oleh Xia Yu
Pada Kamis (20 Juli), William Burns, Direktur Badan Intelijen Pusat AS (CIA) mengatakan bahwa pengalaman Presiden Rusia Vladimir Putin menginvasi Ukraina telah menambah keraguan Presiden Xi Jinping tentang potensi invasi ke Taiwan.
Berbicara di Forum Keamanan Aspen, Burns mengatakan bahwa pengalaman Putin dalam konflik yang sedang berlangsung di Ukraina telah membuat ragu-ragu kepemimpinan Tiongkok terhadap instruksi Xi yang menghendaki militer mempersiapkan diri untuk menginvasi Taiwan pada tahun 2027.
Burns juga mengatakan bahwa CIA berhasil “membuat kemajuan” dalam membangun kembali jaringan intelijennya di Tiongkok setelah mengalami gangguan yang signifikan. “Kami telah bekerja sangat keras dalam beberapa tahun terakhir untuk memastikan bahwa kami memiliki sumber daya manusia yang kuat untuk melengkapi apa yang dapat kami lakukan melalui cara lain”, katanya.
Di tahun 2021, CIA mendirikan “China Mission Center” guna mempertajam fokus badan tersebut terhadap “pemerintah Tiongkok yang semakin bermusuhan”.
Tidak ada pemimpin asing selain Xi yang lebih peduli terhadap pengalaman Putin di Ukraina
“Meskipun dengan biaya yang dapat diterima, Presiden Xi dan pimpinan militer masih ragu terhadap keberhasilannya dalam meluncurkan invasi berskala penuh ke Taiwan. Saya berpikir bahwa tidak ada pemimpin asing selain Xi yang lebih peduli tentang pengalaman Putin di Ukraina, sama seperti ia memikirkan masalah dengan Taiwan”, kata Burns.
Sebelumnya William Burns pernah mengatakan bahwa intelijen AS telah membenarkan, Xi Jinping telah memerintahkan militer Tiongkok untuk mempersiapkan invasi ke Taiwan mungkin pada tahun 2027, Tetapi Xi sekarang bisa jadi meragukan kemampuannya mengingat pengalaman Rusia dalam perang Ukraina.
Burns juga menyoroti peristiwa pertempuran di Ukraina pada Kamis sebagai contoh, bagaimana pasukan dengan skup lebih kecil mampu meraih hasil gemilang dalam operasi militer, melalui serangan balik Ukraina ini mengungkapkan adanya kekurangan dalam sistem persenjataan Rusia.
Burns berkata : “… tidak hanya pasukan yang secara objektif lebih kecil skupnya tetapi berhasil melawan pasukan yang lebih besar, tetapi juga mengungkap kekurangan dalam sistem persenjataan Rusia.”
Kelemahan ini termasuk moral yang rendah dari para tentara Rusia, keterampilan komando yang buruk, dan “kekacauan” dalam kepemimpinan militer dan politik.
Burns menjelaskan, “Ini akan menjadi tugas berat, tetapi sebagai komunitas intelijen, kami akan melakukan semua yang kami bisa untuk memberikan dukungan intelijen dan berbagi dalam rangka untuk membantu Ukraina mencapai kemajuan.”
Invasi Rusia ke Ukraina telah memicu Barat khawatir Tiongkok akan mengambil tindakan serupa terhadap Taiwan. Meskipun Tiongkok tidak pernah memerintah Taiwan selama sehari pun, tetapi ia selalu mengklaim kedaulatan atas Taiwan, meskipun Taiwan tetap teguh dengan pendirian bahwa hanya rakyat Taiwan yang dapat menentukan masa depannya sendiri.
Dalam sebuah wawancara televisi pada bulan Februari tahun ini, William Burns menekankan bahwa bahkan jika konflik militer tidak dapat dihindari, Amerika Serikat juga harus secara serius menanggapi keinginan Xi Jinping untuk menguasai Taiwan. Burns mengatakan, bahwa dukungan AS dan sekutu Eropa untuk Ukraina setelah invasi Rusia ke Ukraina dapat bertindak sebagai pencegah potensial bagi pejabat Tiongkok, tetapi dia juga menunjukkan bahwa risiko serangan militer Tiongkok ke Taiwan hanya akan semakin besar dan menjadi semakin kuat.
Burns : Putin mungkin akan membalas dendam terhadap Prigozhin
Menanggapi pertanyaan tentang pemberontakan Wagner Group yang berumur pendek, Burns mengatakan bahwa kegagalan pemberontakan Yevgeny Prigozhin memperlihatkan kelemahan dalam sistem Presiden Putin dan strategi perang Rusia di Ukraina.
Ia menjelaskan : “Anda tahu ada banyak peristiwa menarik di Rusia, tetapi tidak ada yang lebih menarik daripada pemberontakan Prigozhin, itu adalah serangan paling langsung terhadap 23 tahun kekuasaan Putin. Menurut saya, dalam banyak hal yang terjadi itu telah mengungkapkan adanya sejumlah kelemahan utama dalam sistem yang dibangun Putin yang terungkap selama 18 bulan ia menyerang Ukraina.”
Barat percaya bahwa pemberontakan kelompok paramiliter Wagner yang gagal merupakan tantangan bagi kepemimpinan Presiden Putin dan menyoroti tekanan yang dibawa oleh perang di Ukraina terhadap negara Rusia.
Burns juga mengatakan : “Menurut pengalaman saya, Putin adalah pendukung utama balas dendam. Jadi saya malahan akan terkejut jika Prigozhin lolos dari hukuman lebih lanjut. Jadi dalam hal ini, Presiden (Biden) benar. Jika saya Prigozhin, saya tidak akan memecat juru pencicip makanan saya”.
Presiden AS Joe Biden pernah secara bercanda mengatakan bahwa pemimpin tentara bayaran Wagner bisa diracuni. “Jika saya jadi dia, saya akan sangat berhati-hati dengan apa yang saya makan. Saya akan menatap menu makanan dengan mata melotot.” (sin)