Muncul Banyak Desa dan Kota Tak Berpenghuni di Tiongkok — Ke Mana Perginya Orang-Orang?

EtIndonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak wilayah di Tiongkok mengalami fenomena kota dan desa yang tidak lagi dihuni. Netizen bertanya-tanya, kota-kota besar seperti Beijing, Shanghai, Guangzhou, dan Shenzhen sepi, kawasan Jiangsu, Zhejiang, Shanghai pun sepi, bahkan pedesaan juga kosong — ke mana semua orang pergi?

 “Satu kota kecil ini, punya rumah sakit, sekolah, bank, kantor polisi, semua ada, tapi semuanya terbengkalai,” kata seorang streamer di Tiongkok. 

Baru-baru ini, seorang blogger dari Tiongkok mengunjungi Kota Zongling, Kabupaten Nayong, Provinsi Guizhou, dan mendapati tempat itu benar-benar sepi seperti kota mati.

Dilaporkan bahwa pada tahun 2017, karena bencana geologi, penduduk dipindahkan, yang membuat kota tersebut menjadi kota terbengkalai.

Provinsi Guizhou sendiri masih memiliki banyak desa kosong, beberapa bahkan ditinggalkan secara tiba-tiba dalam beberapa tahun terakhir tanpa alasan yang jelas.

Bukan hanya Guizhou, provinsi seperti Jiangxi, Guangxi, Guangzhou, Fujian, Anhui, Hubei, dan Hunan juga dilaporkan memiliki banyak kota dan desa kosong atau hanya dihuni beberapa orang saja.

 “Desa yang begitu besar hanya dihuni dua atau tiga orang tua yang masih bertahan, jumlah anjing liar di desa ini bahkan lebih banyak dari jumlah orang. Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Ke mana perginya ribuan penduduk desa?” kata seorang streamer wanita. 

Pada  5 April, seorang streamer wanita mengunggah video yang memperlihatkan desa terbesar tak berpenghuni di Fujian. Rumah-rumah berjajar rapat, namun para penduduknya entah ke mana.

Banyak streamer lainnya juga melaporkan melalui video bahwa di dataran Tiga Provinsi Timur Laut pun banyak kota dan desa yang sudah tak berpenghuni.


“Alasan mengapa dataran Timur Laut kosong itu ada tiga. Pertama, tingkat kelahiran yang terus menurun. Kedua, perpindahan besar-besaran penduduk ke selatan. Ketiga, kematian massal warga usia lanjut. Semua ini menyebabkan munculnya desa dan kota kecil yang kosong,” kata Komentator politik yang tinggal di AS, Xing Tianxing. 

Xing Tianxing juga mengatakan bahwa ekonomi di wilayah timur laut sudah runtuh sejak 30 tahun yang lalu, dan banyak desa di daerah pegunungan maupun pedesaan telah lama kosong.

“Aku sendiri berasal dari Timur Laut, jadi aku tahu alasannya. Karena ekonominya memang sudah benar-benar mati. Anak-anak muda semua pindah, bahkan membawa orang tua mereka ke tempat lain,” ujarnya. 

“Akar permasalahannya adalah keruntuhan ekonomi dan kesulitan hidup rakyat, jadi mereka pergi jauh untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Ditambah lagi dengan bencana alam dan kematian, itu semua menyebabkan situasi sekarang. Sekarang seluruh Tiongkok menghadapi masalah yang sama seperti di Timur Laut,” tambahnya. 

Banyak blogger juga mengunggah video yang menunjukkan bahwa populasi di kota-kota besar dan kecil di Tiongkok menurun drastis. Banyak pusat perbelanjaan, tempat ramai, dan stasiun yang dulu penuh sesak, kini tampak sepi. Para netizen pun bertanya-tanya: “Ke mana semua orang pergi?”

“Sekarang situasi pekerjaan di dalam negeri sangat parah, aku kira banyak orang memilih untuk kabur ke luar negeri. Ada juga satu hal, selama masa pandemi, banyak orang yang meninggal, karena penyebaran virus sangat parah. Rumah kremasi tidak bisa mengimbangi jumlah jenazah. Kalau jumlah kematian itu benar-benar diumumkan, pasti akan sangat mengejutkan!,’ Penulis kolom di “Beijing Spring”, Chen Shuhan.

Pada Januari 2023, pendiri Falun Gong, Li Hongzhi, pernah memperingatkan bahwa selama lebih dari tiga tahun, Partai Komunis Tiongkok telah menyembunyikan situasi pandemi. Ia mengatakan bahwa pandemi telah menyebabkan kematian 400 juta jiwa di Tiongkok, dan ketika gelombang pandemi ini berakhir, jumlah korban bisa mencapai 500 juta jiwa. (Hui)

Laporan oleh jurnalis Li Yun dan Qiu Yue dari New Tang Dynasty Television

FOKUS DUNIA

NEWS