oleh Luo Tingting
Pada 26 Desember, para staf medis rumah sakit di Kota Suining, Provinsi Sichuan, Tiongkok menuntut pembayaran gaji mereka dengan ancaman akan melompat dari gedung rumah sakit. Rekaman videonya menjadi viral di Internet. Namun demikian, pihak rumah sakit tersebut membantah adanya penunggakan gaji, dan mengatakan bahwa para staf medis itu cuma duduk-duduk di ambang jendela. Jelas pernyataan tersebut memicu cemooh para netizen Tiongkok.
Beberapa netizen memposting rekaman video di platform sosial dan mengungkapkan bahwa di lantai 4 gedung Rumah Sakit Pengobatan Tradisional Tiongkok Kota Suining, ada lebih dari belasan orang staf rumah sakit yang berseragam medis sedang duduk di ambang jendela, kabarnya mereka sedang menuntut pembayaran gaji dengan ancaman bunuh diri.
Banyak kerumunan orang di bawah yang menonton kejadian tersebut. Dalam video tersebut, terdengar seorang pria berkata : “Lihat, para dokter ini sedang bersiap untuk melompat dari gedung, truk pemadam kebakaran pun sudah datang”. Rekaman video menunjukkan bahwa petugas pemadam kebakaran sedang meletakkan jaring penyelamat nyawa di lantai bawah halaman rumah sakit.
Video sejumlah staf medis yang mengancam akan bunuh diri dengan melompat dari gedung karena menuntut pembayaran gaji mereka telah menarik perhatian masyarakat.
Media “zonglan.hebnews” melaporkan, bahwa staf kantor rumah sakit terkait membantah adanya tunggakan gaji kepada para staf medis sampai mereka mengancam mau melompat dari gedung. Tetapi tidak dapat memberikan alasan yang bisa diterima akal tentang mengapa para staf medis duduk-duduk bersama di ambang jendela.
Staf Komisi Kesehatan Kota Suining juga membantah adanya rencana bunuh diri kolektif dari para staf medis rumah sakit tersebut, namun diakui bahwa hal itu terjadi karena masalah gaji, dan mengatakan bahwa departemen yang berwenang dari pihak rumah sakit telah turun tangan untuk mengatasi, dan Komisi Kesehatan juga telah mengirim petugas pergi ke sana.
Kejadian para dokter yang secara kolektif menuntut pembayaran gaji ini memicu perbincangan hangat di kalangan netizen Tiongkok. Akun “Ponyo_ di tebing” menulis komentar yang berbunyi : “Jika bukan karena gaji yang ditunggak, mengapa begitu banyak staf medis yang duduk-duduk di ambang jendela ? Bersih-bersih jendela menyambut Tahun Baru ?”
Akun “Five-55” : “Tidak bercanda ya, rumah sakit tempat saya bekerja telah menunggak 4 bulan gaji karyawan. Ini adalah rumah sakit akar rumput”.
Akun “Apakah besok akan lebih baik” : “Ini bukan rumah sakit pertama yang stafnya mogok karena gaji, tetapi ini mungkin juga bukan yang terakhir”.
Akun “Shíba jí ba ban” : “Mengapa rumah sakit yang merupakan salah satu unit usaha paling menguntungkan tidak bisa membayar gaji tepat waktu ?”
Akun “Pǐ jí tai lai” : “Kabarnya gaji staf medis sangat rendah sekarang. Teman saya digaji 1.000 yuan lebih sebulan, itu pun dengan bekerja shift malam selama 7 atau 8 hari. Dia bilang ingin beralih profesi”.
Sejak 3 tahun epidemi merebak, kondisi ekonomi dan keuangan Tiongkok terus menurun. Pegawai negeri, staf medis, guru, dan industri lainnya mengalami pemotongan gaji, dan kasus penuntutan hak para staf medis juga sering kali muncul.
Media “21st Century Business Herald” melaporkan pada 26 September tahun ini, bahwa para dokter di Rumah Sakit Tongren Beijing melaporkan : Gaji mereka telah menyusut secara signifikan pada bulan Agustus, bonus kinerja dan upah shift malam dipotong sebesar 50%. Tentunya hal ini menimbulkan protes para dokter, dan mereka bersama mengajukan keluhan ke pihak rumah sakit. Di samping itu, kejadian ini juga menimbulkan kekhawatiran masyarakat.
Seorang dokter di Rumah Sakit Tongren mengatakan : “Saat ini upah lembur malam telah dilunasi, tetapi bonus kinerja dipotong 50%. Entah bagaimana bulan depan”.
Pada Juni tahun ini, berita pemotongan gaji dokter datang dari Provinsi Henan, Guangxi dan tempat lain. Forum dokter Tiongkok “Lilac Garden” meluncurkan pemungutan suara tanpa nama asli mengenai masalah pemotongan gaji yang diikuti oleh 3.563 orang dokter dan perawat. Hasil penjajakan tersebut menunjukkan, bahwa lebih dari 64% dokter dan perawat mengatakan bahwa rumah sakit tempat mereka bertugas telah mulai melakukan pengurangan gaji.
Ada staf medis yang meninggalkan pesan di kolom komentar menyebutkan bahwa staf di departemen klinis mengalami pemotongan gaji sebesar RMB. 8.000,- dan staf di departemen administrasi mengalami pemotongan gaji sebesar RMB. 3.000,-.
Dr. Liu, seorang dokter di rumah sakit kelas dua di Provinsi Guangxi, mengatakan bahwa dia adalah seorang dokter gawat darurat yang telah berpraktik selama 15 tahun. Departemennya mulai mengurangi gaji secara signifikan pada bulan Maret tahun ini, namun beban kerjanya tidak berkurang. “Penurunan terjadi setiap bulan. Dari penghasilan bersih RMB. 6.550,- turun menjadi RMB. 5.324,- sekarang adalah RMB. 4.210,- , turun lebih dari 35%”. Tekanan untuk membayar angsuran KPR setiap bulan membuatnya stress sekali.
Dr. Wang, seorang dokter wanita yang bertugas di unit perawatan intensif sebuah rumah sakit kelas satu di Tiongkok Timur, mengatakan bahwa pendapatannya saat ini lebih rendah dibandingkan tahun 2019. Seorang dokter yang merawat sebelumnya mendapat penghasilan setidaknya lebih dari RMB. 10,000,- per bulan, namun penghasilannya di bulan April tahun ini hanya sekitar RMB. 8,000. “Setidaknya 30% penurunan itu, belum lagi penurunan lainnya, seperti biaya shift malam, turun dari sebelumnya RMB. 200,- sehari menjadi RMB. 20,- sekarang”.
Dr. Wang menambahkan : “Penurunan sebanyak ratusan yuan setiap bulannya !” Sehingga rumah sakit pun dipenuhi suasana kecemasan saat ini. (sin)