Kim Jong-un Undang Putin Kunjungi Korea Utara, AS Ungkapkan Kekhawatirannya

 oleh Chen Yue

Moskow maupun Pyongyang pada Kamis (14 September), baik mengonfirmasi bahwa Putin menerima undangan untuk mengunjungi Korea Utara dari Kim Jong-un. Amerika Serikat dan sekutunya khawatir bahwa perkembangan dari hubungan lebih jauh antara kedua negara tersebut dapat memperkuat aliansi militer mereka yang berpotensi meningkatkan ancaman terhadap keamanan regional

Media milik pemerintah Korea Utara pada Kamis melaporkan, bahwa Kim Jong-un telah menyampaikan undangan untuk mengunjungi Korea Utara kepada Presiden Putin usai pertemuan puncak Korea Utara – Rusia.

Pada hari yang sama, Kremlin memberikan konfirmasi terhadap undangan termaksud, namun tidak mengungkapkan tentang waktu spesifik dan rincian lainnya.

“Selama percakapan, Kim Jong-un menyampaikan undangan untuk mengunjungi Korea Utara kepada Putin : Dengan senang hati Putin menerima undangan ini. Semua koordinasi tentang hal ini tentunya akan dilanjutkan melalui saluran diplomatik kedua negara,” ujar juru bicara Kremlin Dmitriy Sergeyevich Peskov.

Kremlin mengatakan bahwa pembicaraan antara kedua kepala negara telah terjadi pada waktu yang tepat dan sangat konstruktif, Moskow berjanji akan terus mengembangkan hubungan baiknya dengan Pyongyang. Selain itu, kedua belah pihak juga sepakat untuk menetapkan bulan Oktober tahun ini bagi Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov untuk berkunjung ke Korea Utara.

Usai KTT, Putin langsung kembali ke Moskow. Tetapi selama beberapa hari ke depan Kim Jong-un dan rombongannya masih akan mengunjungi pabrik penerbangan militer dan sipil, serta Armada Pasifik di Komsomolsk dan Vladivostok, Rusia.

Dalam pertemuan antara kedua kepala negara tersebut, Kim Jong-un menegaskan bahwa Korea Utara akan mendukung Putin sepenuhnya dan tanpa syarat. Putin juga berjanji akan membantu Korea Utara untuk mengembangkan perekonomiannya, pembangunan roket, dan pembangunan militer lainnya.

Hal ini telah menimbulkan perhatian dan kekhawatiran besar dari sejumlah negara Barat. Pada hari Kamis, Amerika Serikat kembali memperingatkan bahwa pembicaraan antara Putin dan Kim Jong-un sangat meresahkan, dan bahwa kesepakatan transaksi untuk menambah amunisi militer Rusia kemungkinan besar telah dicapai.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan : “Seperti yang kami katakan saat itu, kami punya alasan yang kuat untuk meyakini, bahwa mereka akan membahas masalah transfer militer. Ini sangat meresahkan dan mungkin melanggar beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB”

Baik Kementerian Luar Negeri AS  dan Gedung Putih mengatakan bahwa Amerika Serikat tidak akan ragu untuk menjatuhkan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia dan Korea Utara jika kedua belah pihak mencapai kesepakatan senjata baru.

“Jika mereka memutuskan untuk melanjutkan perjanjian senjata, jelas kami akan mengambil langkah-langkah dan menanganinya dengan tepat. Seperti yang dikatakan oleh Jake Sullivan (Penasihat Keamanan Nasional untuk Presiden Amerika Serikat) minggu lalu, Korea Utara pasti akan menghadapi serangan balik dari Amerika Serikat dan komunitas internasional,” kata penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby.

Terdapat kekhawatiran luas bahwa pengembangan dan kerja sama lebih lanjut antara Korea Utara dengan Rusia, tidak cuma meningkatkan kekuatan militer Rusia untuk menyerang Ukraina, namun Rusia juga dapat memberikan teknologi rudal sensitif kepada Kim Jong-un. (sin)