Serangan Udara Terbesar dalam Perang Rusia-Ukraina, Ukraina Desak Diizinkan Menggunakan Rudal Jarak Jauh

Secretchina.com

Setelah melancarkan serangan udara terbesar dalam Perang Rusia-Ukraina, Senin (26/8), Rusia melanjutkan serangan udara ke Ukraina, Selasa (27/8/2024). Menanggapi hal ini, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendesak sekutu Barat untuk mencabut larangan penggunaan sistem rudal taktis Angkatan Darat AS (ATACMS) dan rudal jarak jauh lainnya, guna memungkinkan serangan lebih dalam ke wilayah Rusia.

Rusia Melanjutkan Serangan Udara ke Ukraina

Menurut laporan Reuters, pada Selasa 27 Agustus dini hari, militer Ukraina menyatakan bahwa Rusia telah meluncurkan beberapa gelombang serangan rudal dan drone ke puluhan wilayah di Ukraina, yang menyebabkan sedikitnya 4 orang tewas. 

Sejak sekitar pukul 20:00 waktu setempat pada 26 Agustus, kota Kryvyi Rih, Kyiv, serta wilayah tengah dan timur Ukraina berada dalam status siaga serangan udara hampir sepanjang malam. Pejabat lokal Ukraina melaporkan bahwa sebuah hotel di Kryvyi Rih, kota di Ukraina tengah, “hancur,” menyebabkan 2 orang tewas. Di Zaporizhzhia, sebelah timur Kryvyi Rih, serangan drone menyebabkan 2 orang tewas dan 4 orang terluka.

Gubernur Oblast Dnipropetrovsk, Serhiy Lysak, wilayah tempat Kryvyi Rih berada, menyatakan di media sosial Telegram bahwa mungkin masih ada 2 warga sipil yang terjebak di bawah reruntuhan hotel Kryvyi Rih, sementara 5 orang lainnya terluka dalam serangan udara tersebut. Selain itu, 6 toko, 4 gedung bertingkat, dan 8 mobil juga mengalami kerusakan. 

Gubernur Zaporizhzhia, Ivan Fedorov, mengatakan di Telegram: “Inilah akibat dari serangan malam Shahed di Zaporizhzhia,” merujuk pada drone kamikaze buatan Iran yang disebut-sebut digunakan oleh Rusia dalam serangan militer. 

Otoritas militer di wilayah Kyiv menyatakan di media sosial Telegram bahwa sistem pertahanan udara Kyiv aktif beberapa kali sepanjang malam, berhasil mencegat rudal dan drone yang ditembakkan oleh Rusia ke ibu kota Ukraina.

Menurut saksi mata Reuters, setidaknya terjadi 3 ledakan di Kyiv sepanjang malam. Belum jelas skala serangan udara Rusia terhadap Ukraina serta kerusakan yang dialami Kyiv. 

Namun, Angkatan Udara Ukraina menyatakan bahwa mereka mencatat peluncuran sejumlah drone serta pengerahan pesawat pembom strategis Tu-85 dan pesawat pencegat supersonik MiG-31 dari pangkalan udara di Rusia. Reuters tidak dapat memverifikasi laporan tersebut secara independen. Rusia belum memberikan komentar resmi.

Pada 26 Agustus, Rusia melancarkan serangan udara terbesar sejak awal perang Rusia-Ukraina, dengan meluncurkan lebih dari 200 rudal dan menggunakan drone untuk menyerang, menyebabkan sedikitnya 7 orang tewas dan merusak infrastruktur energi di seluruh Ukraina.

 Presiden AS Joe Biden mengecam serangan besar-besaran ini. Pada hari yang sama, sebuah laporan dari lembaga think tank yang berbasis di Washington, Institute for the Study of War, menyatakan bahwa otoritas Moskow “mungkin kekurangan kapasitas produksi industri pertahanan yang cukup untuk secara teratur mempertahankan serangan besar-besaran seperti itu.”

Beberapa blogger militer Rusia menyatakan bahwa serangan besar-besaran oleh Moskow ini merupakan “tindakan balasan” terhadap serangan Ukraina ke wilayah Rusia. Ini juga pertama kalinya sejak Perang Dunia II, Rusia mengalami serangan militer semacam itu dari Ukraina.

Pada 26 Agustus, Kremlin menyatakan bahwa Rusia akan menanggapi serangan militer Ukraina yang melintasi perbatasan ke wilayah Kursk. Sementara itu, Kremlin membantah bahwa perang Rusia-Ukraina yang dilancarkan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Februari 2022 menargetkan warga sipil. Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa pada 26 Agustus, militer Rusia telah menyerang “semua target yang ditentukan” dari infrastruktur energi penting Ukraina.

Zelensky Mendesak Sekutu Barat untuk Mengizinkan Penggunaan Rudal Jarak Jauh

Menurut laporan Wall Street Journal, pada 26 Agustus, militer Rusia melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap berbagai lokasi di Ukraina, menghantam infrastruktur energi Ukraina dengan keras. 

Pemerintah Kyiv menyatakan bahwa ini adalah serangan udara terbesar sejak awal perang Rusia-Ukraina. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyerukan kepada sekutu Barat untuk mencabut larangan penggunaan rudal jarak jauh, termasuk sistem rudal taktis Angkatan Darat AS (ATACMS), untuk membantu Ukraina menyerang lebih dalam ke wilayah Rusia.

Dalam sebuah postingan di media sosial Telegram, Presiden Ukraina mengatakan : “Ketika teroris tidak dibatasi oleh serangan rudal jarak jauh, Ukraina juga tidak boleh dibatasi. Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan sekutu lainnya memiliki kemampuan untuk membantu kami menghentikan aksi teror ini.” 

Menurut laporan dari AFP, Angkatan Udara Ukraina menyatakan bahwa Rusia telah meluncurkan 127 rudal dan 109 drone Shahed buatan Iran ke Ukraina, di mana 102 rudal dan 99 drone berhasil ditembak jatuh.

Meskipun gelombang pertama pesawat tempur F-16 telah tiba di Ukraina musim panas ini, serangan udara oleh militer Rusia tetap menunjukkan beberapa kelemahan militer Ukraina. Pesawat-pesawat ini belum cukup untuk melindungi wilayah udara Ukraina di atas sistem pertahanan udara berbasis darat, dan Ukraina juga belum memiliki sistem pertahanan udara yang cukup untuk mencegat rudal di seluruh negeri. 

Selain itu, infrastruktur energi Ukraina menjadi semakin rentan tahun ini, dengan fasilitas pembangkit listrik dan transmisi penting terus-menerus menjadi sasaran serangan militer Rusia, menyebabkan pemadaman bergilir menjadi semakin umum. (jhon)