Rusia. Selain itu, sistem ‘Starlink’ berhasil memberikan kepastian kepada tim drone tentang drone Ukraina tetap dapat berfungsi dengan baik meskipun terjadi pemadaman internet.

Sulit bagi musuh untuk mengganggu sistem kerja ‘Starlink’. Dari perspektif PKT, fitur ‘Starlink’ selain menempatkan Rusia pada posisi yang kurang menguntungkan, tetapi menyebabkan PKT khawatir terhadap kemungkinan ‘Starlink’ juga ditempatkan di Taiwan jika terjadi Perang Selat Taiwan, karena hal itu akan mempersulit invasi militer Tiongkok.

Alasan lain mengapa ‘Starlink’ memusingkan PKT

Media “The Economist” menyebutkan bahwa kekhawatiran PKT terhadap ‘Starlink’ jauh melampaui isu perang di Selat Taiwan. PKT juga khawatir jika Amerika Serikat menempati bidang orbit rendah Bumi melalui ‘Starlink’, karena mereka sendiri pun ingin menjadi pesaing serius di bidang orbit tersebut dan ingin mendapatkan fungsi yang disediakan oleh sistem ‘Starlink’, sehingga PKT juga sedang mengembangkan versinya sendiri.

Untuk memenangkan persaingan dalam penempatan satelit di orbit rendah Bumi dan mengembangkan internet satelit, pemerintah Tiongkok pada tahun 2021 mendirikan perusahaan yang diberi nama “China Satellite Network Group Co., Ltd.”. Dan, setidaknya ada 7 perusahaan publik atau swasta Tiongkok yang sedang membangun pabrik satelit.

Pada bulan April tahun ini, Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang mengunjungi ketiga start-up untuk menekankan pentingnya industri luar angkasa. Salah satunya adalah Galaxy Space. Perusahaan ini adalah pabrikan satelit yang meluncurkan 6 satelit ke orbit rendah Bumi pada tahun lalu.

KETERANGAN FOTO : Banyak orang menyaksikan proses peluncuran roket SpaceX “Falcon 9” yang membawa 21 unit satelit Starlink generasi kedua yang diluncurkan dari “Kennedy Space Center” di Cape Canaveral, Florida, AS pada 27 Februari 2023. (Joe Raedle/Getty Images)

Yang membuat pusing PKT adalah, SpaceX memiliki keunggulan utama dibandingkan para pesaingnya. “The Economist” mengatakan bahwa satelit orbit rendah tidak bertahan lama, jadi perusahaan perlu secara teratur menggantinya. Ini membutuhkan banyak peluncuran roket. Dan SpaceX memiliki sistem peluncuran roket terbaik di dunia, bagian dari roket Falcon 9 dapat digunakan ulang. Malahan sekarang SpaceX sedang mengerjakan pesawat ruang angkasa lebih besar bernama ‘Starship’ yang sepenuhnya dapat digunakan ulang, dan ia pun mampu meluncurkan ratusan satelit sekaligus.

Semua kegiatan ini membuat PKT khawatir, kata laporan itu. “Harian Tentara Pembebasan Rakyat” Tiongkok mengeluh bahwa orbit rendah Bumi hanya mampu menampung 50.000 satelit, sedangkan ‘Starlink’ milik Elon Musk pada akhirnya nanti dapat menguasai lebih dari 80% ruang itu.

Namun menurut Juliana Suess dari Royal United Services Institute (RUSI), sebuah wadah pemikir yang berbasis di Inggris, bahwa perhitungannya tidak sesederhana itu, jangan menyamakan orbit rendah Bumi seperti sebuah jalan bebas hambatan, katanya. Tetapi yang perlu dihitung adalah berapa banyak mobil yang melaju dapat tertampung dengan aman di jalan tol itu. Hal mana banyak tergantung pada ukuran satelit dan orbitnya.

Taiwan menyadari peran besar yang diberikan layanan ‘Starlink’ dalam perang

Ketika para analis membahas soal Taiwan mereka berpendapat bahwa jika militer Tiongkok sampai menginvasi Taiwan, pertama-tama mereka mungkin akan mengganggu komunikasi antara Taiwan dengan dunia lewat memutus 14 kabel internet bawah laut. Memang Taiwan sudah menyadari pentingnya untuk memastikan komunikasi tanpa hambatan dalam keadaan darurat. Karena itu Taiwan sendiri juga sedang mengembangkan satelit komunikasi orbit rendah pertamanya yang akan diluncurkan pada tahun 2025.

KETERANGAN FOTO : Roket SpaceX “Falcon 9” yang membawa 21 unit satelit Starlink generasi kedua sedang meluncur dari “Kennedy Space Center” di Cape Canaveral, Florida, AS pada 27 Februari 2023. (Chandan Khanna/AFP)

Menteri Pengembangan Digital Taiwan Audrey Tang pernah mengatakan bahwa Taiwan telah melihat pengalaman sukses ‘Starlink’ dalam Perang Rusia – Ukraina. Kementerian Pengembangan Digital telah memulai percobaan untuk memasang perangkat penerima satelit non-geostasioner di 700 lokasi di Taiwan guna memastikan bandwidth jaringan Taiwan selama masa perang.

Selama kunjungan Ketua Komite Urusan Luar Negeri Dewan Perwakilan AS Michael McCaul dan Perwakilan French Hill ke Taiwan pada bulan April tahun ini, mereka telah mendiskusikan dengan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen isu rencana membantu Taiwan memperkuat pertahanan terhadap invasi Tiongkok dengan cara membawa sistem satelit ‘Starlink’ ke Taiwan.

Setelah meninjau hampir 100 artikel yang diterbitkan di lebih dari dua lusin jurnal pertahanan,  Reuters menemukan bahwa 6 artikel hasil peneliti militer Tiongkok semuanya menggarisbawahi kekhawatiran Beijing terhadap peran satelit ‘Starlink’. Salah satu artikelnya bahkan menyebutkan : “Kinerja luar biasa satelit ‘Starlink’ dalam Perang Rusia – Ukraina pasti akan mendorong Amerika Serikat dan negara-negara Barat untuk memperluas penggunaannya dalam potensi permusuhannya di Asia”.

Penulis artikel tersebut menyatakan bahwa Tiongkok sangat butuh segera menemukan cara untuk menembak jatuh ‘Starlink’ atau melumpuhkan fungsinya.

‘Starlink’ milik Elon Musk saat ini terdiri dari 4.000 lebih satelit, dan tujuan utamanya adalah menempatkan puluhan ribu satelit pada orbit rendah Bumi. Mengingat begitu banyaknya satelit, sampai Musk pernah berujar, tidak mudah bagi Tiongkok maupun Rusia jika mereka mencoba menghancurkan satelit ‘Starlink’.

“Itu berarti bahwa diperlukan banyak rudal anti-satelit. Saya berharap kita tidak perlu mengujinya, tapi saya pikir satelit yang kita luncurkan lebih cepat daripada mereka (Tiongkok dan Rusia) meluncurkan rudal anti-satelit”, kata Elon Musk. (sin)

FOKUS DUNIA

NEWS