EtIndonesia. Dimensi keempat sering dianggap sebagai “konsep waktu”. Sekilas tampak jauh dari jangkauan kita dan hanya ada dalam dunia fiksi ilmiah. Namun, bagaimana jika dimensi keempat benar-benar telah terbukti ada dan sebenarnya tidak jauh dari kita?
Membuktikan Keberadaan Dimensi Keempat
Seorang ilmuwan Jerman bernama Georg Friedrich Bernhard Riemann pernah membahas dimensi keempat dalam sebuah makalah visioner yang ia terbitkan sekitar tahun 1850, berjudul “On the Hypotheses which lie at the Bases of. Geometry”.
Manusia hidup di dalam ruang tiga dimensi. Ruang tiga dimensi yang kita kenal dalam kehidupan sehari-hari adalah ruang yang terdiri dari panjang, lebar, dan tinggi—dimensi yang bisa kita lihat dan rasakan secara langsung. Namun, seiring perkembangan ilmu pengetahuan, pada abad ke-19 Riemann membuktikan bahwa dimensi keempat memang benar-benar ada.
Riemann memberikan banyak kontribusi dalam analisis matematika dan geometri diferensial. Penelitiannya bahkan menjadi dasar matematika bagi “Teori Relativitas Umum” Albert Einstein. Dalam geometri diferensial yang dikembangkannya, dia membangun konsep ruang Riemann yang menggabungkan geometri Euclidean dan non-Euclidean ke dalam satu sistem, sehingga berhasil membuktikan keberadaan dimensi keempat.
Berbeda dengan tiga dimensi, dimensi keempat mengacu pada ruang Euclidean standar yang dapat diperluas hingga N dimensi. Dalam rumusan matematika, konsep ini dapat dengan mudah dijelaskan dan diturunkan, tetapi dalam kenyataan, sulit untuk dipahami atau divisualisasikan.
Dalam dimensi tiga, kita memiliki koordinat x, y, dan z. Dimensi keempat menambahkan dimensi waktu ke dalam sistem ini, dengan kecepatan sebagai penghubungnya. Namun, dimensi keempat bukanlah ruang Euclidean standar karena waktu bersifat relatif dan digunakan untuk menggambarkan kecepatan pergerakan suatu benda. Sayangnya, manusia saat ini belum mampu beradaptasi dengan dimensi keempat.
Mata manusia hanya dapat melihat dunia dalam dua dimensi. Sebuah makhluk dua dimensi hanya dapat melihat makhluk lain sebagai garis lurus. Mata manusia melihat dua proyeksi dua dimensi, yang kemudian diproses oleh otak menjadi persepsi tiga dimensi. Sebagai makhluk tiga dimensi, manusia dapat memahami konsep dimensi keempat, tetapi tidak dapat mengalaminya secara langsung atau eksis di dalamnya.
Namun, beberapa orang berhipotesis bahwa jika suatu hari manusia benar-benar dapat menembus ke dalam dimensi keempat, hal pertama yang harus dilakukan adalah menyesuaikan diri dengan hukum yang berlaku di sana. Bagaimanapun, perbedaan antara dimensi keempat dan ketiga sangat besar, dengan ruang lingkup imajinasi yang hampir tak terbatas. Bahkan, ada ilmuwan yang percaya bahwa di dimensi keempat, manusia tidak akan lagi terikat oleh konsep masa lalu, masa kini, dan masa depan karena di sana, segala sesuatu terjadi secara bersamaan.
Jika seseorang telah menguasai hukum di dimensi keempat, mereka dapat melihat semua peristiwa di masa lalu, sekarang, dan masa depan, layaknya membalik halaman buku. Bahkan, mereka dapat melihat seluruh perjalanan hidup seseorang, seperti menonton rekaman ulang. Beberapa ilmuwan bahkan berspekulasi bahwa seseorang di dimensi keempat mungkin bisa memperoleh semacam “kekuatan supranatural”, seperti menembus benda padat atau berpindah ke tempat yang sangat jauh dalam sekejap mata.
Tentu saja, semua ini masih merupakan spekulasi ilmiah. Saat ini, konsep dimensi keempat juga masih bisa dieksplorasi dengan metode penelitian geometri. Beberapa ilmuwan telah menggunakan metode aljabar untuk menjawab konsep geometri ini, yang berarti bahwa dimensi keempat serta dimensi N lainnya dapat diteliti dengan pendekatan geometri.
