EtIndonesia. Ayah dan ibu merawat aku dan kakak-kakakku dengan baik-baik saja. Meskipun kami bukan keluarga kaya dan kami tinggal di pedesaan tetapi kami hidup bahagia. Begitulah, sampai aku tahu bahwa ibuku bukanlah ibu kandungku.
Ketika aku bertambah dewasa, aku mendengar bisik-bisik dan desas-desus di sekitar desa bahwa ibuku bukan ibu kandungku. Penduduk desa mengatakan bahwa ayahku membawa pulang seorang wanita segera setelah aku lahir. Aku tidak percaya dengan omong kosong seperti itu dan memutuskan untuk mengabaikannya.
Suatu hari desas-desus itu semakin santer dan untuk membuktikan kebenaran itu, aku pun pulang dan bertanya kepada ayah tentang hal itu.
Mata ayah tidak berkedip dan aku pikir ayah akan memarahiku, tetapi kemudian ekspresinya melunak ketika dia berkata,: “Ibumu meninggal ketika kamu lahir, kamu tidak bisa mengingatnya.”
Hatiku hancur, aku merasa lututku lemas ketika menyadari bahwa wanita dalam keluarga itu bukanlah ibu kandungku.
Mengetahui hal ini, aku tidak bisa memandang orangtuaku dengan cara yang sama lagi. Aku merasa ayah seperti telah mengkhianati ibuku untuk menikah lagi dan bahwa wanita ini.
Aku mulai sering bertengkar dengan orangtuaku sejak saat itu. Ketika teman-temaku datang, aku akan mengatakan dia bukan ibuku, aku mengatakannya dengan cukup keras sehingga dia bisa mendengar tetapi dia tidak pernah bereaksi terhadap perkataanku.
Ketika aku diterima di perguruan tinggi, aku akhirnya pindah dari rumah. Aku merasa lega hidup sendirian, tetapi ibu tiriku akan meneleponku hampir setiap hari untuk bertanya apakah aku baik-baik saja.
Aku menelepon ayahku secara teratur tetapi dia selalu sibuk dengan pekerjaan dan percakapan kami singkat.
Ketika aku sudah di semester akhir , ibu tiriku menghubungiku dan mengatakan ayah kecelakaan. Ayahku dalam kondisi kritis.
Aku segera mengepak barang-barangku dan dengan kereta aku kembali ke rumah untuk melihat ayah di rumah sakit.
Ayah koma dan operasinya menghabiskan banyak uang. Aku mencari pinjaman untuk membayar tagihan rumah sakit.
Ibu tiriku tinggal di sisinya di bangsal rumah sakit dan menjaganya. Saat itulah aku menyadari betapa dia benar-benar mencintainya.
5 tahun berlalu dan kondisi ayah tidak membaik, kami kehilangan harapan tetapi ibu tiriku tidak mau menyerah padanya.
Suatu hari ayahku meninggal dalam tidurnya. Itu terasa pahit, namun kami tahu ayah akhirnya bisa beristirahat dengan tenang.
Setelah kematian ayahku, aku mendorong ibu tiriku untuk menikah lagi sehingga dia memiliki teman di usia senja, tetapi dia menolak dengan keras.
Suatu hari ibu tiriku datang ke kamarku dan ingin berbicara denganku.
Dia berkata,: “Ayahmu sebenarnya bukanlah ayah kandungmu, dia adalah pamanmu. “
“Orangtua kandungmu meninggal saat kamu masih bayi, kamu menjadi yatim piatu di usia dini. Kami sudah memiliki dua anak sendiri dan pamanmu mengatakan kita tidak mampu memberi makan mulut lain lagi tetapi aku bersikeras mengadopsimu, ”katanya.
Setelah mendengar penjelsan ibuku, dengan seketika air mataku mengalir di wajahku. Betapa jahatnya aku telah memperlakukan seorang wanita malaikat ini. Aku belum bisa membalas apa yang telah dia lakukan untukku, tetapi aku berjanji untuk mencobanya. Sejak saat itu aku memastikan untuk merawat bibiku.(yant)
Sumber: Goodtimes