oleh Zhao Fenghua, Zhang Danxia dan Liu Fang
Data resmi terbaru yang dikeluarkan oleh otoritas Partai Komunis Tiongkok menunjukkan bahwa pada Agustus tahun ini, jumlah modal asing yang ditarik dari Tiongkok mencapai hampir USD 50 miliar. Angka tersebut merupakan yang terbesar sejak Desember 2015. Menurut analisis pihak luar, perekonomian Tiongkok telah mengalami penurunan yang parah dibarengi dengan naiknya risiko investasi, sehingga mendorong keluarnya modal asing.
Administrasi Devisa Negara Tiongkok baru-baru ini merilis data terbaru mengenai transaksi modal dan keuangan. Pada Agustus tahun ini, arus modal keluar Tiongkok mencapai USD. 49 miliar, di mana USD. 29 miliar di antaranya berasal dari investasi di sekuritas.
“Salah satu alasan utamanya adalah pertumbuhan ekonomi Tiongkok sedang mengalami penurunan besar. Sedangkan investor menginvestasikan dananya adalah untuk menghasilkan uang. Ketika investor sadar bahwa dananya di Tiongkok selain tidak menghasilkan uang bahkan kehilangan uang, jadi investor sekarang mulai takut. Mereka telah tidak lagi menaruh harapan terhadap perekonomian (Tiongkok), itu bisa disebut kecewa,” kata Li Hengqing, seorang ekonom yang tinggal di Amerika Serikat.
Li Hengqing mengatakan bahwa memburuknya lingkungan investasi Tiongkok telah mengecewakan masyarakat Barat.
“Geopolitik juga merupakan risiko besar. Tiongkok dan Amerika Serikat berselisih satu sama lain, dan Tiongkok (Partai Komunis) berselisih dengan masyarakat Barat secara keseluruhan. Jadi, berdasarkan premis sebesar itu, setiap orang pasti takut. Masalah lainnya yang ditakuti yaitu, investor terakhir gagal menarik uangnya. Jadi faktor-faktor ini membuat semua orang tidak optimis terhadap Tiongkok. Hal ini menentukan bahwa Tiongkok akan mengalami krisis ekonomi yang besar, yaitu, investasi di Tiongkok semua akan meninggalkan Tiongkok,” ujarnya.
Cheng Chin-Mo, Direktur Departemen Diplomasi dan Hubungan Internasional di Universitas Tamkang, Taiwan mengatakan : “(Partai Komunis Tiongkok) telah mendirikan markas besar partai di dalam perusahaan, dan juga telah membentuk apa yang disebut undang-undang kontra-spionase untuk memantau semua orang. Lalu semuanya modal asing dipaksa untuk bekerja sama dengan metode pendekatan totaliter Partai Komunis Tiongkok, dan tidak bisa menghilangkan budaya politik di mana korupsi adalah hal biasa dalam politik Tiongkok dan tidak ada pejabat yang tidak korup. Tiongkok tidak diragukan lagi adalah negara yang berisiko tinggi bagi investor. Modal asing telah menarik diri melalui penilaian, jelas arus penarikan ini akan semakin membesar.”
Cheng Chin-Mo mengatakan bahwa kediktatoran PKT tidak hanya meningkatkan risiko investasi asing di Tiongkok, namun juga pasti akan memicu gejolak dalam masyarakat Tiongkok.
“Keserakahan Partai Komunis Tiongkok dan kontrol kekuasaan mereka yang sewenang-wenang telah menyebabkan reaksi yang sangat besar terhadap investasi asing dan pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya, kita akan melihat masyarakat Tiongkok menjadi semakin tidak stabil. Karena jaminan penghidupan masyarakat dirampas dan kekayaan pribadi mereka terus menyusut, yang secara langsung menyebabkan keresahan sosial dan menyulut gejolak,” ujarnya. (sin)