Bom Luncur Rusia Menghancurkan Ukraina, Dunia Terkejut oleh Daya Rusaknya

www.aboluowang.com

Rusia telah menggunakan bom luncur secara besar-besaran di medan perang Ukraina, menyebabkan kerusakan parah, dan negara-negara Barat sedang aktif mencari cara untuk membantu Kyiv melawan ancaman ini. Namun, para ahli menyebutkan bahwa permintaan Ukraina untuk menggunakan rudal AS sulit untuk secara efektif mengatasi masalah tersebut, sementara opsi lain juga memiliki kekurangan masing-masing, mencerminkan tantangan kompleks yang dihadapi Barat dalam memberikan bantuan kepada Ukraina.

Bom luncur adalah senjata berbiaya rendah namun berkekuatan besar. Setiap bom hanya membutuhkan tambahan kit pemandu seharga 30.000 dolar AS dan memiliki berat hingga 2.720 kilogram, cukup untuk menghancurkan satu gedung penuh. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengatakan bahwa Rusia meluncurkan hingga 3.500 bom jenis ini setiap bulannya, yang menjadi salah satu alasan utama keberhasilan Rusia di garis depan timur.

Senjata ‘sederhana’ Rusia membuat Ukraina kerepotan hingga berkontribusi pada jatuhnya Kota Avdiika pada Februari lalu. Senjata itu berupa glide bombs atau bom luncur.

Bom dari era Uni Soviet yang dimodifikasi itu telah menjadi salah satu senjatanya yang paling efektif dalam perang melawan Ukraina.

Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan bom luncur sudah jadi andalan Rusia di mana pada April saja, sebanyak 3.200 bom luncur dijatuhkan ke wilayah Ukraina.

Bom luncur Rusia sangat merusak. (Diambil dari Telegram)

Bom luncur ini pada dasarnya adalah bom dari zaman dulu, yang diperlengkapi dengan sayap dan sistem navigasi satelit, sehingga presisi menuju sasaran. Rusia memakai stok bom itu dari era Soviet. Kelebihan lainnya adalah, biayanya murah.

Ukraina telah berulang kali meminta Amerika Serikat untuk menyediakan Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat (ATACMS) guna menyerang pangkalan udara Rusia. Namun, pejabat AS menyatakan bahwa 90% pesawat pengebom Rusia telah dipindahkan keluar dari jangkauan rudal tersebut, sehingga efektivitas ATACMS terbatas. Para pejabat NATO percaya bahwa drone jarak jauh mungkin menjadi solusi yang lebih baik untuk melawan ancaman tersebut.

Peneliti dari lembaga think-tank RAND Corporation, John Hoehn, berpendapat bahwa serangan rudal terhadap pangkalan udara Rusia tidak akan terlalu efektif, karena pesawat Rusia tersebar, dan setiap pesawat perlu dihantam secara individual, sementara landasan pacu dapat diperbaiki dengan cepat. Ia menyarankan untuk memberikan lebih banyak rudal udara-ke-udara canggih jarak menengah, seperti AIM-120D kepada Ukraina untuk menjatuhkan pesawat Rusia sebelum mereka menjatuhkan bom. 

Meskipun menghadapi risiko teknis dan politik, negara-negara Barat terus mendiskusikan bagaimana menghadapi ancaman bom luncur, berupaya menemukan strategi yang tidak hanya efektif melawan militer Rusia, tetapi juga seimbang dengan kepentingan semua pihak. (jhon)