Mantan Presiden AS Trump mengatakan bahwa para pemimpin Tiongkok dan Rusia bertemu untuk berkolusi melakukan pengrusakan dan Xi Jinping berambisi mengambil alih Taiwan
NTD
Pada Kamis (16 Mei), usai menghadiri persidangan di Pengadilan Kriminal Manhattan, New York City untuk kasus “Tuduhan memberikan uang tutup mulut”, Trump, kandidat presiden AS 2024 menyampaikan kepada awak media, bahwa beberapa perkembangan lebih buruk daripada inflasi, perekonomian, dan tarif kendaraan listrik, adalah masalah Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin sedang berusaha menimbulkan kerusakan.
“Saat ini mereka sedang melakukan perencanaan bersama, mereka menggabungkan kekuatan dan berkumpul di sana untuk melakukan kerusakan. Karena itu adalah tujuan akhir yang mereka pikirkan, yaitu menimbulkan kerusakan”, kata Trump.
Trump juga mengatakan bahwa pernyataan Xi Jinping itu sangat penting, apa yang dia katakan hari itu menunjukkan bahwa dia sepenuhnya berharap dapat mengambil alih Taiwan.
Setelah Xi Jinping bertemu dengan Putin di Beijing pada hari Kamis, mereka menandatangani “Pernyataan Bersama antara Tiongkok dan Rusia tentang Memperdalam Kemitraan Koordinasi Strategis Komprehensif untuk Era Baru”. Di antara kesepakatan tersebut terdapat pengakuan Rusia mengenai Taiwan adalah bagian integral dari Republik Rakyat Tiongkok, dan Rusia dengan tegas mendukung langkah-langkah Tiongkok untuk menjaga kedaulatan nasional dan integritas wilayah serta mencapai reunifikasi nasional, dsb.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan hari itu, Xi Jinping juga menyebutkan bahwa ia mendukung penyelesaian perang Rusia – Ukraina lewat solusi politik, mengatakan bahwa “posisi Tiongkok dalam masalah ini sudah jelas. Masyarakat Barat percaya bahwa apa yang diklaim Beijing sebagai “proposal perdamaian” yang diusung tahun lalu, tujuannya tidak lain adalah untuk memungkinkan Rusia mempertahankan sebagian besar wilayah yang telah mereka rebut dari Republik Ukraina.
Sebelumnya, banyak politisi Amerika Serikat mengungkapkan bahwa Tiongkok, Rusia, Iran, Korea Utara telah terbentuk dalam suatu “poros kejahatan” baru yang berusaha melemahkan tatanan dunia, dan PKT menggunakan kesempatan ini untuk membangun hegemoni.
Namun aliansi antara Tiongkok dengan Rusia tidak sestabil yang diperkirakan.
Pernyataan bersama Tiongkok – Rusia pada hari Kamis itu tidak lagi menyinggung soal slogan “persahabatan kedua negara tidak berbatas atas dan kerja sama tidak dibatasi wilayah” yang pernah dikemukakan sebelum invasi Rusia ke Ukraina. Dunia luar percaya bahwa ini merupakan sinyal yang diberikan PKT kepada Rusia untuk mendukung invasinya ke Ukraina. Namun, ketika perang Rusia – Ukraina menemui jalan buntu, masyarakat Barat berkumpul untuk menjatuhkan sanksi terhadap Rusia. Beijing mulai mencabut pernyataan tersebut, lantaran takut terkena sanksi.
Para analis percaya bahwa Partai Komunis Tiongkok di satu sisi berusaha menarik Rusia untuk bersamanya melawan Amerika Serikat, tapi di sisi lain juga berjaga jarak dengan Rusia. Oleh karena itu, Putin tidak akan mendapatkan semua yang ia harapkan dari Beijing selama kunjungannya kali ini. Pihak luar percaya bahwa jika Putin mengharapkan Xi Jinping menengahi perang Rusia – Ukraina, Xi Mungkin akan kecewa, karena berlanjutnya perang lebih memberikan manfaat bagi Partai Komunis Tiongkok. (sin)