Fokus hari ini: Pasukan Ukraina melancarkan serangan tiba-tiba ke Rusia. Tentara Korea Utara muncul kembali di Kursk. Ukraina ingin membangun senjata nuklir dan meluncurkan wajib militer berskala besar. Perdana Menteri Jepang mengunjungi Gedung Putih dan menginvestasikan triliunan dolar untuk memperkuat aliansi. Anggota parlemen AS meloloskan resolusi untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Taiwan. Dokumen naturalisasi AS hanya mengakui “Taiwan”.
Perdana Menteri Jepang berkunjung ke Gedung Putih, investasi triliun dolar perkuat aliansi
Pada 7 Februari, setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengunjungi Gedung Putih, Perdana Menteri Jepang Ishiba Shigeru menjadi kepala negara kedua yang mengunjungi Gedung Putih sejak pelantikan Trump pada 20 Januari. Jelaslah bahwa Trump telah menjadikan Asia-Pasifik sebagai salah satu prioritas strategis masa depan Amerika Serikat.
Pada hari pertama kunjungan Ishiba Shigeru , ia menyampaikan keinginan Jepang untuk memperkuat kerja sama aliansi. Berikut terdapat hal yang cukup menarik: Ishiba Shigeru dan Trump hanya berbincang selama 30 menit, tetapi mereka menghabiskan waktu untuk makan siang Bersama selama 1 jam 20 menit.
Media mengungkapkan bahwa keduanya terlibat percakapan yang sangat menyenangkan saat itu. Tampaknya banyak hal telah diselesaikan di bawah meja perundingan. Tentu saja, bagi Trump, presiden yang tidak digaji tetapi menerapkan kebijakan “America First” ini tidak akan melewatkan kesempatan apa pun untuk meraup banyak uang bagi rakyat Amerika Serikat.
PM Ishiba Shigeru dengan penuh keyakinan langsung mengatakan: “Jepang akan meningkatkan investasinya di Amerika Serikat hingga mencapai titik tertinggi barunya, yakni satu triliun dolar AS!” Trump juga langsung menimpali dengan mengingatkan Shigeru Ishiba bahwa AS masih memiliki banyak cadangan minyak dan gas alam di Alaska, kesempatan tersebut jangan sampai lupa untuk dipertimbangkan juga.
Ketika penerjemah Ishiba Shigeru mengatakan bahwa bos-bos Jepang seperti Toyota dengan penuh semangat menunggu Trump kembali duduk di Gedung Putih, saya pikir reaksi dalam benak Trump adalah: Bukan main! Poin penting lainnya dalam pernyataan bersama para pemimpin Amerika Serikat dan Jepang adalah menegaskan kembali pentingnya perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, dan menekankan penentangan terhadap perubahan status quo dengan cara kekerasan. Meskipun tidak disebutkan kepada siapa kalimat ini ditujukan? Tentu kita semua sudah tahu, bukan?!
Hsieh Chin-ho, seorang pakar keuangan Taiwan dalam komentarnya mengatakan, bahwa Amerika Serikat sedang membangun “Sabuk dan Jalan” miliknya sendiri untuk melawan “Sabuk dan Jalan” PKT. Kantor Kepresidenan Taiwan dalam tanggapannya mengatakan: Para pemimpin Amerika Serikat dan Jepang menyatakan dukungan tegas mereka terhadap perdamaian di Selat Taiwan dan partisipasi Taiwan dalam urusan internasional. Sedangkan Kementerian Luar Negeri Taiwan menyebutkan, bahwa Taiwan akan memperkuat kemampuan pertahanan diri, memperdalam kerja samanya dengan Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara lain untuk memajukan perdamaian dan stabilitas regional.
Namun, penulis berpikir jika Taiwan benar-benar memahami karakter Trump, ada baiknya mereka mengambil beberapa tindakan praktis. Misalnya: Taiwan dapat segera menyesuaikan praktik mengimpor minyak dan gas alam dari Timur Tengah yang selama ini dilakukan, dengan beralih membelinya dari Amerika Serikat?
Sejujurnya, agak khawatir dengan Taiwan. Coba pikirkan, Jepang sekarang mulai meningkatkan investasinya di Amerika Serikat dan memimpin pembelian minyak dan gas alam Amerika Serikat, padahal Taiwan sekarang menjadi negara yang memiliki defisit perdagangan terbesar kedelapan dengan Amerika Serikat. Dengan kata lain, bahwa Taiwan adalah negara kedelapan yang memperoleh pendapatan terbanyak dari Amerika Serikat. Jika Taiwan tidak segera membuat perubahan kebijakan, ia mungkin akan “bertabrakan” dengan kebijakan baru Trump yang “America First”.