Pada masa lalu, pemahaman manusia tentang fisika modern masih sangat terbatas, apalagi mengenai dimensi keempat—yang bahkan hingga hari ini masih menjadi misteri yang belum terpecahkan. Makalah yang ditulis oleh Riemann pada saat itu sangat memperluas cakupan pemikiran para ilmuwan, meskipun bagi ilmuwan saat itu, ini mungkin merupakan tantangan besar. Pada masa ketika penelitian tentang dunia tiga dimensi masih dalam tahap awal dan penuh kesulitan, melompat ke tingkat yang lebih tinggi untuk meneliti ruang dengan dimensi yang lebih banyak tentu merupakan tantangan luar biasa.
Namun, kita tidak bisa meremehkan kreativitas manusia. Seiring kemajuan teknologi, model dimensi keempat semakin berkembang. Saat ini, ada teori yang cukup lengkap tentang dimensi keempat, yang paling penting di antaranya adalah “Teori Multi-Dimensi”. Dalam teori ini, alam semesta diklasifikasikan menjadi sebelas dimensi, dan manusia berada di dimensi yang lebih rendah.
Seperti dalam animasi di mana karakter tidak bisa menyadari keberadaan manusia yang menggambar mereka, manusia juga tidak bisa melihat dimensi yang lebih tinggi. Konsep ini sangat mirip dengan karakter Rick dalam serial animasi Rick and Morty, yang dikisahkan mampu menyadari bahwa dirinya adalah karakter dalam sebuah kartun dan karenanya merasa sangat putus asa. Jika kita sebenarnya hanyalah karakter dalam realitas makhluk berdimensi lebih tinggi, seperti apakah dunia mereka?
Bentuk Keberadaan Makhluk di Dimensi Lebih Tinggi
Sama seperti kita yang dapat dengan mudah merobek gambar di atas kertas, jika ada makhluk dari dimensi lebih tinggi, mereka akan dapat membunuh kita dengan mudah. Dari perspektif kita, mereka (atau mungkin lebih tepat disebut sebagai “Ia”) mirip dengan penguasa ruang dan waktu dalam mitologi Cthulhu—maha tahu dan maha kuasa.
Kita tidak dapat membayangkan bentuk atau cara hidup mereka. Namun, kemungkinan besar mereka tidak memiliki tubuh fisik. Sebab, segala sesuatu yang memiliki bentuk fisik akan terikat oleh waktu dan ruang, sedangkan dalam teori, dimensi keempat tidak memiliki keterbatasan tersebut.
Beberapa orang berpendapat bahwa dimensi keempat mungkin ada dalam bentuk kuantum, yang memungkinkan mereka melampaui batasan ruang dan waktu. Apakah pandangan ini benar atau tidak, kita belum bisa membuktikannya. Jika teori ini benar, maka manusia yang memasuki dimensi keempat harus meninggalkan tubuh fisiknya, bahkan mungkin pikirannya, dan eksis dalam bentuk kuantum di alam semesta—sebuah kondisi yang memungkinkan pencapaian keabadian.
Dalam film Interstellar, sang tokoh utama tanpa sengaja memasuki ruang lima dimensi, di mana ia bisa melihat putrinya tumbuh dari masa kecil hingga dewasa. Hal ini membawa kita ke hipotesis yang lebih optimis: mungkinkah manusia suatu hari dapat mentransfer kesadaran ke dunia virtual, di mana kita bisa mencapai “kemahatahuan” melalui komputer dan melampaui batasan ruang dan waktu?
Kini, semakin banyak film dan novel fiksi ilmiah yang mengeksplorasi konsep menembus “dinding dimensi” untuk berinteraksi dengan dunia nyata. Mungkin suatu hari nanti, kita benar-benar dapat melampaui batasan ini dan berkomunikasi dengan makhluk dari dimensi yang lebih tinggi.
Penelitian tentang Dimensi Keempat
Bidang yang paling sering membahas dimensi keempat adalah matematika. Seperti bagaimana kita belajar tentang titik satu dimensi, garis dan bidang dua dimensi, serta ruang tiga dimensi, studi tentang dimensi keempat juga telah lama menjadi subjek penelitian matematika.
Pada abad ke-18, d’Alembert dalam Encyclopédie mengusulkan untuk memandang waktu sebagai dimensi keempat. Saat ini, teori modern menunjukkan bahwa dimensi keempat berkaitan dengan waktu, tetapi tidak sepenuhnya identik dengan waktu atau ruang.
Penelitian tentang dimensi keempat terus berkembang, dan seiring dengan kemajuan teknologi, pemahaman manusia terhadap alam semesta pun semakin meluas. Konsep ini bukan hanya soal memenuhi imajinasi, tetapi juga membawa kita lebih dekat pada pemahaman tentang luasnya masa depan. (jhn/yn)