Perdana Menteri Israel mengatakan bahwa ia melakukannya atas keberatan para pejabat senior, yang dipandang sebagai kritik terhadap Menteri Pertahanan Yoav Gallant yang baru saja dipecat
ETIndonesia. Israel untuk pertama kalinya mengonfirmasi bahwa mereka berada di balik serangan pager dan radio yang menewaskan atau melukai ribuan anggota kelompok Hizbullah pada September, ketika Israel bersiap-siap untuk melakukan perang darat melawan kelompok tersebut.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara pribadi menyetujui serangan-serangan tersebut, kata juru bicara kantornya pada 11 November.
“Netanyahu mengonfirmasi pada Minggu [10 November] bahwa ia telah menyetujui operasi pager di Lebanon,” ujar juru bicaranya, Omer Dostri.
Netanyahu membahas serangan tersebut dalam sebuah rapat kabinet tertutup, dengan mengatakan bahwa para pejabat pertahanan senior dan tokoh-tokoh politik menentang peledakan pager, namun ia tetap melakukannya.
Media Israel menafsirkan hal itu terkait dengan pemecatan Menteri Pertahanan Yoav Gallant oleh Netanyahu pada 5 November. Keduanya telah lama berbeda pendapat, antara lain, tentang bagaimana Israel harus menangani perangnya di Gaza dan Lebanon.
Gallant dekat dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin. Netanyahu memecatnya pada Hari Pemilu, ketika mantan Presiden AS Donald Trump mengalahkan Wakil Presiden Kamala Harris.
Netanyahu menunjuk Menteri Luar Negeri Israel Katz untuk menggantikan Gallant.
Pada 17 September, ribuan pager secara massal meledak di pinggiran selatan Beirut dan kubu-kubu Hizbullah lainnya, dalam banyak kasus setelah alat tersebut berbunyi bip untuk menandakan adanya pesan yang masuk.
Dalam gelombang kedua serangan tersebut, radio genggam meledak keesokan harinya.
Serangan tersebut menewaskan 39 orang dan melukai lebih dari 3.400 orang. Banyak yang kehilangan jari atau tangan, mengalami cedera mata, atau menderita luka parah di bagian perut.
Di antara korban luka adalah duta besar Iran untuk Lebanon. Rezim Iran mendukung dan mendanai Hizbullah.
Para anggota Hizbullah menggunakan pager dan bukannya telepon sebagai alat komunikasi berteknologi rendah untuk menghindari pelacakan lokasi oleh Israel.
Israel menindaklanjuti serangan tersebut dengan membunuh pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dalam sebuah serangan udara pada 27 September di pinggiran kota Beirut, Dahieh, tempat markas Hizbullah.
Serangan pager itu terjadi hanya beberapa jam setelah Israel mengumumkan bahwa mereka memperluas tujuan perang yang dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, untuk menyertakan perang Israel melawan Hizbullah di sepanjang perbatasan negara itu dengan Lebanon.
Hizbullah bergabung dengan Hamas pada 8 Oktober 2023 untuk menyerang Israel.
Namun, meskipun para ahli strategi militer Israel mengatakan bahwa kelompok teror itu pada awalnya berencana mengirim teroris melintasi perbatasan untuk menyerang masyarakat, mereka dihalangi oleh Pasukan Pertahanan Israel yang segera memperkuat pasukan di wilayah utara.
Sumber : The Epoch Times