Anda dan penulis mungkin akan menemukan bahwa interaksi antar negara sebenarnya mirip dengan interaksi antar teman biasa. Lebih langgeng hanya ketika ada saling memberi dan menerima. Jenis hubungan yang selalu mengharuskan pihak lain untuk bersikap “benar secara politis” dan jujur pada akhirnya dapat menemui masalah besar. Penulis mendengar bahwa TSMC baru-baru ini sedang membuat keputusan investasi besar yang akan menguntungkan Amerika Serikat, yang tidak diragukan lagi merupakan perubahan sikap yang sangat positif.
Kini, ketika seluruh dunia sedang berusaha untuk kembali kepada tradisi dan akal sehat, penulis merasa Taiwan juga harus merenungkan dan mengoreksi beberapa kebijakan dan tren ekstrem kirinya yang “benar secara politis”. Hal-hal di dunia saat ini yang kedengarannya mulia di permukaan belum tentu merupakan pikiran dan perilaku yang seharusnya dimiliki manusia. Tetap saja ada perbedaan mendasar antara manusia dan binatang seperti monyet. Kita akan menemukan bahwa seringkali kaum ateis yang percaya pada “memanjakan sifat bawaan”, sebenarnya sama dengan PKT yang berani mengikuti sifat mereka yang berani melanggar hukum langit dan bumi.
Usulan resolusi untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Taiwan. Dokumen naturalisasi AS hanya mengenal “Taiwan”
Pada 7 Februari, 24 orang anggota DPR-AS dari Partai Republik mengajukan resolusi yang menyerukan kepada pemerintahan Trump untuk menghapuskan kebijakan satu Tiongkok yang “ketinggalan zaman, kontraproduktif, dan tidak jujur”, memulihkan hubungan diplomatik formal dengan Taiwan, merundingkan perjanjian perdagangan bebas bilateral dengan Taiwan, dan mendukung aksesi Taiwan ke organisasi internasional.
Alasan para anggota kongres AS mengusulkan rancangan undang-undang ini adalah karena mereka percaya bahwa apa yang disebut kebijakan satu Tiongkok tidak dapat mencerminkan kenyataan bahwa Taiwan telah menjadi negara berdaulat dan merdeka selama lebih dari 70 tahun, juga tidak dapat lebih selaras dengan kepentingan rakyat Amerika Serikat dan Taiwan. Resolusi tersebut juga menyerukan Trump untuk mengakui legitimasi pemerintah Taiwan yang dipilih secara demokratis dan mengizinkan kedua negara untuk saling mengirim duta besar.
Dua anggota kongres yang menandatangani resolusi ini patut mendapat perhatian: satu adalah Christopher Smith, ketua Komisi Eksekutif Kongres AS untuk Tiongkok (Congressional-Executive Commission on China. CECC), dan Andy Ogles, anggota Kongres AS dari Partai Republik yang pernah mengusulkan untuk mengundang Taiwan berpartisipasi dalam latihan militer Rim of the Pacific.
Jika resolusi para anggota kongres itu hanyalah reaksi terhadap opini publik Amerika Serikat dan bukan kebijakan pemerintah AS, maka saya benar-benar terkejut melihat pernyataan dari Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS baru-baru ini.
Seseorang mengunggah sebuah petikan dari instruksi Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS untuk dokumen naturalisasi warga negara AS, yang isinya dengan jelas tertulis: Pelamar yang lahir di Taiwan harus mencantumkan Taiwan sebagai negara kelahiran mereka pada formulir naturalisasi N-400.
Kantor Layanan Kewarganegaraan dan Imigrasi AS (United States Citizenship and Immigration Services. USCIS) tidak akan menerbitkan sertifikat yang mencantumkan “Taiwan, Republik Rakyat Tiongkok”, “Taiwan, Tiongkok”, atau “Taiwan, Republik Tiongkok”. Istilah Republik Rakyat Tiongkok adalah nama negara yang hanya digunakan untuk pelamar yang lahir di Republik Rakyat Tiongkok.
Direktur Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS yang baru diangkat telah memperjelas ambisi jahat PKT.
Sebagian orang mungkin akan mengatakan bahwa pernyataan ini sudah pernah ada sebelumnya dan bukan hanya dalam beberapa minggu terakhir. Kalau begitu, mari kita lihat apa yang dikatakan Menteri Luar Negeri AS beberapa hari lalu ketika ia mengunjungi negara Amerika Tengah, Guatemala.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan pada konferensi pers bersama dengan Presiden Guatemala Bernardo Arévalo: Terima kasih atas hubungan Guatemala dengan negara demokrasi lainnya, Taiwan. Saya akan melakukan apa saja yang saya bisa untuk mendukung hubungan Guatemala dengan Taiwan, tidak hanya dalam hal komitmen diplomatik, tetapi juga dalam hal kepentingan ekonomi.
Pasukan Ukraina menyerbu Rusia, tentara Korea Utara muncul kembali di Kursk
Banyak orang tidak tahu bahwa pada 6 Februari menandai enam bulan sejak tentara Ukraina menginvasi Kursk, Rusia. Pada hari itu, Presiden Ukraina Zelenskyy secara khusus mengatakan bahwa, dengan tindakan aktif kami di wilayah Rusia, tentu saja masyarakat Rusia juga akan merasakan apa arti perang. Zelenskyy juga secara khusus menyebutkan bahwa di Kursk, pasukan Ukraina menangkap ratusan tentara Rusia – sehingga dapat menukar mereka dengan lebih banyak tentara Ukraina sendiri.
