Li Yun dan Zhong Yuan
Sebuah sumber yang mengetahui masalah ini mengungkapkan bahwa perusahaan investasi AS, Morgan Stanley, menarik lebih dari 200 ahli teknologi keluar dari Tiongkok setelah partai komunis memperketat kontrolnya atas data di negara tersebut. Para ahli mengatakan bahwa Morgan Stanley mengkhawatirkan penyalahgunaan Partai Komunis terhadap versi baru Undang-Undang Anti-Mata-Mata. Oleh karena itu, menarik diri dari Tiongkok demi keselamatan para teknisi mereka.
Dikutip Selasa (25/7) sumber anonim yang mengetahui masalah ini mengungkapkan kepada Bloomberg, penarikan staf teknis ini mencapai lebih dari sepertiga dari jumlah total staf teknik Morgan Stanley di Tiongkok. Mereka sebagian besar dipindahkan ke Hong Kong dan Singapura.
Morgan Stanley diketahui sedang dalam proses membangun sistem terpisah yang sesuai dengan peraturan Partai Komunis Tiongkok. Fasilitas baru ini dapat menelan biaya ratusan juta dolar AS, tidak sesuai dengan platform global perusahaan yang sudah ada.
“Hal ini terutama sebagai respon terhadap pengetatan peraturan yang relevan oleh Partai Komunis Tiongkok. Yang pertama adalah bahwa PKT telah mengumumkan apa yang disebut sebagai Undang-Undang Anti-Mata-mata, yang memperluas dan mengaburkan definisi spionase. Oleh karena itu, analis asing di Tiongkok dapat dicap sebagai mata-mata secara tidak sengaja,” ujar Su Ziyun, direktur Institut Strategi dan Sumber Daya Pertahanan Nasional di Institut Nasional untuk Studi Pertahanan dan Keamanan di Taiwan.
Undang-undang Anti-Mata-mata yang baru, yang mulai berlaku pada 1 Juli, tidak hanya memperluas definisi spionase, tetapi juga melarang pengiriman dokumen atau data apa pun terkait dengan keamanan nasional. Badan-badan intelijen AS memperingatkan bahwa perusahaan-perusahaan asing yang berbisnis di Tiongkok mungkin akan menghadapi risiko.
“Kedua, konsultan seperti Morgan Stanley, yang pada dasarnya adalah perusahaan investasi keuangan, akan memiliki banyak analis untuk melakukan analisis investasi di pasar dan aspek teknis dari berbagai industri di Tiongkok, yang akan diberikan kepada investor sebagai referensi atau sebagai dasar untuk operasi pasar saham internal mereka. Setelah mengumpulkan analisis industri dan teknis ini, serta informasi latar belakang dari para peneliti dan pengembang, akan ada zona abu-abu, yang dengan mudah dapat dianggap sebagai spionase. Untuk melindungi karyawan mereka, perusahaan-perusahaan asing ini telah menarik orang-orang ini dari Tiongkok,” kata Su Ziyun.
Partai Komunis Tiongkok (PKT) mengesahkan Undang-Undang Keamanan Data pada 2021, yang mengakui informasi yang direkam secara elektronik atau dalam bentuk lain apa pun sebagai bagian dari data. Versi baru dari Undang-Undang Anti-Mata-mata semakin memperkuat regulasi data.
“Semuanya merupakan hambatan bagi perusahaan asing yang beroperasi di Tiongkok,” ujar Lan Shu, seorang komentator urusan terkini yang berbasis di AS.
Dalam situasi seperti ini, perusahaan asing hanya bisa bersikap ekstra hati-hati. Karena Anda tidak tahu di mana Anda menginjak titik-titik sensitif PKT, dan kemudian jika PKT benar-benar ingin menggeledah atau menangkap beberapa dari Anda, maka itu adalah masalah besar. Ini akan menjadi hal yang sangat besar. Jadi, perusahaan asing hanya dapat membuat sebagian dari operasi di Tiongkok secara independen, hanya untuk layanan di Tiongkok. Kemudian beberapa operasi yang tidak ada hubungannya dengan Tiongkok akan dipindahkan ke luar Tiongkok.
Lan Shu menegaskan, jika tidak dipisahkan, data analitis perusahaan asing di Tiongkok tidak dapat dikirim ke luar negeri, karena jika Partai Komunis Tiongkok sudah menetapkan melanggar kebijakan tertentu, maka tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi.
Sejak Maret, perusahaan konsultan dan manajemen asing yang memberikan data ekonomi sensitif telah menjadi sasaran PKT, antara lain Bain & Company, Mintz Group, Capvision, Deloitte. Pada saat yang sama, Win.d sebuah perusahaan basis data ekonomi dan keuangan terbesar di Tiongkok juga dilarang.
Langkah Partai Komunis Tiongkok yang secara beruntun menekan perusahaan-perusahaan asing, ditambah dengan pemulihan ekonomi Tiongkok yang lamban, menyebabkan eksodus perusahaan-perusahaan asing yang semakin cepat, dan perusahaan-perusahaan yang masih ada dipaksa memberikan kelonggaran demi kepentingan pasar.
“Morgan Stanley telah menghabiskan banyak upaya untuk memasuki pasar Tiongkok, bagaimana bisa menarik diri dengan mudah? masalahnya sekarang adalah bahwa ia harus memenuhi persyaratan PKT dan menghabiskan jutaan dolar untuk membangun sistem informasi teknologi yang memenuhi persyaratan peraturan PKT. Konsesi ini membuatnya berdarah-darah. Pasar keuangan Tiongkok sangat besar, tetapi berbagai regulasi menjadi kesulitan untuk menghasilkan uang di Tiongkok. Tetapi, mereka tidak mau melakukannya, jadi mereka ingin terus mencoba. Sebenarnya cukup sulit bagi mereka bertahan di antara Tiongkok dan Amerika Serikat. Tetapi mereka tidak ingin berhenti, dan mereka berada dalam situasi yang sulit ini,” kata Kolumnis Epoch Times, Wang He.
Banyak perusahaan multinasional sekarang mempertimbangkan untuk menyesuaikan arah operasi masa depan mereka di Tiongkok. Goldman Sachs dilaporkan sedang membuat sistem terpisah untuk operasinya di Tiongkok, dan Microsoft memutuskan untuk memindahkan para ahli kecerdasan buatan terbaiknya di Tiongkok ke Kanada untuk memastikan keamanan mereka. (Hui)