Kim Jong Un Membuat Beijing Khawatir? Wakil Menlu AS: Tiongkok Gelisah atas Hubungan Rusia-Korut

EtIndonesia. Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Kurt Campbell, baru-baru ini menyatakan bahwa Tiongkok semakin khawatir dengan intensitas hubungan antara Korea Utara dan Rusia. Campbell mengatakan bahwa dalam sejumlah diskusi antara AS dan Tiongkok, terlihat bahwa Beijing tidak sepenuhnya memahami tujuan tertentu dari Korea Utara, bahkan khawatir Pyongyang dapat melakukan tindakan yang bertentangan dengan kepentingan Tiongkok.

Menurut laporan The Guardian pada 24 November, dalam seminar di Center for Strategic and International Studies (CSIS) di Washington, Campbell menekankan bahwa topik yang membuat Tiongkok semakin tidak nyaman saat ini adalah hubungan erat antara Korea Utara dan Rusia.

Dia mengatakan: “Dalam diskusi kami, tampaknya kami mengungkap beberapa hal yang diinginkan Pyongyang, tetapi ini adalah hal-hal yang tidak diketahui Beijing. Tiongkok khawatir bahwa dorongan dari Rusia bisa membuat Korea Utara mempertimbangkan tindakan yang bertentangan dengan kepentingan Tiongkok, termasuk di bidang militer.”

Campbell menambahkan bahwa meskipun Beijing tidak secara langsung mengkritik Moskow, Amerika Serikat yakin bahwa meningkatnya kerja sama antara Korea Utara dan Rusia telah membuat Beijing tidak nyaman.

Kekhawatiran Jepang tentang Dukungan Tiongkok terhadap Korea Utara

Kementerian Luar Negeri Jepang juga mencurigai apakah Tiongkok mendukung kemungkinan Korea Utara mengirim pasukan untuk membantu Rusia melawan Ukraina. Pejabat Jepang menyebutkan bahwa Tiongkok tetap bungkam mengenai isu ini, mungkin karena khawatir kerja sama militer antara Korea Utara dan Rusia akan mendorong Amerika Serikat memperkuat aliansi dengan Korea Selatan dan Jepang di Asia Timur.

Baru-baru ini, Tiongkok mengambil langkah langka untuk merangkul Jepang. Tiongkok menyatakan niatnya untuk membongkar pelampung yang dipasang di zona ekonomi eksklusif Jepang di dekat Kepulauan Senkaku (juga dikenal sebagai Kepulauan Diaoyu). Meskipun ini adalah langkah kecil, hal tersebut dilihat sebagai upaya Tiongkok untuk mendekati kalangan di Jepang yang enggan terlibat dalam konflik antara AS dan Tiongkok.

Pandangan Mantan Ahli CIA

Dennis Wilder, mantan pakar CIA tentang masalah Tiongkok, menyebutkan bahwa media Tiongkok tidak melaporkan kesepakatan strategis yang dicapai antara Korea Utara dan Rusia pada musim panas lalu atau berita tentang pengiriman pasukan Korea Utara.

“Bagaimana Tiongkok akan menjelaskan situasi yang sedang berlangsung ini? Dan bagaimana mereka akan menghadapi kenyataan bahwa sekutu mereka sedang berperang di Ukraina?” katanya.

Dia menambahkan bahwa meskipun Eropa mungkin tidak khawatir dengan Korea Utara, namun mereka sangat khawatir dengan Tiongkok.

Wilder memperingatkan bahwa jika Rusia terus mendukung pengembangan senjata nuklir Korea Utara, Amerika Serikat kemungkinan besar akan memperkuat aliansinya di Asia Timur. Ini termasuk pembentukan “NATO versi Asia,” yang akan menjadi tantangan besar bagi Tiongkok.

Pendapat Berbeda dari Pakar Australia

Namun, Andrew Shearer, Kepala Badan Intelijen Nasional Australia, memiliki pandangan berbeda. Dia menilai bahwa gagasan memecah hubungan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Tiongkok Xi Jinping tidak realistis.

“Putin terus melanjutkan perang di Ukraina karena Beijing memberikan dukungan dalam bentuk teknologi militer, diplomasi, dan teknologi sipil-militer. Jika kita tidak melihat fakta ini, kita tidak dapat merumuskan strategi yang efektif,” katanya.

Pendapat Akademisi Jepang

Mifune Emi, profesor hukum di Universitas Komazawa, Jepang, mengatakan bahwa Tiongkok kemungkinan besar mengetahui rencana Rusia. Menurutnya, Beijing tidak ingin melihat Moskow kalah dari Barat. Sebaliknya, kemenangan Rusia akan memberikan keuntungan propaganda bagi Tiongkok dalam upayanya mengendalikan Taiwan. (jhn/yn)