EtIndonesia. Saat mengunjungi lapangan latihan dan menyaksikan uji coba drone bunuh diri Korea Utara, pemimpin tertinggi Kim Jong-un mengumumkan bahwa Korut akan memulai produksi massal drone serangan satu arah (UAV). Pengembangan ini terjadi pada saat yang bersamaan dengan peningkatan kerja sama militer yang signifikan antara Korea Utara dan Rusia, termasuk dalam aspek drone, yang juga meningkatkan kemungkinan drone Korea Utara mulai digunakan dalam perang Rusia-Ukraina.
Menurut Associated Press (AP) dan Al Jazeera, media resmi Korea Utara, KCNA, melaporkan tentang inspeksi Kim Jong-un terhadap pengujian serangan drone dan juga mempublikasikan gambar dan video uji coba peluru tajam drone. Gambar dan video menunjukkan pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong-un, menyaksikan drone menargetkan dengan “presisi”, termasuk mengenai sebuah sedan BMW dan tank T-34 yang sudah pensiun.
Pada 14 November, Kim Jong-un menginspeksi pengujian terbaru dari “berbagai jenis drone serang bunuh diri” yang diproduksi Unmanned Aerial Technology Complex, UATC Pyongyang. Drone ini mampu menyerang target darat dan laut dan dapat digunakan sebagai misil. Atas hal ini, Kim Jong-un meminta para pejabat Korea Utara untuk segera mendirikan sistem produksi massal, memulai manufaktur drone secara menyeluruh, dan menunjukkan bahwa drone sangat penting dalam perang modern.
“Karena biaya produksinya yang rendah dan proses manufakturnya yang sederhana, penggunaannya dalam operasi militer terus meningkat,” kata Kim.
Situs berita militer The War Zone mengutip media resmi Komite Sentral Partai Pekerja Korea Utara, Rodong Sinmun, yang mengatakan bahwa gambar yang dirilis Pyongyang mengaburkan detail tentang drone, namun mereka tampak mirip dengan jenis drone yang dideskripsikan pada bulan Agustus lalu. Pertama, penampilan drone mereka sangat mirip dengan drone bunuh diri Israel Harop dan Hero-400. Kedua, drone dengan sayap X (X-wing drone) juga sangat mirip dengan seri drone “Reaper,” meskipun secara keseluruhan Hero-400 tampak lebih mirip.
Rodong Sinmun juga menyatakan bahwa kedua drone ini “dirancang untuk menyerang target darat dan laut pada jarak yang berbeda, bertanggung jawab atas serangan presisi terhadap target yang ditunjuk.”
Sejak kemunculan jenis drone ini pada musim panas tahun ini, hubungan militer antara Pyongyang dan Moskow telah meningkat drastis, termasuk pengiriman ribuan tentara Korea Utara untuk mendukung upaya perang Rusia di Ukraina.
Hingga saat ini, Korea Utara telah menyediakan berbagai jenis senjata yang digunakan di medan perang Ukraina, termasuk misil balistik jarak pendek KN-23, misil anti-tank Bulsae-4, dan granat propelan roket. Yang paling penting adalah amunisi artileri yang disediakan oleh Pyongyang, terutama peluru artileri kaliber 122mm dan 152mm, untuk memenuhi permintaan yang meningkat dari Rusia. Menurut penilaian terbaru dari Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS), Korea Utara mungkin telah mengirimkan lebih dari 8 juta peluru artileri kaliber 122mm dan 152mm ke Rusia.
Business Insider mengutip komentar dari direktur Pusat Anti-Misinformasi Ukraina, Andrii Kovalenko, yang mengatakan bahwa tentara Korea Utara sedang menerima pelatihan militer tentang drone dari tentara Rusia. Kovalenko menyatakan bahwa tentara Korea Utara sedang belajar mengoperasikan drone serangan dan pengintaian di bawah kondisi pertempuran simulasi. Setelah dilatih, tentara Korea Utara bisa menggunakan drone bersama tentara Rusia di medan perang Ukraina, atau mereka dapat membawa kembali keahlian tersebut ke Korea Utara. Bagi pihak Pyongyang, pelatihan sistem senjata modern seperti drone bunuh diri memiliki nilai tinggi.
Sejak tahun 1950-an, Korea Utara belum terlibat dalam perang konvensional, dan angkatan bersenjatanya masih sangat bergantung pada peralatan militer yang ketinggalan zaman, serta secara besar-besaran kekurangan taktik militer modern yang sesuai. Awal pekan lalu, Korea Utara dan Rusia menyetujui perjanjian pertahanan bersama militer, menandakan bahwa kedua negara akan saling memberikan bantuan militer jika salah satu dari mereka diserang. Dalam konteks ini, hubungan militer antara Pyongyang dan Moskow hanya akan semakin erat. Dengan demikian, prospek kerja sama drone antara dua negara tersebut juga menjadi lebih memungkinkan.(jhn/yn)