Pada saat yang sama ketika Zelensky berbicara, tentara Ukraina melancarkan serangan besar-besaran di Kursk, Rusia, dan tentara Rusia mengerahkan puluhan ribu tentara untuk melawan.
Pada 7 Februari, Zelensky mengakui bahwa pasukan Ukraina telah melancarkan serangan baru di wilayah Kursk. Ini juga berarti bahwa ultimatum Putin kepada tentara Rusia tertanggal 20 Januari 2025 untuk mengusir tentara Ukraina keluar dari Kursk menjadi sia-sia tidak berkelanjutan.
Menurut Zelenskyy, Putin mengirim sekitar 60.000 orang tentara untuk menghadapi tentara Ukraina di Kursk, dan pasukan Ukraina berhasil maju 7 kilometer dalam dua hari pertempuran. Setelah garis pertahanan Rusia jebol, Resimen Lintas Udara ke-11, Resimen Infantri Marinir ke-177, dan Resimen Infantri ke-9 Angkatan Darat Rusia menghadapi krisis pengepungan atau bahkan pemusnahan.
Zelensky juga mengungkapkan bahwa karena serangan gencar dari pasukan Ukraina, Rusia harus memindahkan pasukan Korea Utara yang telah ditarik mundur ke belakang untuk kembali ke garis depan. Perbedaan terbesar kali ini adalah serangan tentara Korea Utara sudah dilengkapi dengan tank, bukan serangan manusia besar-besaran tanpa perlindungan. Bahkan dengan persenjataan yang ditingkatkan, mereka tetap menjadi sasaran pesawat tak berawak Ukraina segera setelah mereka muncul lagi di medan perang.
Pada 8 Februari, media Rusia melaporkan bahwa tentara Rusia mulai menggunakan ternak untuk mengangkut amunisi dan perbekalan, dan keledai menjadi alat transportasi penting di garis depan. Seorang anggota kongres Rusia juga menjelaskan: “Adalah hal yang wajar untuk memfungsikan keledai di garis depan”. Karena itu ada saja netizen dengan nada canda mengomentari dengan tulisan: Mereka harus segera mengajukan gugatan hukum ke organisasi perlindungan hewan, menuntut agar tentara Rusia menjamin hak-hak keledai.
Pada 7 Februari, media Ukraina melaporkan bahwa pasukan Ukraina baru-baru ini telah berhasil menduduki lebih dari 100 kilometer persegi wilayah Rusia. Menurut analisis pihak luar, niat Zelensky semakin jelas, bahwa ia ingin memperluas wilayah Rusia yang diduduki sebanyak mungkin sebelum Trump mendorong perjanjian gencatan senjata, agar bisa menukarkan tanah dengan tanah, memaksa Putin menyerahkan wilayah Ukraina yang diduduki sebagai ganti wilayah Kursk.
Ukraina ingin membangun senjata nuklir dan meluncurkan wajib militer besar-besaran
Dunia luar terus mempertanyakan masalah Ukraina kekurangan pasukannya setelah tiga tahun perang. Jangan lupa bahwa bahkan di bawah desakan Amerika Serikat dan NATO, pemerintah Ukraina tidak menurunkan batas bawah wajib militer bagi warga negara mereka yang berusia di atas 25 tahun selama tiga tahun perang berlangsung.
Berita terbaru adalah bahwa Zelensky kemungkinan akan mengumumkan kebijakan wajib militer baru dalam waktu dekat, yang menawarkan kondisi istimewa seperti pinjaman perumahan tanpa bunga, pendidikan gratis, dan gaji tinggi kepada kaum muda Ukraina berusia 18 hingga 24 tahun, dan menerapkan wajib militer bagi kaum muda di atas usia 18 tahun untuk berpartisipasi dalam Perang Patriotik Melindungi Negara.
Begitu hal ini terlaksana, maka militer Ukraina akan memperoleh tambahan sebanyak puluhan ribu orang tentara. Zelenskyy mengatakan bahwa militer Ukraina sedikitnya akan mendapat tambahan sebanyak 100.000 orang tentara.
Pada saat ini, ucapan mantan Menteri Luar Negeri Ukraina Volodymyr Ohryzko kembali menggemparkan dunia. Ia menyatakan kepada publik: Senjata nuklir mungkin muncul di Ukraina. Jika keinginan Ukraina untuk segera bergabung dengan NATO tidak terwujud, maka Ukraina akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk melawan ancaman Rusia. Volodymyr Ohryzko mengungkapkan bahwa Ukraina memiliki semua kondisi yang diperlukan untuk memproduksi senjata nuklir, dan kami memiliki kemampuan agar senjata nuklir kembali ke tangan kami. #