oleh Li Zhaoxi
Akibat polusi yang dilakukan manusia dan kerusakan alam, sistem pendukung buat kehidupan di bumi telah kewalahan menghadapi beban yang dapat diterima. Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa “pemeriksaan kesehatan ilmiah” lengkap yang pertama menunjukkan bahwa sebagian besar sistem bumi memiliki beban yang melampaui batas-batas untuk mendukung kelangsungan hidup manusia.
Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances pada 13 September menunjukkan bahwa enam dari sembilan “batas planet” yang mengatur stabilitas Bumi telah terlampaui, masih ada dua yang berada di tepinya.
Konsep “batas planet” diusulkan pada 2009 dan diperbarui pada tahun 2015 dan 2023, yang merupakan “pagar pembatas” pengaruh manusia terhadap bumi. Ketika sistem bumi tetap berada dalam batasannya, para ilmuwan yakin manusia akan mampu berkembang dan sejahtera dari generasi ke generasi. Namun, jika batasan sudah dilampaui maka manusia berada dalam bahaya.
Penilaian para ilmuwan menemukan bahwa perubahan iklim, integritas biosfer, penggunaan lahan, pengelolaan air tawar, daur biogeokimia (kadar nitrogen dan fosfat bumi) dan unsur-unsur baru (sebelumnya dikenal sebagai polusi kimia) kini telah melampaui batas-batas, polusi udara dan pengasaman air laut sudah hampir dilampaui.
Batasan integritas biosfer, termasuk fungsi ekosistem yang sehat, telah dilanggar manusia sejak akhir abad ke-19, akibat kerusakan alam menyebabkan musnahnya satwa liar. Batasan air tawar sudah dilampaui pada awal abad ke-20. Batas aman terhadap perubahan iklim juga dilampaui pada akhir tahun 1980an.
Daur biogeokimia sangat penting bagi kehidupan, namun penggunaan pupuk kimia yang berlebihan berarti banyak perairan yang sangat tercemar oleh nutrisi ini, yang dapat menyebabkan berkembangnya tumbuhan sejenis alga/ganggang dan matinya kehidupan lautan secara lokal. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa, bahwa nitrogen yang ditambahkan ke ladang setiap tahunnya telah mengalami kenaikan sebanyak tiga kali lipat.
Hanya penipisan ozon yang sepenuhnya berada dalam batasan tersebut, dan merupakan satu-satunya batasan planet yang tampaknya bergerak ke arah yang benar. Pada tahun 1985, para ilmuwan menemukan lubang ozon di Antartika, namun kini ozon perlahan namun terus menutupi lubang itu.
Para ilmuwan mengatakan batas-batas planet bukanlah titik kritis yang tidak dapat diubah, namun di luar batasan tersebut, kerusakan yang tiba-tiba dan parah dapat terjadi.
Johan Rockström, yang kini menjabat sebagai salah satu direktur Institut Potsdam untuk Penelitian Dampak Iklim di Jerman dan memimpin tim yang mengembangkan konsep batas, mengatakan bahwa yang lebih mengkhawatirkan adalah munculnya tanda-tanda menurunnya ketahanan bumi.
Katherine Richardson, seorang profesor di Universitas Kopenhagen yang memimpin penelitian terbaru mengatakan : “Kami yakin bahwa manusia dapat berkembang dalam kondisi yang telah ada selama 10.000 tahun – namun kami tidak tahu apakah kita dapat berkembang dalam kondisi yang besar dan drastis. perubahan sedang berkembang pesat, dan dampak kemanusiaan terhadap seluruh sistem bumi semakin meningkat.”
Katherine Richardson membandingkan Bumi dengan seorang pasien yang menderita tekanan darah tinggi, “Ini tidak berarti bahwa hal itu akan menyebabkan penyakit jantung, namun hal ini meningkatkan risiko secara signifikan.”
Katherine Richardson mengatakan, banyaknya krisis yang dihadapi bumi saat ini menunjukkan bahwa manusia mempunyai dampak yang begitu besar terhadap bumi secara keseluruhan. Agar masyarakat dapat terus berkembang secara sejahtera, “kita harus mengatur hubungan kita dengan seluruh bumi.”
Dia berharap penelitian baru ini akan menjadi peringatan bagi banyak orang dan membawa perhatian internasional yang lebih besar terhadap perlunya membatasi dampak kemanusiaan terhadap planet yang kita tempati ini. (sin)