Tragedi mobil menabrak keramaian orang-orang sedang berolahraga di Pusat Olahraga Zhuhai, Guangdong, terus menjadi perhatian. Meskipun pihak berwenang Tiongkok berusaha keras menutupi kebenaran dan melarang wartawan asing melakukan investigasi di lokasi, insiden tersebut tetap menarik perhatian internasional. Kedutaan Jepang di Tiongkok memperingatkan warga negaranya untuk tidak berbicara keras dalam bahasa Jepang guna menghindari perhatian di tempat umum
ETIndonesia. Pada 11 November 2024 malam, sebuah mobil SUV menerobos masuk ke Pusat Olahraga Distrik Xiangzhou, Zhuhai, Tiongkok menabrak kerumunan orang-orang yang sedang berjalan-jalan dan berolahraga.
Menurut saksi mata, sedikitnya puluhan orang tewas dan hampir seratus orang terluka, jauh lebih banyak dari angka resmi yang diumumkan oleh pihak berwenang Tiongkok, yaitu 35 tewas dan 43 luka-luka. Setelah kejadian, tempat olahraga tersebut langsung ditutup.
Rekaman pembersihan lokasi menunjukkan penggunaan alat semprot air tekanan tinggi untuk membersihkan genangan darah di lantai, yang menimbulkan gelombang darah berwarna merah.
Setelah insiden itu, pemerintah Tiongkok berusaha keras menutupi kebenaran. Semua video insiden tersebut disensor di internet, diskusi tentang kejadian ini dilarang, dan warga dicegah menyampaikan belasungkawa di lokasi kejadian.
“Karena ukuran (karangan bunga) kami cukup besar, mereka (pihak berwenang) khawatir akan berdampak pada sesuatu, jadi tidak diizinkan diletakkan (di pusat olahraga). Solusi terbaik adalah membawanya ke rumah duka,” ujar seorang warga Zhuhai.
Insiden ini juga mendapat perhatian internasional.
Duta Besar Amerika Serikat untuk Tiongkok, Nicholas Burns, menulis di platform X: “Kami menyampaikan simpati mendalam kepada para korban dan keluarga mereka dalam tragedi di Zhuhai. Kami berharap para korban yang terluka segera pulih dan menyampaikan belasungkawa kepada mereka yang sedang berkabung.”
Kedutaan Jepang di Tiongkok, dalam peringatan keamanannya, menyatakan bahwa belakangan ini terjadi beberapa serangan kekerasan di Tiongkok. Mereka menyarankan warga Jepang di Tiongkok untuk menghindari berbicara keras dalam bahasa Jepang dan tidak menarik perhatian di tempat umum.
Di kalangan masyarakat Tiongkok, trgedi tersebut memunculkan berbagai spekulasi. Beberapa analisis menyebutkan bahwa lokasi kejadian berada sekitar Pusat Olahraga Distrik Xiangzhou, dekat dengan dua pengadilan dan beberapa kantor serta perumahan instansi keamanan Tiongkok. Pelaku, Fan, diduga melakukan serangan ini untuk menyampaikan ketidakpuasannya terhadap keputusan pengadilan dengan menargetkan petugas pengadilan, polisi, serta keluarga mereka secara terencana. (Hui)
Sumber : NTDTV.com