Zelenskyy Siap Melepaskan Krimea? Pakar: Situasinya Jauh Lebih Rumit

EtIndonesia. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada hari Selasa (29/4) menyatakan bahwa dia percaya Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy siap untuk melepaskan Krimea. Pernyataan ini secara langsung bertentangan dengan pernyataan resmi para pemimpin Ukraina mengenai wilayah yang dicaplok Rusia tersebut.

Menurut laporan AFP, ketika Trump ditanya apakah dia yakin Zelenskyy siap “melepaskan” Krimea, wilayah yang dianeksasi Rusia pada 2014, Trump menjawab: “Oh, saya rasa iya.”

Associated Press (AP) melaporkan bahwa langkah pemerintahan Trump yang mempertimbangkan pengakuan atas kendali Rusia atas Krimea sebagai bagian dari usulan perdamaian telah mengejutkan para pejabat Ukraina. Mereka menegaskan tidak akan pernah secara resmi menerima pelepasan Semenanjung Krimea, meskipun diakui secara realistis bahwa wilayah itu kemungkinan harus dibiarkan sementara di bawah kendali Moskow.

Menurut para ahli, secara politik dan hukum, pelepasan Krimea yang dicaplok secara ilegal pada 2014 hampir mustahil dilakukan. Langkah semacam itu membutuhkan amandemen konstitusi Ukraina, penyelenggaraan referendum nasional, dan kemungkinan besar akan dianggap sebagai tindakan pengkhianatan. Dari kalangan anggota parlemen hingga masyarakat umum, sebagian besar dengan tegas menentang gagasan tersebut.

Perlu dibedakan antara “konsesi wilayah” dan “penyerahan resmi wilayah.” Yang pertama berarti menyerahkan wilayah sebagai bagian dari kesepakatan damai tanpa mengakui secara permanen hilangnya tanah tersebut, sedangkan yang kedua berarti menyerah secara permanen dan menutup harapan untuk suatu hari nanti merebut kembali Krimea.

Sebagian besar rakyat Ukraina memahami bahwa, sebagai bagian dari perjanjian penghentian perang, wilayah itu mungkin harus dikompromikan karena mustahil direbut kembali secara militer. Survei menunjukkan bahwa semakin banyak warga yang mulai menerima bentuk pengorbanan seperti ini.

Namun, banyak pernyataan resmi mengenai konsesi wilayah menunjukkan bahwa ini bukanlah penyerahan permanen.Wali Kota Kyiv, Vitali Klitschko, baru-baru ini mengatakan kepada BBC bahwa Ukraina mungkin harus secara sementara menyerahkan beberapa wilayah sebagai bagian dari kesepakatan damai.

Sebaliknya, menerima kekalahan secara terbuka akan menjadi langkah yang sangat tidak populer, terutama di mata rakyat Ukraina yang hidup di bawah pendudukan Rusia, serta bagi puluhan ribu tentara Ukraina yang telah gugur atau terluka di garis depan. Mengakui kekalahan akan menghancurkan harapan para warga yang menantikan pembebasan dan reuni dengan keluarga, sekaligus membuat para prajurit mempertanyakan arti dari pengorbanan mereka.

Dalam wawancaranya dengan majalah Time yang diterbitkan pada 25 April, Trump kembali menegaskan gagasannya tentang Krimea: “Krimea akan tetap menjadi bagian dari Rusia. Zelenskyy memahami hal itu, semua orang memahami. Mereka (Rusia) telah menguasai Krimea untuk waktu yang sangat lama.”

Ketika ditanya lagi pada 29 April apakah dia yakin Zelenskyy siap untuk melepaskan Krimea, Trump menjawab:  “Oh, saya rasa iya. Krimea adalah masalah dari 12 tahun yang lalu. Presiden Obama menyerahkannya tanpa satu pun tembakan.”

Krimea, sebuah wilayah strategis di pesisir Laut Hitam di selatan Ukraina, sudah diduduki Moskow bahkan sebelum invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada 2022.

Dalam beberapa bulan terakhir, para pejabat Ukraina mengatakan kepada AP bahwa mereka memperkirakan wilayah-wilayah yang saat ini dikuasai Rusia, termasuk Krimea, mungkin harus dikompromikan sebagai bagian dari kesepakatan damai. Namun, Presiden Zelenskyy telah berulang kali menegaskan bahwa secara resmi melepaskan wilayah kedaulatan adalah “garis merah” yang tidak dapat dilanggar. (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS