Wabah COVID-19 Meluas di Tiongkok, Kasus Kematian Mendadak Meningkat, Populasi Menurun Drastis

EtIndonesia. Wabah COVID-19 di Tiongkok terus menyebar, dan warga dari berbagai daerah melaporkan bahwa kematian mendadak telah menjadi fenomena umum. Selama beberapa tahun terakhir, populasi Tiongkok telah menurun drastis, namun pemerintah menutup-nutupi dan menyensor informasi ini. 

Seorang jurnalis media independen bahkan mengungkapkan bahwa Tiongkok kini telah memasuki puncak angka kematian, di mana di sepanjang jalan nasional sejauh 310 li (sekitar 155 km) menuju Changsha, terdapat 17 rumah yang mengadakan upacara kematian, tetapi hanya satu rumah yang menggelar perayaan pernikahan.

Kasus Kematian Mendadak Melonjak di Seluruh Tiongkok

Seorang warga dari Xuchang, Henan, Li, yang bekerja sebagai pedagang dan sering berinteraksi dengan banyak orang, melaporkan bahwa selama perayaan Tahun Baru Imlek, banyak orang mengalami demam dan flu, termasuk dirinya. Dari pelanggan yang ditemuinya, ia mengetahui bahwa kematian mendadak telah menjadi kejadian umum.

Li mengatakan: “Anak teman saya, yang berusia sekitar 30 tahun, dalam kondisi sehat dan belum menikah, tiba-tiba meninggal dunia secara mendadak. Satu orang meninggal sebelum Tahun Baru Imlek, dan satu lagi setelahnya. Banyak juga yang meninggal pada usia 50-60 tahun, semua karena penyakit akut yang berkembang menjadi komplikasi fatal. Kematian mereka terjadi secara tiba-tiba. Rumah sakit sekarang menyembunyikan informasi ini.”

Baru-baru ini, seorang jurnalis independen dari saluran “Peng Weiyuan Commenting on Current Affairs” dalam sebuah video menyatakan bahwa angka kematian di Tiongkok telah mencapai puncaknya. Ia mengatakan:

“Saat saya melakukan perjalanan bisnis ke Changsha melalui jalan nasional, saya menghitung setidaknya ada 17 rumah yang sedang mengadakan upacara kematian, sementara hanya satu rumah yang sedang merayakan pernikahan. Itu hanya dalam jarak 310 li (155 km)!”

Seorang warga Henan, Li, juga menambahkan: “Pasti ada banyak jenazah di krematorium. Di desa saya, kelompok musik seruling dan gong yang biasanya mengiringi pemakaman kini kewalahan menerima pesanan. Teman saya, seorang penggemar sepeda motor yang tinggal di daerah pedesaan Chengdu, setiap hari berkeliling naik motornya. Setiap kali melihat karangan bunga duka, dia mengambil foto dan mengunggahnya ke grup. Sering kali, dia mengunggah tiga hingga empat foto per hari, menunjukkan semakin banyaknya orang yang meninggal dunia.”

Pemerintah Sembunyikan Penurunan Populasi yang Drastis

Pada 17 Januari 2024, Biro Statistik Nasional Tiongkok mengumumkan bahwa populasi Tiongkok pada akhir tahun 2024 berjumlah 1,408 miliar orang, hanya mengalami sedikit penurunan. Namun, menurut warga, kenyataan yang mereka rasakan sangat berbeda—selama beberapa tahun pandemi ini, populasi menurun drastis, jalan-jalan dan pusat perbelanjaan yang dulunya ramai kini terasa sepi, sementara rumah sakit penuh sesak dengan pasien.

Seorang warga Jiujiang, Jiangxi, Xu, mengungkapkan: “Banyak orang mengalami flu. Saya sendiri sakit selama lebih dari sepuluh hari. Saya bertahan tanpa pergi ke rumah sakit karena mereka tidak melakukan tes virus. Mereka hanya menyebutnya flu A atau norovirus, tetapi saya yakin itu adalah COVID-19.” 

“Sekarang, banyak orang berusia 40-60 tahun meninggal karena tumor, stroke, serangan jantung, atau emboli otak. Kematian semacam ini sering terdengar. Dalam tiga tahun terakhir, berapa banyak orang yang meninggal dunia? Saya percaya bahwa populasi Tiongkok sekarang bahkan tidak mencapai 1,1 miliar.”

Seorang sopir bus sekolah dari Xianning, Hubei, Chen, juga berbagi pengalamannya:

“Di daerah kami, banyak orang tua yang meninggal dunia. Ada juga seorang pria berusia sekitar 30 tahun yang meninggal mendadak setelah minum alkohol beberapa hari yang lalu. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah kematian di kalangan lansia meningkat pesat, terutama di usia 60 hingga 70 tahun.”

Dampak Vaksin COVID-19 dan Penurunan Drastis Jumlah Anak Sekolah

Chen juga menyatakan kekhawatirannya terhadap efek samping vaksin COVID-19:

“Vaksin COVID-19 sangat berbahaya bagi tubuh manusia. Banyak orang mengalami penurunan daya tahan tubuh setelah divaksin. Bahkan, banyak pria yang menjadi impotensi setelah divaksinasi, sehingga tidak bisa memiliki anak. Akibatnya, banyak pasangan yang akhirnya bercerai.”

Ia juga mengungkapkan bahwa populasi anak-anak di sekolah telah berkurang secara drastis:

“Saya bekerja sebagai sopir bus sekolah, dan jumlah siswa di sekolah semakin berkurang. Dulu, taman kanak-kanak memiliki lebih dari 200 murid, tetapi sekarang hanya tersisa sekitar 70-80 anak saja.”

Laporan ini menyoroti krisis populasi yang semakin memburuk di Tiongkok, di mana angka kematian meningkat, angka kelahiran menurun, dan pemerintah terus menyembunyikan kenyataan ini dari publik. (Hui)

Sumber : NTDTV.com

FOKUS DUNIA

NEWS