oleh Zhao Fenghua, Zhang Danxia dan Liu Fang
Sebuah laporan terbaru dari Amerika Serikat menyebutkan bahwa Pasukan Roket Tiongkok mengerahkan rudal “Dongfeng-17” di wilayah timur Tiongkok dekat Taiwan, dan yang paling dekat hanya berjarak 400 kilometer dari Taiwan. Namun, beberapa ahli menjelaskan bahwa pengerahan rudal Tiongkok itu mungkin tidak ditujukan ke Taiwan, melainkan ke pangkalan militer AS di Okinawa atau Filipina.
Decker Eveleth, seorang sarjana di Middlebury Institute of International Studies at Monterey di Amerika Serikat menerbitkan sebuah laporan tentang urutan kegiatan Tentara Roket Tiongkok bulan ini. Dia mengatakan bahwa citra satelit menunjukkan Tentara Roket Tiongkok menyebarkan rudal balistik “Dongfeng-17” secara luas di provinsi-provinsi yang berdekatan dengan Taiwan, dan yang terdekat hanya berjarak sekitar 400 kilometer dari Taiwan.
“Taiwan akan menanggapinya dengan hati-hati, tetapi tidak perlu terlalu khawatir. Karena ‘Dongfeng-17’ adalah rudal balistik sonik tinggi. Ia memiliki jarak penerbangan horizontal yang relatif panjang dan jangkauan serangannya bisa mencapai sekitar 1.800 hingga 2.500 kilometer. Oleh karena itu, kita perkirakan bahwa rudal itu tidak ditujukan ke Taiwan. Mungkin targetnya adalah pangkalan militer AS di Okinawa atau Filipina,” kata Su Tzu-yun Ph,D, Direktur Institut Strategi dan Sumber Daya Pertahanan Nasional Taiwan.
Su Tzu-yun juga mengatakan bahwa dalam perang Rusia – Ukraina, rudal hipersonik Rusia yang mirip dengan “Dongfeng-17” masih kalah dari rudal MIM-104 Patriot.
“Rudal itu (Dongfeng-17) adalah bom luncur hipersonik. Jika diluncurkan ke jarak yang hanya 400 kilometer dari Taiwan, itu jelas bertentangan dengan aplikasi balistiknya. Rudal hipersonik Rusia ‘Kh-47M2 Kinzhal’ ditembak jatuh oleh rudal ‘MIM-104 Patriot’. Jika Tiongkok mengedepankan ‘Dongfeng-17’. itu artinya Taiwan tidak perlu menafsirkannya secara berlebihan, kecuali tetap waspada.”
Lan Shu, seorang komentator politik yang berbasis di Amerika Serikat, percaya bahwa rezim PKT berada dalam bahaya dan mungkin melancarkan perang untuk menutupi konflik dalam negerinya.
Ia berkata : “PKT benar-benar sedang berbelok ke kiri sehingga kontradiksi dengan masyarakat Tiongkok menjadi semakin runcing, begitu pula kontradiksinya dengan negara-negara Barat. Dalam keadaan seperti itu, PKT bisa saja memprovokasi konflik dengan negara-negara Barat untuk menutupi kontradiksi internal.”
Lan Shu percaya bahwa begitu PKT melakukan invasi militer ke Taiwan, maka ia akan menghadapi pengepungan dan penekanan dari Aliansi Demokratik Barat.
Lan Shu mengatakan : “Jika PKT menggunakan kekerasan terhadap Taiwan, tidak diragukan lagi militer AS pasti akan campur tangan. Jadi banyak faktor yang harus dipertimbangkan PKT sebelum menggunakan kekerasan terhadap Taiwan. Ini bukan pertama kalinya PKT mengancam Taiwan akan menggunakan kekerasan, dan ini bukanlah hal baru bagi masyarakat Taiwan. Jika rakyat Taiwan tidak menghendaki Taiwan bernasib seperti Hongkong, maka mereka perlu bersiap dan menggunakan segala cara untuk mempertahankan kebebasan, demokrasi, dan keamanan Taiwan.” (sin)