Trump Menominasikan Elise Stefanik sebagai Duta Besar AS untuk PBB

‘Elise adalah seorang pejuang yang sangat kuat, tangguh, dan cerdas dengan semangat Amerika Pertama,’ kata Trump.

ETIndonesia. Presiden-terpilih Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan pada 11 November bahwa dia akan menominasikan Ketua Konferensi Partai Republik DPR AS, Elise Stefanik (R-N.Y.), sebagai duta besar Amerika Serikat untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa.

“Elise adalah seorang pejuang yang sangat kuat, tangguh, dan cerdas dengan semangat Amerika Pertama,” kata Trump dalam sebuah pernyataan.

Trump mengatakan akhir pekan lalu bahwa mantan Duta Besar untuk PBB Nikki Haley, bersama dengan mantan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, tidak akan berada dalam pemerintahan.

Dengan Partai Republik mengendalikan Senat, Stefanik kemungkinan akan dikonfirmasi.

Dalam sebuah pernyataan di X, Stefanik mengatakan dia “benar-benar merasa terhormat” dan “sangat rendah hati” atas pemilihannya.

“Kemenangan bersejarah Presiden Trump telah memberi harapan kepada rakyat Amerika dan mengingatkan bahwa hari-hari cerah menanti—baik di dalam maupun luar negeri. Amerika terus menjadi mercusuar bagi dunia, tetapi kami mengharapkan dan menuntut agar teman dan sekutu kami menjadi mitra kuat dalam perdamaian yang kami cari,” katanya.

Stefanik telah mengkritik PBB, dengan mengatakan pada bulan September bahwa organisasi tersebut memiliki “kebusukan anti-Semit.”

“Pembayar pajak Amerika tidak memiliki kepentingan untuk terus mendanai organisasi yang oleh Joe Biden dan Kamala Harris telah dibiarkan membusuk dengan anti-Semitisme,” katanya dalam sebuah pernyataan pada 16 Oktober.

“Mereka harus mencatat negara mana saja yang mendukung upaya yang secara terang-terangan tidak bermoral ini dan menjelaskan posisi Amerika Serikat—sebagai sumber pendanaan terbesar PBB.”

Stefanik telah menyerukan penghentian dana untuk Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA), dengan mengatakan dalam pernyataan 4 November bahwa badan tersebut “menanamkan kebencian anti-Semit di Palestina, menyimpan senjata untuk teroris, dan menyalahgunakan bantuan yang seharusnya mereka salurkan.”

Republikan dari New York ini adalah anggota pertama Kongres yang naik daun sebagai pembela Trump selama pemakzulan pertama presiden ke-45 pada tahun 2019, setelah Trump dituduh menelepon Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk memintanya menyelidiki putra Presiden Joe Biden, Hunter Biden, sebagai imbalan bantuan militer AS.

Stefanik pertama kali terpilih dari Distrik Kongres ke-21 New York pada tahun 2014 pada usia 30 tahun, menjadi wanita termuda yang terpilih menjadi anggota Kongres.

Dia terpilih sebagai ketua konferensi GOP DPR pada tahun 2021, menggantikan mantan Rep. Liz Cheney (R-Wyo.). Pengalamannya dalam kebijakan luar negeri mencakup keanggotaannya di Komite Seleksi Intelijen DPR dan bekerja di Foundation for Defense of Democracies, sebuah lembaga pemikir di Washington yang mendukung kebijakan tegas. Dia juga bekerja di Dewan Kebijakan Domestik selama pemerintahan Bush.

Stefanik, yang berada di Komite Pendidikan dan Tenaga Kerja DPR, telah menjadi sorotan akhir-akhir ini karena kritiknya terhadap tanggapan presiden universitas atas anti-Semitisme di kampus-kampus mereka setelah serangan kelompok  Hamas di Israel pada 7 Oktober 2023. Presiden Universitas Harvard, Universitas Pennsylvania, dan Rutgers sejak itu telah mengundurkan diri.

Dengan kepergian Stefanik yang akan datang, Gubernur New York Kathy Hochul harus mengadakan pemilihan khusus tidak lebih cepat dari 70 hari dan tidak lebih lambat dari 80 hari sejak kursi tersebut, yang aman bagi Partai Republik, kosong.

Selama masa kepresidenan Trump, Amerika Serikat menarik diri dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO), dan Organisasi Kesehatan Dunia. AS juga menghentikan pendanaannya untuk UNRWA.

Haley, bersama penggantinya, Kelly Craft, dikenal mendukung Israel di PBB. (asr)

Sumber : The Epoch Times