Permohonan Sandera yang Dibebaskan: Mohon Gunakan Segala Cara untuk Menyelamatkan Sandera yang Masih Tersisa

Pada 29 April, operasi darat Israel di Gaza masih terus berlangsung. Para sandera Israel yang telah dibebaskan memohon kepada pemerintahan Trump agar terus menekan Hamas untuk membebaskan seluruh sandera yang masih tersisa.

EtIndonesia. Pada Selasa (29 April), Israel melanjutkan operasi militernya di Jalur Gaza. Ledakan terjadi di wilayah timur Jabalia dan asap tebal membumbung ke udara.

Menurut pejabat kesehatan Gaza, serangan udara Israel pada Senin malam menyebabkan sedikitnya 27 orang tewas.

Sehari sebelumnya, para sandera Israel yang  dibebaskan dari Gaza menyerukan kepada pemerintahan Trump di Amerika Serikat untuk meningkatkan tekanan terhadap Hamas agar mereka menyerahkan semua sandera yang masih ditahan.

 “Presiden Trump, Anda telah membawa pulang banyak dari kami sebelumnya. Sekarang, kami kembali memohon agar Anda melakukan hal yang sama. Gunakan segala cara yang mungkin, lakukan segalanya untuk membawa pulang semua orang yang masih tertinggal,” kata Omer Tov, sandera yang dibebaskan. 

Setiap hari sangat berharga, setiap nyawa sangat berharga. Bahkan bagi kami yang berhasil pulang, selama yang lain belum diselamatkan, luka ini tidak akan pernah sepenuhnya sembuh,” katanya. 

Naama Levy, sandera yang dibebaskan, berkata:  “Kami para penyintas tahu betul bahwa Anda, Presiden Trump, adalah sosok yang tegas dan tak tergantikan. Menyelamatkan nyawa adalah pencapaian terbesar yang bisa diraih. Tapi pekerjaan ini belum selesai — masih ada 59 nyawa yang secara kejam masih disandera.”

Pada hari yang sama, Kepala Biro Keamanan Dalam Negeri Israel, Ronen Bar, mengumumkan bahwa ia akan mengundurkan diri pada bulan Juni.

Kepala Biro Keamanan Dalam Negeri Israel, Ronen Bar, mengatakan:  “Setelah bertugas selama 35 tahun, untuk memastikan transisi yang lancar dan penunjukan pengganti yang berkelanjutan serta profesional, saya akan mengundurkan diri pada 15 Juni 2025.”

Bar menyatakan bahwa ia bertanggung jawab atas kegagalan Biro Keamanan Dalam Negeri dalam memberikan peringatan dini terhadap serangan teror yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Bulan lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sempat berupaya memecat Bar dengan alasan tersebut. (Hui)

Laporan oleh jurnalis NTDTV, Zhao Fenghua.

FOKUS DUNIA

NEWS